8. Birthday

487 30 4
                                    

BONUS PAP DANIEL! harusnya dia gak PAKAI KACAMAta tapi susah bgt nyari yg gakbpake. Tapi rambutnua begitu.

Hellloooowwww. Maap udah lama baru nongol. Banyak pikirian segala macem. Embiwei bentar lagi natal yezzzzz

Abigail Naomi tokoh utama. Polos, suka baca komik. Bestienya Rei.

Alexander Reinhard tokoh utama. Gaul, cakep, anak band gitu, bestienya Naomi.

Daniel Alexander teman sekelas Nao dan Rei. Anak basket.

Alexandra Sherry kakaknya si Rei

Erik kakak kelas di bandnya Rei (Coffee Cone)

***

Saat yang ngakak adalah ketika biasanya cowok yang menunggu si cewek dengan gaunnya turun dari tangga, tapi keadaan gue sekarang malah kebalikan dari itu semua. Sekarang gue sedang turun dari tangga dengan kemeja putih membalut tubuh gue, dasi melilit di leher gue dan jas hitam di tangan gue, diperhatikan oleh Nao yang sedang menunggu gue di lantai bawah. Beneran deh, Nao yang pada dasarnya memang sudah cantik jadi makin cantik dengan rambutnya yang sudah ditata dan gue yakin rambutnya itu ditata oleh kakak gue, ditambah gaun hitam selutut yang meski gue sering melihat kakak gue menggunakannya, tetapi semua tentu akan berbeda ketika yang memakainya adalah orang yang gue suka.

Gue terkunci sesaat di matanya, yang kini sedang menatap mata gue juga.

"Ngeliatin apa, lu?" Tanya gue pada akhirnya sambil mencoba melihat ke arah lain, menyembunyikan muka gue yang gue yakin sudah memerah untuk yang kesekian kalinya. Gimana nggak malu, dengan tampang polosnya cewek itu malah menatap gue lebih dalam dan lebih dalam lagi.

"Dih, S-Siapa coba yang ngeliatin luuuuu." Balasnya. Ah boong lu.

"Yaudah, sekarang kalian berdua tinggal berangkat aja!" Seru Kak Sherry kemudian berlari menjauh menaiki tangga. "Aku mau ke kamar dulu, ya!"

Sekarang tinggal kita berdua di ruang tamu, cengo. Gue bingung mesti apa. Apa gue harus bilang bahwa dia cantik banget sore ini? Jeh, mana berani gue. Atau gue harus menanyakan pendapat dia mengenai penampilan gue? Boleh aja sih, tapi kalau dia bilang jelek?

"Yaudahlah Nao," Sahut gue akhirnya, berusaha memecah keheningan. "Jalan, yuk."

***

Awkward banget dah.

Padahal tadinya gue berniat untuk memesan taksi, tapi tautau begitu gue keluar rumah gue melihat ada mobil keluarga Nao dengan siapnya mejeng di depan rumah gue.

Dan sekarang gue sedang duduk dengan awkwardnya di bagian tengah mobil, sementara Nao duduk di depan bersama dengan bapaknya yang sedang menyetir, tidur.

"Gimana sekolahnya, Rei?" Tanya pria paruh baya itu, membuat gue kaget dan semakin tegang. Meski sebenarnya gue udah lumayan sering dan lumayan dekat dengan bapaknya Nao, tapi tetap aja, sekarang situasinya beda. Gue sudah menjadi pacar Nao. Dan di film-film biasanya ayah si cewek anti banget dengan pacar anaknya itu. Kayak lagu Rude gitu deh. Kacau.

"Eh, gitu deh Oom, hehehe" jawab gue sambil ketawa biar tegang gue enggak keluar-keluar. Tapi nyatanya tawa gue jadi kedengaran kayak orang mabok. Hwanjer.

"Gitu gimana?" Tanya pria itu lagi. "Kalau kamu sama Naomi, gimana? Kalian mulai pacaran sejak kapan, sih?"

Jreng.

"Hah? K-kok, Oom tau?" Tanya gue sambil berusaha tersenyum, padahal dalam hati gue udah anjritanjrit matii mati gue.

"Ya tau lah, masa gak tahu." Feeling gue beliau taunya dari si Nao dah. "Si Naomi barusan kasih tahu, hahaha. Tenang aja Rei, Oom gak marah kok. malah Oom mendukung."

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang