22

228 24 5
                                    

"Dek, ini bukan pertama kalinya loh"


"I just wanna protect you as a brother, siapa sih yang ga sedih liat adek sendiri dicampakkin gitu aja?"

"Aku ga dicampakkin" sentak Maura, ia tatap Januar tak suka.

Decihan remeh keluar begitu saja dari mulut Januar. Ia merasa lelah sendiri melihat hubungan adiknya dengan Nathan.

"Kalo ga dicampakkin terus apa?"

"Ada nggak dia call atau vc kamu? Chat aja jarang. Suka mendadak dateng terus minta sesuatu, udah diturutin eh malah pergi. Abang ga habis pikir, makin lama kok makin keliatan ga benernya"

Maura yang mendengar ocehan dari kakaknya hanya bisa diam dan mendengus sebal. Ia tak ingin mengambil hati atas semua perkataan Januar.

Ia sudah cukup overthinking dengan sikap Nathan akhir akhir ini.

"Nathan ga kaya gitu"

"Buta, makan noh cinta. Abang sampe bingung harus ngomongin kamu pake cara apalagi" tatapan Januar menajam menatap sang adik yang sedari tadi tak melihatnya.

Persetan dengan sikapnya yang terlalu kasar saat berbicara. Januar hanya khawatir dengan Maura. Ia sedih san tak tega melihat adiknya yang tak dihargai oleh Nathan.

"Abang tuh gausah ikut campur, aku udah gede udah bisa urus diri sendiri" katanya lalu berdiri beranjak menuju kamarnya dan meninggalkan Januar yang terduduk disofa.

Januar ikutan serba salah.

















Laki laki dengan dimple dibawah kedua matanya hanya terkekeh. Ia tak berniat membalas pesan dari sahabatnya dan memilih meletakkan ponselnya disamping cangkir teh yang masih mengepulkan asap.

Sabian menoleh kesamping merasakan bahu kirinya ditepuk.

"kenapa kok ketawanya kaya sedih gitu?"

"hah?" Sabian menggeleng, "gapapa bang"

Liam melirik kearah ponsel Sabian yang masih menyala. Ia liat roomchat milik Maura tertera pada ponsel tersebut.

"Maura, masih ga tau ya?"

Kening Bian berkerut tanda bingung, "tau soal apa?"

"Kamu, Sabian. Kamu sayang kan sama Maura?"

Sabian terkekeh lalu menyeruput lagi tehnya, "Semua sayang Maura, bang. Maura juga tau, aku sayang dia"

Liam hanya diam menatap adik sepupunya yang tersenyum nampak baik baik saja.

"Nggak capek Bi?"

"Enggak"


















***











"Hp mulu"

"Hehe sorry" Gadis dengan rambut hitam panjang itu hanya terkekeh.

Ia menyeruput minuman dingin yang baru saja dibelikan kekasihnya.

"Punya kamu rasa apa?"

"Hazelnut latte"

"Mau dong cobain"

Saka memberikan cup drinknya kepada Resha. Membiarkan anak itu mencicipi minuman pilihannya.

"Kok enakan punya kamu, tuker deh" katanya dengan cepat menukar minuman keduanya membuat Saka mendengus.

"Kebiasaan" gumam laki laki itu.

STONEHENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang