BONUS PAP LAYLA! sejujurnya dulu gue bilangnya dia di poninkan, nah tapi behi gueliat foto cewe ini KYKNYA COCOKAN GINI. Yaudah. Ceritanyasi Layla ganti gaya rambut aja de wkwkwkwkkw MAAP YAK
//hello! lama banget kita nggak ketemu. Setelah segala kolosal dan uas dan segalamacam beban hidup sementara berakhir, kaliini gue bisa ngepost lagi yey! dannnn, makasih banyak ya buat kalian yang mau baca dan kasih VOMMENTS. gue sangat terharuuuwww :") semoga kalian gak bosen bacanya dan gak BINGUNG. GAK BINGUNG YA SEMOGA kwkwwk
Dedikasi kaliini untuk kak GRACE ANGEL , s
, Seorang kakak kelas yang multi talented dan bisa segala bidang, dan PERFECT lagi. Cantik, lagi! nggak ngerti lagi. Nggak ngerti lagi kenapa bisa menemukan dan dengan sukarelanya membaca karya upik abu yang bisa-bisa membuat mata berbusa karena saking jelek dan membingungkannya. Makasih banyak kak grace, rasanya karya dibaca kakak itu kayak....... dinotice sama artis hollywood favorit sejuta umat. MAKASIH KAKKKK :""))) (maap kak emang lebay ini)Dah, langsung saja, yaaa. enjoy! jangan lupa, VOMMENTS ;D wkwkw
***
Gue meraih tangannya, lalu menggenggamnya. Hangat. Halus. Tangannya.
"Hah, kenapa Dan?" Tanyanya, tidak melepaskan genggaman gue dan membiarkan kedua tangan gue menggenggamnya lebih erat. "Tangan lu dingin."
"Naomi," Ucap gue pelan. Mata cewek itu kembali memandang gue. "Gimana kalau pacaran sama gue aja?"
***
"Ini..... Soal orangtua gue."
Tuh kan, bener.
"Hnn, kenapa lagi mereka?" Tanya gue kepada Layla setelah meneguk coca-cola gue. Layla memang sejak dulu suka banget curhat tentang keluarganya yang perlahan mulai hancur berantakan ke gue. Mungkin karena hal itu juga gue dan Layla jadi dekat, karena kalau boleh jujur cuma guelah satu-satunya orang yang tau mengenai masalah keluarganya ini. "Bukannya udah fix kalau.... Mereka cerai?"
Layla mengangguk. "Iya. Mereka udah cerai. Tapi.... Lo harus tau, Kak Rei."
"Apaan sih? Langsung aja lah, Lay." Gue kini jadi penasaran. Biarpun gue gak 'suka' sama Layla, gue juga gak benci sama Layla. Kami sudah menjadi pasangan partner kerja sejak gue kelas 8 SMP, jadi kira-kira udah kenal tiga tahun. Dan sebagai rekan kerja, sudah sewajarnya lah, gue penasaran dengan dia dan pengen membantu dia. Meski gue gak pernah cerita macem-macem ke dia, sih.
Dia terdiam. Aneh, biasanya dia marah kalau gue panggil Lay. Padahal emang namanya Lay, kan?
"Woy, Lay. Kenapa, sih?" Ulang gue.
"Papa gue, Kak..." Ujar Layla pelan. Pelan sekali, kayak suara tikus. "Papa.... Mau menikah lagi."
Gue tertegun.
Gimana sih rasanya, ketika orang tua lo baru aja cerai karena bertengkar hebat, dan gak lama kemudian ayah lo mau kawin lagi, sama wanita lain?
"Papa.... Mau menikah. Sama selingkuhannya. Yang menyebabkan ini semua terjadi." Gue kembali tertegun. Gue gak tahu, kalau ayah Layla selingkuh. Gue tahunya, mereka berantem hebat. "Padahal tadinya gue kira mereka bisa balik lagi kayak dulu. Mereka bisa rujuk. Seenggaknya, demi gue. Ternyata enggak. Enggak sama sekali."
Gue diam, gak tahu harus berkata apa. Tapi biasanya sih emang begini. Layla hanya bercerita, dan dia hanya sekedar ingin gue mendengarkan ceritanya. Sementara gue hanya bisa menatap matanya yang menatap lurus menuju pusat bumi. Gue tahu, itu adalah caranya menahan kesedihannya.
"Lay...."
"Drrrtrrtttr"
Tiba-tiba lagu Aurora milik Maliq & D'Essentials mengalun makin lama makin keras dan disertai dengan getaran, dari saku celana abu-abu gue. Anjir, ngagetin aja. Gue kemudian meraih handphone gue dan melihat nama yang tertera di depannya, Erika H. Buat apa dia telepon gue?
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby in Love
Teen FictionDimana ada Abigail Naomi, pasti disana juga ada Alexander Reinhard. Pokoknya, mereka duo gila yang tak pernah terpisahkan, karena dalam setiap hal pasti ada aja kelakuan mereka yang selalu menimbulkan gelak tawa. Gak heran sih, karena kabarnya merek...