Part Ten - Hollie Boone (Meredith)

12.4K 753 11
                                    

Pagi itu berjalan dengan lancar. Aku dapat melihat senyuman mengembang dibibir London tadi pagi ketika melihatku berdiri didepan pintu JW layaknya murid-murid lainnya. Dia menemaniku hampir sepanjang hari ini dan beberapa pelajarannya dia ubah agar sama denganku. Aku senang karena aku bisa bertemu dengannya lebih lama, tetapi dilain sisi aku merasa merepotkan London karena dia harus mengikutiku sepanjang hari. Dia seakan-akan nggak punya kehidupan lagi di JW selain menemaniku.

“Aku harus menemui pelatih futbol sehabis ini, Meredith. Aku nggak bisa menemanimu dijam pelajaran selanjutnya,” kata London padaku ketika keluar dari kelas tata boga. “Dia mau membicarakan sesuatu padaku, lebih tepatnya pada tim JW tetapi karena kemarin aku nggak masuk aku harus menghadapnya sekarang sendirian.”

“Aku bakal baik saja, London. Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Kau sudah sangat baik mau menemaniku seharian ini dan aku sangat berterima kasih atas semuanya.”

“Bukankah itu gunanya saudara dan teman?” jawabnya balik bertanya padaku sambil melambaikan tangannya pelan padaku.

Aku berjalan senormal mungkin menelusuri koridor menuju gimansium yang berada dilantai pertama. Ada sedikit perasaan berdebar-debar ketika merasakan beberapa murid masih memandangku seperti orang idiot dan tidak tahu diri. Aku juga dapat merasa tidak aman ketika London tidak disisiku. Namun aku harus bisa mengatasinya cepat atau lambat. Aku nggak bisa bergantung selamanya di JW dengan London.

Namun, keuntungan dari ini semua adalah aku dapat belajar untuk mengontrol kemampuan baruku ini. Sekarang aku bisa tidak seenaknya mengetahui emosi seseorang ketika aku melewatinya dan ini terasa lebih baik. Membekukan kemampuanku memang lebih susah daripada membiarkannya terjadi, namun ketika aku membekukan kemampuanku dan aku tidak tahu apa yang berada dipikiran orang. Aku merasa menjadi manusia normal seutuhnya.

Aku melihat pintu gimnasium berwarna hijau yang sudah terbuka lebar itu. Aku masuk kedalam lalu menuju ruang loker cewek yang berada disebelah kiri pintu masuk. Aku menghela nafas lega karena tidak menemukan siapapun didalam sana. Aku segera mengambil bajuku dan masuk kesalah satu toilet disana. Aku duduk diatas kloset beberapa saat walaupun aku tahu baunya benar-benar membuatku ingin muntah. Tapi, aku hanya ingin menjadi orang paling terakhir yang keluar dari toilet ini. Aku akan menunggu semua orang berganti baju dan keluar dari ruangan ini.

Aku keluar dari toilet setelah aku mendengar suara bel pelajaran olahraga dimulai. Aku segera menaruh bajuku kedalam loker dan keluar dari ruang loker cewek melihat murid-murid yang lain sudah berkumpul ditengah-tengah lapangan.

“Hai, Ethan!” teriak cewek-cewek dari kumpulan murid itu.

Aku yang sedang berjalan pelan menghampir kumpulan murid itu langsung menoleh kebelakang, melihat seseorang yang telah mengisi hampir satu lembar buku harianku kemarin. Aku melihatnya, Ethan dengan baju olahrga dan rambut tembaganya dibasahi sehingga turun semua tersenyum manis pada semua cewek didepanku itu.

“Ethan,” sapaku dengan suara bergetar menatapnya.

“Ada yang ingin kau katakan?” tanyanya ketika berdiri tepat disampingku tanpa menatapku. “Kau mau mengatakan sesuatu?” tanyanya sekali lagi lebih lugas dengan aksennya yang kuat itu.

“Lupakan saja.” Aku hanya belum siap berkata apapun padanya.

Dia mendengus pelan seakan-akan ingin menahan tawanya. Setelah itu dia berjalan menghampiri kumpulan murid ditengah sana, membiarkanku sendirian disini seperti orang paling idiot didunia ini.

Ya, lupakan saja, pikirku dalam hati berusaha tersenyum pada diriku sendiri.

Beberapa menit kemudian pelatih Hallagan datang ketengah-tengah lapangan dan meniup peluitnya sekencang mungkin untuk membuat semua murid disini terdiam untuk mendengar penjelasannya. “Hari ini kita akan bermain futbol. Semua cewek berkumpul ditengah untuk pemilihan tim, dan para laki-laki bisa bersantai dulu dipinggir gimnasium.”

Luna Wand: The Unknown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang