Part Thirty One - Better Plan (Ariel)

8.3K 767 10
                                    

Keadaan diluar pasti sangat kacau hingga tiga orang laki-laki berjas hitam yang menjaga tempatku harus membantu keluar, menyisakan John sendirian didalam sel. “Apa yang terjadi diluar?” tanyaku pada John.

“Meredith dan kawan-kawannya berhasil kabur,” jawab John dengan suara, yang anehnya, seperti perempuan.

“Meredith! Apa maksudmu dengan-“

“Stop!” teriakku memotong kata-kata Ethan sambil mundur beberapa langkah. “Kau siapa?” tanyaku curiga. “Suaramu?”

“Ya ampun! Apa kau tidak ingat dengan suaraku? Aku sudah menemanimu berapa tahun, Ariel?” pekik laki-laki itu masih dengan suara perempuan dengan gaya menggelikan. “Ini aku! Brigitta!” jawabnya.

“Brigitta!” teriakku sambil maju kepintu selku dan merangkulnya pelan. “Kemana saja kau selama ini?” tanyaku padanya.

“Maafkan aku tidak memberitahumu apa-apa, Ariel. Selama ini aku pergi mencari orang yang bakal bekerja dengan Liza dan pada akhirnya aku menemukan John ini. Aku merasuki dirinya lebih dari dua hari.” Dia membuka pintu selku, lalu membuka pintu sel Ethan.

“Terima kasih, Brigitta!” teriakku berurai air mata bahagia, sambil merangkulnya seerat mungkin. “Rasanya aneh aku bisa merangkulmu dengan tubuh laki-laki seperti ini.”

“Aku juga merasa tidak betah harus tinggal ditubuh John selama ini. Namanya saja terdengar menggelikan,” geurutunya. “Oke. Sekarang yang bakal kalian bertiga lakukan adalah lari dari sini. Meredith dan kawan-kawannya sudah kupastikan bakal selamat juga. Ada pintu belakang didekat sini yang menyambung kehutan dan dari sana kalian bisa melarikan diri ke Kanada.”

“Tetapi yang lainnya bakal pergi ke Detroit,” jawab Ethan.

“Tidak bisa. Aku sudah memperhitungkan semuanya. Kalau kalian melawan kata-kataku ini. Aku dapat memastikan kalian bakal tertangkap. Ikuti perintahku dan pergi ke Kanada. Kalian bisa mengatur rencana ulang nantinya. Paling penting kabur dulu. Mengerti?”

“Tunggu dulu. Apa maksudmu dengan kalian? Kau tidak ikut dengan kami?” tanyaku. “Kau nggak boleh pergi lagi, Brigitta.”

“Percayalah padaku. Aku bakal kembali padamu ketika saatnya datang.” John menatapku dengan tekad. Dia merangkulku sekali lagi. “Kau pergi dari sini sekarang juga lewat pintu belakang. Jangan berganti arah atau apapun. Kau harus selamat, Ariel!”

“Oke!” Aku menatapnya dengan antusias. “Aku pergi dulu!” Ethan berlari paling depan. Aku menggandeng Bibi Arianne menaiki tangga. Ethan membuka pintu yang tidak dijaga oleh siapapun dan menungguku dan Bibi Arianne. Kita bertiga berlari mengitari lorong dan menemukan pintu belakang yang dikatakan oleh Brigitta itu. Ethan membuka pintu yang langsung menyambung ke hutan.

“Ayo keluar!” teriak Ethan pada kami.

Aku melangkahkan kakiku keluar ketika aku mengingat sesuatu. Aku berhenti melangkah dan Ethan menatapku bingung. “Kalian berdua bersembunyilah didalam hutan terlebih dahulu. Aku harus menemukan seseorang terlebih dahulu!”

“Apa maksudmu, Ariel?” tanya Bibi Arianne bingung. “Kita harus segera keluar dari sini kalau ingin selamat!”

“Tidak. Tidak. Aku masih harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. Aku berjanji bakal menemui kalian ditengah hutan. Ethan, tolong jaga bibiku untukku.”

“Apa kau yakin?” tanya Ethan bimbang. “Brigitta bilang kita harus segera pergi dari sini, Ariel.”

Aku memandang Ethan antusias sambil mengangguk cepat. Setelah itu aku segera berlari masuk kedalam rumah itu lagi dan dari sudut mataku aku dapat melihat Ethan menggendong bibiku keluar menuju hutan. Nafasku tersengal-sengal, tubuhku terasa sangat capek, namun aku terus berlari melewati lorong-lorong yang dipenuhi oleh kamar-kamar itu. Aku menghampiri kamar terakhir, seperti yang berada dimimpiku itu.

Luna Wand: The Unknown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang