9. Jealousy

493 26 5
                                    

Haloooo~ kembali lagi dengan ayaneloid. merry christmas and happy new year, ya! semoga selalu diberi kesehatan dan berkat sekeluarga kalian. amin, GBU all!

dan semoga gak bosenbosen baca Baby in Love ya! wkwkwk

Anw, sebelum mulai, gue mau omongon Coffee Cone dulu.

Jadi Coffee Cone terbentuk awalnya dari ekskul band, dan Rei masuk ke band itu karena diajakin Seto, waktu itu mereka tinggal kurang gitaris. Coffee Cone genrenya pop-jazz gitu, jadi karena anak-anak band sekolah mereka maunya pop rock gitu jadi sedikit peminatnya, akhirnya mereka ambil orang luar ekskul.

Agnes: Kakak kelas Seto dan Rei, sekelas sama Will dan Ian, jadi biasanya mainnya bareng mereka berdua. Anaknya sebenarnya pendiam tapi di beberapa situasi bisa aktif banget, contohnya di Coffee Cone. Vokalis, suaranya alto punya vibra alami dan sebenernya enggak pernah les vokal. Bisa main piano juga, tapi cuma dasar-dasarnya karena cuma pernah les sebentar doang.

Erik pemain saxophone, biasanya paling menarik perhatian di band karena dia main saxophone. Dia yang mengusulkan bikin band jazz karena suka banget sama genre pop jazz. Lumayan eksis, tapi dia justru gak suka jadi eksis karena banyak orang yang deketin karena kekayaannya. Sayang banget sama pacarnya.

Seto sahabat karib Rei, main bass, sebenarnya awalnya mau jadi gitaris tapi dia lebih senang main bas. Mukanya sebenarnya biasa aja, tapi karena gayanya yang keren jadi banyak yanh perhatiin.

Ian belum pernah gue munculin sih, sama Will juga. Tapi mereka berdua ini sohib dekat yang bisa diibaratkan kayak danang darto, duo yang hobinya ngelawak, meski kadang lawakannya suka bikin orang bete. Ian main keyboard, Will main drum. Ian juga sebagai backing vocal,karena suaranya juga bagus. Dan kadang juga suka tukeran dengan Agnes.

Dah yuk, ayo lanjoootttt jgn lupa vomments yah!

***

Tiba-tiba gue merasakan ada yang menarik tangan gue dan memegangi badan gue. Daniel. Coba aja kalau dia nggak melakukan itu semua, gue udah jatuh ke tangga yang tadi gue gak lihat mungkin. "Lu gak apa-apa, Naomi?"

"Ehm, gapapa sih," balas gue. Tapi ini posisi kok agak nggak enakin ya. Kalau ada yang lihat bisa jadi perka---

Dan tiba-tiba muncullah Rei.

Huanjer.

***

Yap. Emang such a bad timing banget. Begitu gue keluar ruangan cuma untuk menelpon Nao karena gue tidak mengabarinya ketika gue mendadak ditarik oleh Seto untuk bersiap-siap di backstage, gue malah ketemu Naonya sendiri. Tapi dalam posisi nggak enak banget. Lagi pelukan sama cowok yang mulai gue anggap sebagai saingan, Daniel.

Ya tapi gue yakin itu gak sengaja. Orang ada tangga di belakang mereka. Pasti gak ada apa-apa lah mereka. mana Nao juga polos banget gitu kok.

"Hoi." Sapa gue standar begitu mata gue dan Nao akhirnya bertemu. Raut muka cewek itu terlihat aneh, dan Daniel langsung buru-buru melepaskan cengkramannya dan membiarkan pacar gue itu berdiri sendiri. "Kemana aja lu, Nao? Dari tadi gue cariin.."

"Ha-harusnya gue yang nanya gitu, Rei! aHhHAHAHha" Dih entah gue aja atau memang tawa Nao kali ini terdengar aneh banget. banget. "Eh, Rei, i-ini gak seperti yang lu pikirkan, kok."

Heh? Gue mikirin apa? Batin gue sejenak sambil menatap Nao dan Daniel dengan heran.

"Rei, ayo buruan!" Seru Kak Agnes yang tiba-tiba keluar dari pintu backstage, lalu melihat kita bertiga yang kayak lagi tegang. "Eh, ini ada apaan?"

"Gak apa-apa, kok." Balas gue, kemudian berjalan mendekat ke Kak Agnes. "Yaudah Nao, Daniel. Gue mau nampil dulu, ya!" Lanjut gue ke dua orang yang ada di depan gue itu sambil berlalu bersama Kak Agnes, memasuki ruang backstage lalu menutup pintu.

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang