5. Third Person/s

608 36 2
                                    

dedikasi kali ini untuk qisti, yang gambarnya jago bhuangettt :3 thanks udah digambarin qis :3

Ditunggu vommentsnya!!

***

"Weh Dan, sini deh! Ada kabar gembira nih!" Teriak Agung ke gue yang baru saja memasuki lingkungan sekolah. Sial, pagi-pagi udah diteriakin. Untung sekolah masih sepi banget.

"Kalau ternyata itu mastin, gue hajar juga lu...." Ucap gue mengancam. Tapi bukannya takut si Agung malah menarik gue ke tempat dia berdiri, ke depan papan pengumuman yang disitu tertempel daftar nama murid dan pembagian kelasnya.

"Liat noh, daftar murid kelas 11 IPA 4!" Serunya sambil menunjuk kertas yang diatasnya bertuliskan 11 IPA 4. Seperti halnya semua murid di Indonesia, hal yang pertama gue lakukan adalah mencari nama gue di situ. D... D... Daniel Alexander.

"Ya terus kenapa?" Jawab gue kemudian mengerutkan kening. "Oh, gue nggak sekelas sama lu? Baguslah." Lanjut gue lalu tersenyum sinis. Ya nggak, lah. Agung itu sahabat gue, dan dulu pas kelas 10 gue sekelas sama dia. Bisa dibilang sih dia kembar dempet gue. Gue juga sebenernya pengen sekelas sama dia, tapi ya mau gimana lagi.

"Yee, pea! Bilang aja lu pengen sekelas sana gue!" Serunya kemudian mendorong gue. "Bukan itu tapi, Dan. Lu liat dong, daftar muridnya dari atas!" Lanjutnya kemudian memutar kepala gue sehingga gue kembali menghadap ke kertas yang ada di mading itu.

Guepun menghela nafas, tidak punya pilihan lain selain menyimak daftar murid kelas 11 IPA 4, kali ini dari atas. Emang ada apa, sih? Palingan cuma A... A... A-Abigail.... Abigail Naomi?

Secara spontan gue langsung menggenggam kuat pundak Agung yang ada di sebelah gue. "Wei, serius lu gung?" Tanya gue. "Gue... sekelas sama Abigail Naomi?"

"Ya iyalah, serius!" Seru Agung sambil memamerkan gigi-giginya. "Gembira banget, kan? Gue tau lu masih suka sama dia, Dan!"

"SSSTTT!!" Seru gue sambil menginjak kaki sobat gue itu, yang dibalas dengan rintihan darinya. Ya, Naomi adalah orang yang gue sukain sejak SMA. Jujur, sebenernya gue juga nggak begitu dekat dengan itu cewek sampai pada akhirnya dia menolong gue yang jatuh saat pertandingan basket classmeet akhir tahun ajaran. Malu-maluin sih emang, masa cewek yang nolongin. Harusnya cowoknya, kan ya. Tapi sejak itu gue mulai merhariin dia, dan pada akhirnya, gue...

"Tapi lu sekelas sama pacarnya juga lho, Dan."

Hah.

"Pacar? Emang dia punya pacar?" Tanya gue setengah panik. Lah tau darimana si Agung? "Sejak kapan? Siapa!!?"

"Selaw, selaw, Dan..." Ujar Agung seolah menenangkan mahluk buas sambil mengarahkan kedua telapak tangannya kearah gue. "Beritanya udah nyebar kemana-mana, loh. Pacarnya itu loh, yang bareng sama dia melulu, si Alexander Reinhard. Katanya sih jadiannya pas akhir-akhir masuk kemarin." Jelasnya sambil menunjuk ke sebuah nama di daftar murid 11 IPA 4, tepat di bawah nama Naomi.

"Si Rei anak band itu? Yang teman kecilnya Naomi itu?" Tanya gue lagi. Setelah gue ingat-ingat, emang si Alexander Reinhard dan Naomi bareng melulu, bahkan dulu gue kira mereka pacaran, taunya cuma teman sejak kecil. Tapi pada akhirnya mereka jadi juga. Kok bisa, ya? Padahal dengan status sebagai sahabat sejak kecil, gue punya keyakinan bahwa dia akan tetap di friend-zone sampai selama-lamanya.

"Iya. Sebenernya bukan anak band juga, sih. Kayaknya dia cuma sering ngegaul bareng anak band. Lagian lu lama, sih. Sampai sekarang bahkan lu baru berani whatsappan doang." Omel Agung yang membuat gue menghembuskan nafas. Ya tapi gue sering whatsapp sama dia, loh. Jangan salah sangka! Cuma ya gitu, ngomonng di kehidupan nyata gue nggak pernah. "Tapi sebenernya lu masih punya kesempatan lho, Dan. Kabarnya, mereka berdua nggak serius-serius amat."

Baby in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang