10

145 27 9
                                    

"Laporan udah sampe mana?" Tanya Maura.

"Udah 95%" Ghani menunjukkan layar laptopnya.

Maura mengangguk, semangatnya akhir akhir ini hilang seketika. Padahal waktu magang di kantor tinggal 4 hari lagi.

"Takut banget, pasti nilai magang gue jelek"

Resha langsung menoleh, ia merangkul pundak lemas sahabatnya.

"It's okey Maura, dospem kita pasti ngerti kok. Namanya magang kan belajar, kita disana cari ilmu"

Ghani mengangguk setuju, "don't worry, Ra, yang penting semuanya lancar. Soal jelek atau bagus hasilnya yang penting lu udah berusaha sebaik mungkin"

Senyuman langsung terbit dibibir Maura. Ia mengangguk menatap kedua sahabatnya bergantian.

"Tapi, bayangin deh kalo misal nanti ditanya sama dospem. Kenapa bisa dapet surat SP. Gue mau jawab apa coba"

Resha dan Ghani diam saling melirik. Kalo soal itu jujur dia ga bisa bantu sih. Apalagi nanti ada wawancara personal setelah magang.

"Ya...jujur aja?"

"Karena deket sama senior pak, makanya saya dikasih surat SP. Ya tuhan, enggak banget plis" keluh Maura.

Dia beneran stress banget gara gara masalah ini. Maura belum siap dapet konsekuensi dari dospem karena kelalaiannya ditempat magang.

"Gue takut ngulang semester ini"

"Enggak dong, jangan sampe lah. Ayo dong semangat jangan nyerah gini"

Maura mengangguk angguk dengan wajah lelahnya.

"Gue emang sebodoh itu ya? I mean, gue emang ga pantes jadi mahasiswa semester akhir. Pak Nathan selalu marahin gue Res, Ghan, dan masalahnya selalu sama. Dia bilang gue ga ada skill sama sekali"

Resha dan Ghani membiarkan Maura menumpahkan segala keluh kesahnya.

"Pasti ada aja yang salah dimata Pak Nathan. Ada aja pekerjaan gue yang harus direvisi. Gue sebodoh itu ya? Gue udah bekerja keras, udah usahain yang terbaik tapi hasilnya sama aja. Gue ga pernah bikin atasan puas sama hasil pekerjaan gue"

"Ra..." Resha memasang wajah sedih menatap Maura.

Ini bukan pertama kali ia mendengar keluhan Maura tentang pekerjaan. Sudah berkali kali gadis itu mengeluh soal kemampuannya di tempat kerja pada Resha dan Ghani.

"Lu udah lakuin yang terbaik, Ra,trust me. Berhenti nyalahin diri sendiri" Ghani.

"Am i?"

"Ya, kemampuan orang emang beda beda. Mungkin gua baik di laporan, Excel, PPT, atau semacamnya tapi gua buruk di presentasi. Kebalikannya lu kan? Lu bagus dalam publik speaking, presentasi, dan lain lain. Semua ada plus minusnya"

Resha mengangguk setuju, "kita harus belajar lebih giat lagi sekarang. Ditempat magang kita jadi tau kurangnya dimana kan?"

Maura mengangguk.

"So, ambil positifnya ya Maura. Pak Nathan marah marah terus pasti pengen kamu itu berkembang"

"Ya...tapi tetep aja aku ga suka sama Pak Nathan"

















***



















Resha kembali mengetuk pintu apartemen Maura. Ia menggerutu kesal karena Maura mengganti password apartemennya sehingga dirinya tidak bisa masuk.

STONEHENGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang