11

134 30 15
                                    

"Selamat ya Nath, semoga abis ini lu dimudahkan dalam mencari jodoh"

Ada apaan dah, dateng dateng bukannya ketuk pintu. Langsung ngomong nggak jelas begitu.

"Apa sih?"

"Nothing, cuma berharap aja semoga jodoh lu ga punya riwayat hipertensi. Bisa mati muda punya suami kaya lu"

Nathan menutup laptopnya, ia melepas kacamata yang masih bertengger dihidung.

"Lu kenapa dah? Dateng dateng ngomong yang jelas bisa kan? Gua lagi pusing, lu gausah bikin emosi"

Saka mendengus, ia berdiri mendekat ke meja Nathan.

"Selamat Nathaniel, Maura dapet masalah dikampus gara gara SP yang lu kasih"

Punggung Nathan langsung menegak sedetik kemudian. Ia tatap intens Saka yang tersenyum remeh padanya.

"Kenapa muka lu langsung begitu? merasa bersalah?"

"Maura insecure berat Nathan, dia bener bener kemakan omongan lu yang ga seberapa itu. Dia pikir dirinya ga deserve buat jadi mahasiswa akhir karena ga punya skill sama sekali"

Saka sengaja menyudutkan Nathan, supaya laki laki itu sadar dengan perasaannya. Ia tahu selama ini Nathan sengaja memarahi Maura karena tak punya alasan untuk bertemu atau sekedar berbincang dengan gadis itu.

"Gara gara itu Maura ambil satu semester lagi. Dia ga yakin sama dirinya sendiri setelah magang disini. How do you feel,Nath? Liat impact gengsi lu itu di kehidupan Maura"

"Gua..." Nathan menggantung ucapannya.

"Heh, lu mau kemana?!" sentak Saka kaget tiba tiba Nathan berdiri hendak pergi.

"Divisi pemasaran"

"Maura ga berangkat hari ini"

Ucapan Saka membuat Nathan diam ditempat.

"Hari ini bukannya Maura harus minta laporan magang ke perusahaan?"

Saka mengangguk, "diwakilin Resha"

Nathan kembali diam, dia bingung harus berbuat apa sekarang. Ia merasa bersalah.

"Talk to her..."

"Apa?"

"Temuin Maura"

"Never, gua-"

"Jangan jadi pengecut, Nath"

Nathan mendecak, "Just make simple, gua bisa hubungan sektor dikampusnya secara personal buat naikin nilai Maura secara objektif tanpa pengaruh dari hasil magang disini" balas Nathan.

Saka menggeleng sambil berdecak, "Do as a man not a boss"

"Terserah lu dah Nath, kalo lu beneran sayang sama Maura pergi temuin dia seenggaknya buat minta maaf"

"Karena marahnya elu itu bukan pure karena kesalahan dia waktu magang. Tapi, karena gengsi lu yang ga tertolong"

"Gua ga gengsi?!"

"Terserah, susah ngomong sama orang denial
Berasa ngomong sama tiang listrik"

"Skill Maura emang masih kurang banget, Saka. Gua negur karena pengen dia ngerti kurangnya dimana. Biar dia tau apa yang harus dipelajari lagi"

Saka mengangguk, "iya, gua akuin Maura emang agak lemot. Tapi, lu terlalu berlebihan Nathan. Maura itu masih magang, tujuan magang ya cari ilmu dan kembangin skill. Harusnya kita itu membantu bukan menuntut"

Alis Nathan mengerut tak suka, "lu kenapa dah emosi kaya gini?"

"Because i feel her, gua pembimbingnya di kantor ini selama mereka magang. Gua pernah ngerasain sefrustasi apa jadi mahasiswa akhir"

STONEHENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang