Luna Wand: The Unknown Story

Part Twenty Four - Take A Break (Meredith)

Kami berencana untuk menetap disini selama tiga hari mendatang. Aku dapat merasakan debu yang mengepul terus masuk keterowongan. London dan Tyler mencari kayu bakar dikedalaman terowongan, entah datangdari mana. London membuatkan api unggun untuk kami, memberi kehangatan pada saat malam hari. Cahaya merah itu hanya dapat memberi penerangan dan rasa aman bagi kami, bukan kehangatan.

Keesokan harinya, aku, Bianca, Tyler, dan Ethan yang membawa tas ransel kami mengumpulkannya ditengah-tengah, membuka isinya. Didalam tasku, hanya ada foto yang kuambil dari kamar Liza, buku harianku, buku harian Hollie Boone, sekantong biskuit yang masih tersisa pada saat aku terbang dari Paris, dan alat make up. Didalam tas Bianca, benda-bendanya lebih bermanfaat, buah-buahan, tiga bungkus kue, satu sweater, senter, peta Amerika, pistol, dan dompetnya. Didalam tas Ethan dan Tyler isinya hampir sama, baju futbol mereka, sebotol air putih tiap orang, dan peralatan mandi.

Kami mengumpulkan bahan makanan tersendiri, dan kami hanya mendapatkan satu kantong biskuit, tiga bungkus kue, buah-buahan, dan dua botol air putih. Cukup hanya untuk satu hari, apalagi dengan enam orang didalamnya. Maka dari itu, kami berusaha menghemat, membaginya untuk tiap hari. Hari pertama kami akan memakan sekantong biskuitku, yang berisi dua puluh biskuit didalamnya. Hari kedua kami akan memakan sisa biskuit dan buah-buahan. Hari terakhir kami akan makan roti yang dibawa Bianca.

Aku menyuruh London untuk mengganti bajunya yang benar-benar kotor dengan baju ganti Ethan. Tetapi dia menjawab, “Aku tidak perlu ganti baju, lagian baju Ethan terlalu kecil untukku. Kita juga akan tinggal di terowongan selama tiga hari ini, sama saja baju Ethan akan kotor.” Bianca menyuruhku untuk memakaikan sweaternya untuk Claire. Claire tampak kedinginan waktu tidur kemarin malam. Aku berterima kasih padanya.

“Benda-benda ini nggak berguna kan?” tanya Ethan sambil memasukkan peralatan mandi, dan alat make up-ku kedalam tasnya. Aku hendak memprotes, tetapi aku tahu akan terlalu menyebalkan. “Kita akan meninggalkannya dibelakang,” katanya sambil menaruh tasnya, menjauh dari kami.

Sepanjang hari ini kami menganggur, tidak ada yang mengajak berbicara karena kita terlalu sibuk dengan pikiran kami masing-masing, tenaga kami terkuras habis kemarin. Aku melihat Claire hanya terdiam, sama sekali tidak berkedip, mungkin saja saraf matanya terputus sehingga dia tidak dapat melihat lagi. Aku memutuskan untuk membaca buku harian Hollie Boone agar tidak memikirkan nasib keluargaku yang lain:

 

Pertarungan ini berlangsung selama seminggu, lebih cepat daripada yang kukira. Winoa tidak merencanakan segalanya dengan baik karena hanya membawa manusia dengan senjata normal kedalam peperangan. Dia payah.

Winoa meninggal ketika kami berenam, menjebaknya dipinggir jurang. Aku masih ingat, terakhir kalinya dia berkata pada kami berlima: “Kalian nggak bakal bisa membunuhku!” Aku sedikit bingung pada saat itu, aku takut ada kejutan lain yang akan mengalahkan kami, namun pada akhrinya aku tahu apa maksudnya. Dia bunuh diri, menerjunkan dirinya dari jurang itu.

Shanon menemukan mayat Winoa lima hari kemudian dibawaj jurang itu. Tubuhnya hancur, tetapi wajahnya masih bisa teridentifikasi. Wajah Winoa Wildblood. Kami memakamkannya dengan layak, walaupun dia adalah orang jahat, Winoa tetaplah salah satu dari tujuh orang terpilih. Dia sahabat kami.

Seminggu setelah acara pemakaman itu, kami, para ras Luna, berjanji untuk berkumpul kembali dirumah Teddy. Kami melakukan perundingan agar peperangan ini tidak terjadi, seperti yang diramalkan oleh tetua kami sebelumnya. Kami memutuskan untuk membuat ingatan kami tentang semua ini terhapus dengan bantuan Christopher Night, agar tidak memacu peperangan yang lainnya. Aku juga diharuskan untuk membuang buku harianku ini. Mungkin ini kali terakhir aku menulis dibuku harianku, aku hanya berharap buku harian ini dapat berguna dimasa depan.