8

135 26 18
                                    

Jari telunjuk Nathan mengetuk ketuk stir mobil. Wajahnya nampak sedang memikirkan sesuatu. Kedua alisnya bertaut, ia mengigiti bibir bawahnya. Suatu kebiasaan Nathan jika sedang berpikir.

Matanya mengamati orang orang yang berjalan ditrotoar. Hari sudah hampir tengah malam tapi masih ada beberapa orang yang berlalu lalang.

Ia melirik kearah kursi penumpang. Sebuah totebag berukuran kecil berwarna putih ada disana.

"Ck, gua ngapain dah"

Nathan sendiri bingung dengan perasaannya yang tak jelas. Ia kesulitan memahami kemauan dirinya sendiri.

"Shit, malah makin kepikiran" makinya memukul stir mobil.

"Gua suruh Saka taro dimejanya lagi aja deh besok" gumamnya.

Setelah beberapa saat melamun entah memikirkan apa. Nathan melepaskan jas kantornya dan melemparnya kekursi belakang.

Ia melihat kearah samping kanan, sebuah supermarket disana. Nathan keluar dari mobil karena tenggorokannya terasa kering, ia putuskan untuk membeli minum.

"tambah Marlboro merah satu" ujar Nathan. Ia hanya membeli satu kaleng cola dan sebungkus rokok.

Setelah melakukan pembayaran ia melangkah keluar dari supermarket.

Dug

"Sorry kak ga se-ngaja..."

"Maura?"

"A-an-em... Selamat malam pak,permisi" Maura membungkuk sebentar lalu masuk kedalam supermarket mengacuhkan Nathan.

Sedangkan Nathan hanya diam, fokusnya teralih kepada cara jalan Maura yang masih aneh.

"Ya tuhan ya tuhan...tuhan mimpi apa gue" dada Maura naik turun, nafasnya terengah. Kaget banget tiba tiba ketemu Nathan disupermarket.

Kaya ga ekspektasi aja bisa ketemu. Gatau deh Nathan bakal ngecap Maura ga sopan, dia malu dan panik tiba tiba ada Nathan.

"Emang orang kaya belanja disupermarket begini ya?" gumam Maura sambil memilih beberapa makanan ringan ke keranjang.

"Serem banget anjir udah kaya jumpscare" keluhnya lebay.

Maura masih kesel aja sama Nathan karena tadi siang. Tau sih itu salah dia, tapi kan ga sengaja nabrak OB.

Nathan juga ga harus ngata ngatain Maura segitunya? Kesannya kaya ngeremehin banget, Maura ga suka. Sebodoh itu kah dia, kayanya ga pantes banget magang di kantor Na Tech.

Setelah selesai membayar, Maura keluar dari supermarket sambil berdoa. Berharap seseorang yang baru saja ia temui beberapa.menit lalu sudah tak ada disana.

"Hhah, untung aja udah pergi" helanya lega.

"Maura?"

Salah denger kan ini? Masa si suaranya pak Nathan? Dengan ragu, Maura menoleh kebelakang. Ia lihat Nathan berdiri disana menggenggam satu kaleng cola.

"Selamat malam,pak" sapanya lalu membungkuk kaku.

"Bisa bicara?"



















Nathan dan Maura memilih duduk disebuah kursi besi yang tersedia disupermarket tersebut. Untung saja tak ada pengunjung disana, jadi Maura sedikit merasa bebas dan tak malu.

"Maaf pak soal berkas tadi siang. Saya benar benar minta maaf atas kelalaian yang saya buat. Jika ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk menggantikan berkas tersebut, saya siap dipekerjakan pak"

STONEHENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang