Part Eight - Dilemma (Meredith)

12.7K 853 9
                                    

Aku sama sekali nggak tahu apa yang berada dipikiranku sekarang, apa yang sedang aku lakukan sekarang. Aku hanya tahu kalau aku harus segera pergi dari Luna Wand, meninggalkan kota kecil ini untuk selamanya dan tidak kembali lagi.

Ketika aku bangun tadi pagi, tiba-tiba aku mengingat tentang korban Bianca sebelumku. Dia pergi dari Luna Wand dan Bianca tidak pernah mendengar kabar darinya untuk selama-lamanya. Bianca puas. Aku berpikir kalau aku harus melakukan hal yang serupa dengan cewek itu. Aku harus pergi dari Luna Wand untuk selama-lamanya. Aku harus menjauhkan keluargaku dari masalah ini, dengan cara aku pergi dari kehidupan mereka tidak kembali ke Luna Wand untuk selama-lamanya.

Sekarang aku sedang mengambil semua baju-bajuku yang biasa kupakai dan kumasukkan kedalam koper merah yang kupakai waktu aku sampai kesini. Aku tidak pernah berpikir pada saat itu untuk memakainya dalam jangka waktu dekat. Namun sekarang aku harus segera angkat kaki dari Luna Wand untuk selamanya, demi semuanya. Aku rela melakukan itu, pergi dari sini untuk kebaikan semua orang. Aku rela.

Setelah selesai mengepak barangku, aku segera menulis memo kecil dan kutaruh diatas meja nakas disamping tempat tidurku. Aku cinta kalian semua, tetapi aku tahu ini adalah yang terbaik. xxx. Meredith Boone.

Aku menghela nafas panjang ketika membaca memo singkat itu dan segera beranjak pergi dari kamarku untuk tidak merubah pikiran lagi. Aku mengangkat koperku pelan-pelan menuruni tangga tidak ingin membangunkan yang lain. Aku sampai diluar rumah dan melihat hari masih berkabut dan sepi. Aku mengedarkan pandanganku kesekitar sambil tersenyum tipis. Aku bisa melakukannya.

Sesampainya di bandara Metro Detroit, aku segera pergi untuk membeli tiket pergi ke tempat yang lumayan jauh, Brazil. Aku dengar tempat itu keren dan aku bisa memulai semuanya dari sana. Aku bakal mencari beasiswa dan bekerja paruh waktu disana, dan aku yakin aku bisa mengatasi semuanya selama aku tinggal sendirian. Apalagi dengan kemampuanku ini, aku bisa mengatasi keadaan dengan baik.

Aku tersenyum tipis pada petugas didepanku seraya mengambil tiket dan pasportku kembali. Aku melihat daftar penerbangan, kurang empat puluh lima menit sebelum pesawatku berangkat meninggalkan Kanada. Aku lebih memilih untuk duduk dikursi tunggu terlebih dahulu daripada memasuki pintu keberangkatan. Entahlah, perasaan takut masih merasuki diriku saat ini.

Aku duduk dikursiku cukup lama, sendirian sambil menatap ponselku yang ditelpon oleh Clara dan Clairine beberapa kali. Aku ingin menjawabnya, memberi salam perpisahan untuk terakhir kalinya pada mereka, tapi aku takut aku bakal menyerah dan tidak jadi meninggalkan Luna Wand.

Aku merenung beberapa saat sambil mematikan ponselku tidak rela. Aku tahu aku pasti bisa melakukannya. Ini yang aku inginkan, dan ini adalah yang terbaik bagi segalanya. Aku menekan dadaku beberapa kali, berusaha meredam debaran jantungku yang tidak karuan, namun itu terasa sia-sia.

Semuanya terbuyarkan ketika aku mendengar suara penyiar menggema, memberitahu keberangkatan ke Brazil sudah dibuka sekarang dan dua puluh menit lagi akan lepas landas. Aku berdiri dari tempat dudukku sambil menarik koperku perlahan berjalan menuju pintu keberangkatan.

Aku menunduk dalam perjalananku, menghitung langkah demi langkah yang kutempuh untuk sampai di pintu keberangkatan. Sekali aku masuk kedalam, aku nggak bakal bisa keluar lagi dan semua yang terjadi di Luna Wand hanya tinggal kenangan, sebuah memori lain. Empat puluh satu. Empat puluh dua. Empat puluh tiga.

Lalu, tiba-tiba sesuatu mendorongku pelan kebelakang, membuatku goyah beberapa saat namun aku berhasil mempertahankan keseimbangan tubuhku. Aku melihat sekumpulan bunga berwarna kuning terjatuh bebas dikakiku, menghujani sepatu hak tinggiku dan sepatu pantovel hitam dari cowok didepanku itu. Aku cukup kaget, berpikir aku sangat ceroboh beberapa hari ini.

Luna Wand: The Unknown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang