9

121 25 4
                                    

Ghani menepuk nepuk bahu Maura yang terlihat pasrah. Tak tau apa alasannya, ia sedikit iba melihat sahabatnya akhir akhir ini seringkali dipanggil oleh sang bos ke ruangan.

"Good luck" bisik Ghani Maura hanya tersenyum kecil lalu keluar dari ruangan divisi.

Ghani dan Resha saling pandang tak enak hati.

"Lu tau kalo Maura dipanggil ke ruangan pak Nathan bareng sama Kenan?"

Ghani menoleh, "maksudnya?!"

"Kenan juga dipanggil ke ruangan pak Nathan" balas Resha.

"Sekarang?" Resha mengangguk.

"Gua ketinggalan apalagi nih? Perasaan Maura udha ga deket deket lagi sama Kenan"

Resha mengangguk, "gue juga gatau? Tapi kemaren gue liat mereka keluar dari cafe kantor. Jangan jangan ada sesuatu yang kita gatau?"

Apapun itu, ia berharap semoga Maura tidak terkena masalah besar.

"Lagian lu tuh kenapa si masih diemin Maura?" kesal Ghani.

"Siapa yang diemin si? Gue kesel doang kak Saka ngasih Jelly ke Maura"

"Emang beneran Saka yang ngasih?"

"Yaa...yakin ga yakin sih"

"Yeuu" Ghani menoyor kepala Resha gemas.

Aneh, belum ada status tapi sudah cemburu ga jelas.

"Lu tuh kaya yakin amat kak Saka mau sama elu, sampe cemburu kaya gini"







Maura mencoba mengumpulkan tekad dan percaya diri sebelum mengetuk pintu ruangan Nathan.

Tangannya bahkan sudah gemetar hebat sejak tadi.

"Just breath" gumamnya lalu mengetuk pintu ruangan Nathan.

Pintu ruangan Nathan terbuka, ia mendapatkan Kenan sudah berdiri diruangan tepat didepan Nathan yang sedang duduk.

Maura membungkuk hormat sebelum masuk dan bergabung berdiri disamping Kenan.

Untuk sesaat ia berpikir, kesalahan apa yang sudah dirinya lakukan bersama Kenan(?). Kenapa ada Kenan disini.

"Terimakasih sudah datang tepat waktu, kalian berdua dipanggil kesini atas permintaan Pak Nathan" Personal Assistan Nathan berbicara.

"Ekhem, jadi langsung saja" interupsi Nathan. Ia meletakkan dua buah surat diatas meja lalu menatap Maura dan Kenan bergantian.

"Berdasarkan isu akhir akhir ini yang membuat gempar di lingkungan perusahaan, dengan berat hati saya memberikan kalian surat peringatan"

Maura berjengit kaget, ia melirik ke arah Kenan yang nampak sama kagetnya.

"Maaf pak, sebelumnya apa kesalahan saya sampai bapak memutuskan memberikan surat peringatan kepada saya?" Tanya Kenan spontan.

Raut wajahnya terlihat sedang menahan amarah. Mungkin tidak terima diberikan surat peringatan oleh sang bos.

"Berita soal hubungan kalian yang kian dekat sudah menyebar di seluruh departemen. Hal ini memicu persepsi persepsi negatif yang bisa merugikan kalian sendiri dan perusahaan"

"Apa kalian tidak tahu aturan karyawan Na Tech. Bukankah disetiap ruangan sudah tersedia papan aturan? Sebelum kalian resmi menjadi karyawan bukankah suatu kewajiban menghafalkan aturan aturan diperusahaan ini?"

"Dimana sikap profesionalitas kalian?!" Kenan dan Maura hanya mampu menunduk ditatap tajam oleh Nathan.

"Maaf pak tapi saya dan Pak Kenan tidak memiliki hubungan apapun"

STONEHENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang