Entahlah. Aku tidak tahu apa yang ingin kutulis dibuku ini pagi ini. Kalau mau, aku bisa menulis semua tentang Ethan Rainhood dibuku ini. Mungkin aku mulai sadar kalau aku menyukai Ethan. Tidak. Aku mencintainya. Aku bahkan nggak bisa berhenti memikirkannya semalaman. Aku masih bisa merasakan aroma tubuhnya, detak jantungnya yang teratur, desahan nafasnya yang seirama dengan angin malam.
YA AMPUN SEJAK KAPAN KATA-KATAKU SEPERTI INI? APAKAH INI YANG DINAMAKAN EFEK JATUH CINTA? APA AKU BISA MENDAPATKAN NILAI SEMPURNA DALAM PELAJARAN SASTRA KALAU SEDANG JATUH CINTA?
Stop! Apa aku baru saja menulis dengan huruf besar semuanya, dengan tulisan super jelek di buku harianku? Mencoret buku harianku bukan masalah, mengatakan Bianca Kajiwara kukalahkan dengan huruf besar itu kemenangan. Tetapi seperti yang diatas?
Aku baru menulis sesuatu yang konyol di buku harianku dan kalau Bianca Kajiwara mencuri buku harianku sekali lagi, dia pasti akan mentertawaiku habis-habisan pada bagian ini. Aku bakal menjaga buku harian ini lebih hati-hati daripada sebelumnya. Bianca, Claire, London, siapapun tiu tidak mungkin bisa menemukannya selain aku. Aku sudah menemukan tempat bagus untuk menyembunyikan buku harianku dan buku harian Hollie Boone.
Oh ya, aku belum melanjutkan bacaanku tentang nenek buyutku, Hollie Boone. Dia mengatakan kalau kicah cinta seluruh keluarga Boone berakhir buruk. Aku hanya berharap itu nggak betul. Ya, Ibu dan ayahku berpisah karena Ayah meninggal, begitu juga dengan bibi Caroline. Paman Ronald pisah dengan istrinya. Kisah mereka gagal, tetapi kisah Ibu dan bibi Caroline nggak seratus persen gagal, kan? Itu juga bukan intinya aku menulis itu. Intinya adalah aku tidak ingin suami atau belahan jaiwaku kelak meninggal dimasa muda, meninggalkanku sendirian dengan anak-anakku. Oh... aku berpikir terlalu panajng sekarang.
Aku pikir aku harus menutup buku harianku sekarang sebelum aku menulis hal-hal konyol lagi. Pikiranku sedikit tidak terarah beberapa hari ini ketika menulis disini, menulis apapun yang ada diotakku bukan ide yang bagus.[]
Aku tidak bisa tidur semalaman dan alhasil aku bangun jam tiga pagi. Ada sesuatu yang mengganjal didalam hatiku. Entahlah. Sebuah perasaan bersalah yang tidak bisa kuketahui. Aku menutup buku harianku dan meletakannya diatas meja belajarku, disamping tumpukan foto Bianca yang kuambil kemarin malam. Aku menarik tumpukan foto itu dengan penasaran dan melihat foto paling atas, foto Bianca ketika berumur tujuh tahun, dibelakang kue tar-nya dicium oleh kedua orang tuanya. Pak Kajiwara terlihat tampan, tetapi anggun, sangat berbeda karismanya dengan foto yang dipajang diruang keluara Kajiwara. Bu Kajiwara juga terlihat berbeda difoto ini, terlihat lebih gemuk tetapi ceria dan menyenangkan. Mereka bertiga terlihat benar-benar seperti keluarga bahagia.
Setelah itu, aku meletakkan foto itu kesampingku dan melihat foto kedua. Bianca dengan rambut dikeriting sedang menggunakan gaun berwarna kuning dengan motif berbentuk bintang. Dia terlihat bahagia, dengan mata menyipit dan mulut terbuka lebar. Dia benar-benar terlihat tidak seperti Bianca Kajiwara yang sekarang.
Aku melihat foto ketiga, Bianca sedang memanjat pohon dengan latar belakang pegunungan. Pohonnya cukup tinggi, sekitar sepuluh meter. Bianca dapat menaikinya diusia sekitar delapan tahun dan terlihat tertawa senang dan puas. Aku dapat melihat tatapan kemenangan dari matanya itu.
Foto keempat terlihat lebih ganjil daripada foto kelima. Aku dapat merasa ketidakberesan denga jati diri Bianca yang sebenarnya. Bianca sedang meluncur dari balkon lantai dua dirumahnya, menuju kolam renang dilantai satu. Dia terlihat senang, tidak ada ekspresi ketakutan sama sekali. Seakan-akan dia sudah melakukan hal itu beribu-ribu kali.
Aku mengembalikan tumpukan foto itu kesebelah buku harianku. Aku tidak bisa melihat foto-foto ganjil lainnya dari tumpukan foto itu. Itu bakal membuatku makin bingung dengan kenyataan lain yang baru kuketahui. Otakku mencerna satu demi satu foto Bianca itu. Ketika Bianca memanjat pohon sepuluh meter dan ketika Bianca melompat dari lantai dua menuju kolam renang. Apakah itu normal? Bianca tidak normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Wand: The Unknown Story
AdventureMeredith Boone tidak pernah berpikir bahwa hidupnya bakal berubah. seratus delapan puluh derajat. Kematian ayahnya membuatnya diusir dari rumahnya di Paris. Meredith, beserta ketiga adiknya dan Ibunya harus kembali kekampung halaman Ibunya di Amerik...