16. Strange Steps

144 2 3
                                    

///

[Daniel's POV.]

Gue gak akan pernah lupa, bagaimana kita bertemu waktu itu.

Lembut tawanya, hangat senyumnya, nyaman suaranya. Semua membuat gue merasa nyaman, biarpun banyak beban di pikiran gue. Biarpun banyak hal di sekeliling gue. Pasti pikiran gue entah kenapa selalu tertuju kepadanya.

Gue cinta dia.

Dan gue gak akan melepaskannya begitu saja.

***

[Nao's POV]

"Jadi, adik lu kira-kira suka yang mana, Dan?" Tanya gue kepada cowok yang kini berjalan di samping gue. Tadi siang, di sekolah, Daniel mengajak gue untuk menemaninya membeli hadiah untuk adik perempuannya. Gue bahkan baru tahu kalau Daniel punya adik perempuan yang bedanya nggak jauh dengan dia, yaitu kelas 3 SMP, hehe. Selama ini dia nggak pernah cerita, sih.

Tapi ada bagusnya juga sih, dia ajak gue. Jadi, gue gak perlu pulang bareng Rei. Meski hari ini Rei gak bisa pulang bareng juga, sih, karena ada rapat pensi. Bisa mati gue kalau ketemu dia sekarang, malu bangettt.

"Hm... dia suka warna putih, sih. Kayaknya dia bakal suka yang itu." Jawab Daniel, menunjuk salah satu slingbag dengan warna putih yang gue pegang. "Tapi menurut lu bakal terlalu dewasa untuk dia nggak, sih?"

"Nggak apa-apa, lah! Lagipula, dia kan sebentar lagi SMA. Ini bisa jadi hadiah biar dia nanti jadi ABG yang ke mall jalan-jalan pakek sling bag, hahaha..." Canda gue. "...Eh bentar. Adik lu orangnya kayak gimana, sih? Kok tadi gue jadi main milihin hadiah padahal gue nggak tahu dia kayak gimana. Taunya orangnya suka belajar, lagi. Kalau gitu mah, kita kasih notes aja!"

Daniel, bukannya merespon pertanyaan gue, malah tertawa unyu. "Hahaha, panik banget, Naomi. Gapapa, kok, dia orangnya fleksibel suka semuanya. Yaudah, gue beli yang ini ya." Jawabnya, refleks gue langsung menyerahkan tas putih itu ke Daniel. "Ngomong-ngomong, lu nyaraninnya yang mana emang, Nao?"

"Eh, yang putih bagus, kok. Kan adik lu suka putih, hehe. Tapi gue lebih suka yang coklat, sih. Cuma ya, kalau adik lu suka warna putih mah, warna putih aj--" Gue kembali panik, waswas takut Daniel mengubah pilihannya karena gue.

"Yaudah, sini yang coklat mana."

Tuh kan!

"Ih, jangan atuh Dan... Adik lu kan suka yang putih. Nanti kalau dia nggak suka gimana dong!?" Gue mulai panik. Nanti gue disalahin lagi, huhu.

"Selaw, sih. Mana sini." Daniel mengambil slingbag coklat yang juga ada di tangan gue. Yaaah. "Dah, gue mau bayar dulu. Lu duduk di sono, gih."

Aih. Dengan pasrah, gue pergi ke sudut toko ini dan duduk di bangku kecilnya. Pikiran gue kacau, takut adik Daniel nggak suka dengan pilihan gue. Huff, nggak apa-apa, Naomi, nggak apa-apa, batin gue mencoba menghibur diri.

Tapi lucu juga loh tadi Daniel. Dia minta ditemani karena takut ke store cewek sendirian, jadi dia minta ditemani gue, hahaha. Padahal mah sama aja, ya. Lah ini dia mau bayar sendiri. Ngehehe.

Sambil menunggu, gue mengeluarkan handphone dari saku rok abu-abu gue. Disitu gue sadar kalau ada LINE masuk.

Rei: Naooooomiiii

Rei: Nao

Rei: N

Rei: A

Rei: O

Ih ini cowok ngapain sih, kok gajelas banget ngeh.

Tapi lucu sih.

PAAN DEH NAO

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang