Bonus Chapter - Liam Wildblood

16.7K 837 15
                                    

Liam Wildblood adalah anak yatim piatu, tinggal di panti asuhan Imannuel, panti asuhan kumuh yang berjarak 15 menit dari keramaian kota di Cynthiana, Kentucky. Orang tuanya meninggal ketika umurnya dua tahun dan dia dititipkan di panti asuhan kumuh ini oleh seorang wanita tengah baya ketika tengah malam di hujan badai pada tanggal 3 September 1993.

Liam lebih senang menyendiri, lebih senang melihat daripada ikut ambil bagian. Lebih senang diam, daripada membangkang. Dia adalah anak paling penurut yang dimiliki Panti Asuhan Imanuel, satu-satunya anak kesayangan Pak Harold, penanggung jawab panti asuahn yang ini yang sudah berumur 30 tahun.

Pada hari ini, tanggal 25 Agustus 2004, pada saat matahari terbenam dan dedaunan maple terjatuh dari batangnya, Liam sedang duduk didepan pagar panti asuhannya. Dia mendapatkan tugas dari Pak Harold dengan salah satu anak panti lainnya, Harry, anak berbadan lebar dengan muka penuh bintik-bintik hitam untuk menunggu kedatangan keluarga penyumbang panti asuhan terbesar yang datang untuk menginap.

Bagi Liam, sebuah keluarga yang hendak menginap ke Panti Asuhan Imanuel adalah sebuah peristiwa langka. Tidak pernah ada sebelumnya sebuah keluarga kaya ingin menginap di panti asuhan kumuh ini, walaupun mereka sering menyumbang. Liam mengenal Pak Devin, cowok berumur 55 tahun yang hampir sebulan sekali mengunjungi panti asuhan ini. Dia adalah laki-laki ramah berbadan tambun yang suka bercanda dengan anak-anak panti, tak termaksud Liam yang pendiam. Pada kesempatan kali ini, Pak Devin mengajak keluarganya, tidak hanya berkunjung namun menginap disini.

Dari sifatnya yang santai dan tampak cuek, tak seperti anak-anak yang lain bergembira karena kedatangan keluarga Devin itu, sebenarnya Liam menyimpan sebuah harapan yang dalam. Entahlah, mungkin ini adalah harapan-harapan kosong ketika orang-orang mengunjungi Panti Asuhan Imanuel untuk mengadopsi anak.

Liam memang ingin diadopsi sejak dulu. Sampai umurnya hendak menginjak usia 11 tahun inipun belum ada pasangan keluarga yang tertarik dengannya. Padahal, dia sudah menjadi anak penurut, menjadi semua yang orang lain ingin dia jadi. Liam sudah melakukan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

“Hei, Liam!” teriak Barney, anak bertubuh jangkung yang lebih tua dua tahun darinya yang sangat dari tadi menganggu Liam dan Harry yang sedang asyik berbincang-bincang didepan pagar. “Dimana Pak Devin? Kenapa dia belum datang?”

“Dia memang belum datang, Jangkung!” teriak Harry marah melihat Barney. “Apakah kau mau menggantikanku dan Liam menjaga didepan sini?”

“Mungkin sebentar lagi dia sampai, Harry,” jawab Liam berusaha menenangkan Harry. “Jangan kau anggap perkataan Barney itu. Dia hanya tidak ada pekerjaan.”

Harry mengangguk pelan. “Tapi seharusnya Pak Devin sudah sampai disini sekitar setengah jam yang lalu, Liam.” Harry menjawab dengan khawatir. “Apakah dia mengurungkan niatnya untuk menginap disini?”

Liam hanya terdiam, tidak menggubris perkataan Harry dan hanya memandang kejalanan sepi itu. Dia tidak ingin berdebat dengan siapapun disini, tidak ingin menjalin hubungan siapapun. Harry adalah anak panti asuhan yang berumur sebaya dengannya, dia baik dan perhatian pada Liam. Liam menghargai kebaikan Harry padanya, namun dia tidak bisa memberikan lebih pada Harry. Dia tidak ingin memiliki ikatan apapun dengan semua orang yang berada disini. Dia hanya ingin pergi, meninggalkan panti ini secepat mungkin.

“Pak Devin datang!” teriak Harry kesenangan, membuyarkan lamunan Liam dan melihat sebuah mobil lexus berwarna hitam mewah terparkir tepat didepannya. Liam segera berdiri dari tempatnya, memandang dengan perasaan berbunga-bunga Pak Devin, cowok gendut berambut hitam itu keluar dari mobilnya sambil membawa sebuah koper.

“Maafkan aku karena terlambat, anak-anak!” kata Pak Devin, diikuti dengan suara sorak anak-anak didalam panti asuhan yang sudah tidak sabar bermain dengan Pak Devin. “Pak Harold ada didalam, Nak?” tanya Pak Devin pada Liam yang sedari tadi hanya bisa terdiam memandangnya.

Luna Wand: The Unknown StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang