MEREDITH
Sori aku baru menulis buku harianku malam ini. Banyak yang harus kukerjakan kemarin. Aku membantu Ibu membersihkan meja makan, mengerjakan PR yang sudah menumpuk, dan semalaman aku nonton TV dengan Clara diruang tamu. Aku lupa menyentuh buku harianku.
Aku juga membaca buku harian Hollie Boone, generasi kedua dari keluarga Boone! Dia menyebutkan hal-hal yang membuatku bingung seperti ras Luna dan peperangan pada generasi ketiga. Tentang kemampuan ini yang dia sebut sebagai kutukan. Entahlah. Aku tidak ingin memikirkan itu sekarang, lagian Ibu tidak pernah memberitahuku apapun tentang kutukan, Ras Luna, dan peperangan.
Oh ya. Nanti malam aku akan pergi kepesta Bianca Kajiwara. Aku senang bisa pergi kesana dengan Ethan. Selain itu, aku bisa mencari kelemahan Bianca seperti yang kutulis disini beberapa hari yang lalu. Semoga saja aku mendapatkannya. Aku hanya berharap semuanya lancar. Aku sedikit bingung tentang gaun yang akan kupakai kesana. Apakah aku harus menggunakan terusan panjang berwarna merah yang dibelikan Ibuku di Paris untuk ulang tahu keenam belasku? Atau gaun selutut berwarna biru muda yang menggemaskan? Aku harus memikirkannya dari sekarang.[]
Tiba-tiba ide tentang pergi ke pesta ulang tahun Bianca dengan Ethan tidak terdengar bagus untuk sekarang. Aku baru sadar bencana apa saja yang bisa terjadi. Bianca bisa membocorkan rahasia keluargaku yang memiliki kemampuan. Elizabeth akan marah padaku karena telah merebut pacarnya menjadi teman kencannya. London nggak bakal mau menganggapku lagi sebagai saudara sepupunya. Ini menyebalkan, tapi aku tetap harus melakukannya demi popularitasku.
Sekarang, aku sedang duduk disofa ruang tamu menunggu jemputan Ethan yang sudah terlambat dua puluh menit. Apakah dia lupa kalau dia mengajakku pergi kepesta Bianca denganku? Atau dia hanya mempermainkanku? Aku hanya bisa berpasrah kalau kata-katanya kemarin bukan kebohongan. Aku berharap dia mengatakannya dengan tulus. Aku tidak ingin terlihat seperti orang tolol dihadapan kedua adik kembarku yang sudah melihatku berdiri didepan kaca hampir setengah jam karena akan pergi dengan Ethan.
Oh, sial! Aku tidak pernah melakukan hal-hal seperti ini sebelumnya di Paris. Semuanya berubah di Luna Wand. Semua terasa berkebalikan dan perasaanku tercampur aduk menjadi satu. Aku berusaha tidak mengacak-acak rambutku lagi karena menurutku ini adalah tatanan rambut sempura yang pernah kulihat, tetapi aku harus melakukannya agar rasa pusing ini hilang. Aku harus menarik rambutku agar kepalaku terasa sakit, bukan pusing.
“Apa yang kau lakukan?”
Aku menoleh kearah sumber suara. Aku melihat Ethan berdiri didepan pintu dengan jas berwarna hitam ketat itu. Gayangnya yang ngerock ternyata cocok menggunakan pakaian formal seperti itu. Dia menatapku bingung, lalu tersenyum tipis padaku. “Maaf aku terlambat, aku baru mengantar Liza kebandara tadi.” Ethan menggigit bibirnya beberapa saat setelah mengatakan itu. “Kau masih mau pergi denganku?”
“Untuk apa aku tidak jadi pergi?” jawabku dengan suara paling normal yang bisa kulakukan sekarang. “Liza itu pacarmu, dan sudah seharusnya aku menghargai kebersamaan kalian bukan?”
Ethan menatapku lega. Dia berjalan mendekatiku perlahan, terasa berusaha menghipnotisku dengan mata pirusnya itu. Dia memegang tanganku dengan lembut, lalu menatapku lagi dan tersenyum mempesona. “Pergi sekarang?” tanyanya sambil mengangkat kedua tangan kita keatas.
Aku hanya mengangguk ragu dengan pipi memerah menatapnya dengan wajah riang itu. Perkataan London tentang Ethan si Bunglon Pemikat Wanita itu tiba-tiba terproses dalam otakku. Dia membuatku yang jengkel karena dia tidak kunjung datang bisa menjadi senang hanya dalam sekejap. Seakan-akan Ethan sudah sering melakukan hal semacam itu pada cewek-cewek yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna Wand: The Unknown Story
AventuraMeredith Boone tidak pernah berpikir bahwa hidupnya bakal berubah. seratus delapan puluh derajat. Kematian ayahnya membuatnya diusir dari rumahnya di Paris. Meredith, beserta ketiga adiknya dan Ibunya harus kembali kekampung halaman Ibunya di Amerik...