Part Thirty - Revolution (Meredith)

9.6K 763 19
                                    

Aku berada disebuah terowongan dari tanah sekarang, didepanku aku dapat melihat sebuah taman yang begitu indah. Taman yang sangat luas dengan alunan lagu nina bobo yang mendamaikan hatiku. Seperti taman istana di Paris. Aku tersenyum senang, hendak melangkahkan kakiku untuk segera sampai ditaman itu. Ketika aku sedang berjalan, aku merasakan perutku sudah tidak terasa sakit. Aku melihat perutku tanpa luka, dan bajuku juga sudah berubah. Aku menggunakan terusan berwarna putih dari bahan yang ringan dan indah. Aku tersenyum senang.

Lalu, aku mendengar suara canda tawa dari taman itu. Aku maju perlahan-lahan kedepan, mencari sumber suara. Aku melihat Ibuku dengan Ayahku ditaman itu! Mereka sedang piknik, aku melihat sandwich, kue kacang, dan makan-makanan lezat buatan Ibu. Setelah itu, aku melihat Clara dan Alison berlari entah darimana menghampiri Ibu dan Ayah. Pakaian mereka serba putih, seperti Ayah dan Ibu juga. Mereka tampak terawat dan benar-benar bahagia. Aku hendak berlari keluar dari terowongan ini dengan segera, berteriak pada mereka karena marah aku tidak diajak ketaman itu.

Namun sebelum aku berhasil melakukan itu, aku mendengar suara seorang anak perempuan menangis dibelakangku. Aku memutar tubuhku, mendapati Claire didalam sebuah dimensi yang beberda denganku, menangis dan melihatku dengan perasaan benci. Dia menatapku dengan mata sayu yang sudah tidak bernyawa, dia berteriak padaku, “Kau bilang kita bisa hidup bersama-sama dengan bahagia setelah semua ini berakhir. Kalau kau pergi apa yang harus kulakukan sekarang?”

Aku melihatnya tidak mengerti apa maksudnya. Lalu tiba-tiba bayangan Claire menghilang, aku melihat Tyler dengan wajah murka: “Apa itu yang kau maksud dengan meninggal secara tidak sia-sia?” Tyler berjalan pergi, lalu Rosalie berdiri disana, menatapku tidak percaya lalu menunduk dan pergi. “Ada Meredith dan Clairine disisimu sekarang. Aku tahu kalian bisa melakukannya bila bersama-sama.” Aku mendengar suara Bibi Caroline, setelah itu aku mendengar suara teriakan London, membuat hatiku terasa benar-benar keskaitan. “Apakah kau pikir aku sekuat itu?” Bianca berdiri didalam dimensi itu, matanya sayu menatapku.

Aku memutar tubuhku secepat mungkin. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang mereka maksud. Aku berjalan meninggalkan mereka, berjalan terus kedepan, ingin menemui keluargaku disana. Aku menutup kupingku berusaha tidak mendengarkan kata-kata mereka. Aku melihat langkahku semakin dekat keluar dari terowongan itu. Aku tersenyum senang, melepaskan tanganku dari kupingku dan hendak berlari secepat mungkin kesisi keluargaku, hidup dengan tenang.

“Kau tidak boleh melangkahkan kakimu lebih jauh lagi!” Suara itu membuat jantungku berdebar dengan kencang. Aksennya yang kuat, tetapi terdengar lemah itu menggoyahkan hatiku. Aku memutar tubuhku perlahan, melihat Ethan berdiri didimensi lain itu dengan wajah kecewa. “Kalau satu langkah lagi kau berjalan, aku pastikan kau tidak akan pernah bisa melihatku lagi,” desisnya.

“Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti. “Aku ingin bertemu dengan keluargaku disana!” teriakku marah. “Apa hakmu mengatakan itu padaku?”

“Apakah kau lupa apa yang akan kita lakukan tadi siang?” tanya Ethan dengan suara serak. “Apakah semua itu tidak nyata?” tambahnya.

Aku menutup mulutku, mengingat peristiwa tadi setelah aku bangun dari pingsanku. Aku dapat melihat rasa sakit dan kecewa dari mata Ethan. Apakah dia benar-benar kecewa dengan kepergianku? Apakah itu benar-benar nyata?

“Ini nyata, Meredith. Perasaanku terhadapmu nyata,” kata Ethan sambil memegang dadanya yang tampak kesakitan. “Kembalilah, demi kita semua.” Dan pada saat itu, aku melihat Clairine kembali, berdiri disamping Ethan, tersenyum tipis padaku.

Aku menatapnya mereka berdua beberapa saat, lalu memutar tubuhku melihat keluargaku, yang tampaknya sudah menyadari kedatanganku. Ibu berjalan sangat kencang, tiba-tiba dia sudah berdiri tepat didepanku. Dia membelai wajahku lembut, sesuatu yang tidak pernah dia lakukan padaku sebelumnya. Dia tersenyum manis padaku, namun dia menangis.

Luna Wand: The Unknown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang