Thank you for read.
•Vote
•Share
•Comment
_______________________________Langit terlihat sangat cerah sehingga hujan badai pun turun dengan senang hati. Melihat situasi menyenangkan yang membuat dagdigdug seeerrr menangis itu, Xerena berdecak kesal. Mereka tengah terjebak di lampu lalu lintas berwarna merah, beruntungnya hanya sedikit macet, tidak banyak macet sampai 100 kilogram bukti bahwa kau mengubah caraku memandang dunia, yang sabar yah memang ujian itu sulit tapi kamu lebih sulit untuk didapat, asik.
"Apa kau masih bisa melihat jalannya dengan jelas?" Gevano terlihat bertanya memastikan seraya sibuk berkutat dengan HPnya.
"Iya, ini tidak selebat biasanya." Xerena menjawab seadanya seraya berusaha mengemudi dengan aman ditengah hujan ini.
Lampu lalu lintas pun menyalakan lampu hijau, Xerena langsung menjalankan mesin mobil milik Gevano tersebut. Entah perasaannya atau bagaimana hujan sudah semakin lebat, bahkan jalan hanya terlihat sekilas saja jika bukan karena lampu dari mobil-mobil lainnya.
"Are you sure you still can see it?" Xerena menggigit bibirnya bimbang.
"Maybe a little hard right now." Jawabnya mau tidak mau jujur.
Beruntungnya mereka, terlihat bahwa mobil sudah sampai di depan gerbang apartement bagian timur milik Xerena. Menghela nafas sedikit lega karena sudah mengemudi dengan aman sampai dengan apartementnya. Setelah melewati gerbang tersebut, Katharine langsung memarkirkan mobil tersebut sedikit serong ke kanan serong ke kiri lalalalalalalalalala pret. Memangnya ini lagu utangku ada lima, rupa-rupa bentuknya?
Dirasa sudah benar memarkirkannya, ya sebenarnya sesuai feeling saja sih, kadang saja ada filling ikan, ayam, daging sapi, daging babi, salah ya? Xerena langsung mematikan mesin mobil Gevano dan mencabut kunci mobil tersebut dari tempatnya.
"Jangan sentuh saya mbak, saya masih gadis normal!" Teriak kunci tersebut entah didengar oleh siapa, tidak ada yang peduli dan tidak penting sih sebenarnya.
"Kenapa hanya diam saja?" Tanya Xerena bingung saat melihat Gevano hanya bersantai diam ria dan tetap memainkan HPnya. Seketika aktivitas bermain HPnya tersebut terhenti mendengar pertanyaan Xerena.
"Apa maksudmu dengan 'kenapa hanya diam saja'?" Tanya Gevano ikut kebingungan.
"Lah, kita sudah sampai bego!" Xerena terlihat menahan emosinya agar tidak keluar.
"IYA TERUS KENAPA?" Xerena menatap Gevano heran, tidak paham dengan isi kepala lelaki tersebut. Mungkin filling daging udang kepalanya.
"IYA TURUN!"
"AKU TIDAK MEMBAWA PAYUNG!" Xerena menatap jengkel Gevano.
"MOBIL SAMPAH, BAHKAN PAYUNG PUN TIDAK ADA DI MOBIL INI?"
"SHUT THE FUCK UP!" Xerena memutar bola matanya malas mendengar umpatan Gevano yang entah mengapa sudah menjadi musik di telinganya tersebut.
"I'm out." Gevano melototkan kedua matanya tak percaya tatkala Xerena mengatakan hal tersebut.
Tak usah menunggu 5 detik, Xerena yang terlihat sudah menggunakan tudung hoodienya langsung membuka pintu mobil berniat menembus hujan. Dirinya juga membawa plastic bag hitam berisi box mikroskop yang mereka beli.
"Shit, are you crazy?" Tanpa berpikir panjang, Gevano langsung melepaskan jaket jeans hitamnya dan melompat menyusul Xerena di tengah hujan tersebut. Jangan lupa mengunci mobilnya hey!
SREETTT!
Kedua bola mata Xerena serasa ingin keluar dari tempatnya sesaat setelah Ia merasakan seseorang sedang berdiri sangat dekat dengannya. Wajahnya menoleh pada Gevano yang sudah berdiri dibelakannya menempel pada punggungnya dengan dirinya menggunakan jaketnya sebagai payung bagi mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Our Universe : Ice Vodka | ✔JENRINA BLUESY JENO × KARINA
RomanceSepasang laki-laki dan perempuan diciptakan dengan nama Gevano Leeverton dan Xerena Yvonne. Mereka hanya diciptakan, namun yang menentukan kisah kehidupan mereka adalah mereka sendiri. Mereka akan menemukan Gevano dan Xerena mereka sendiri. Bagaim...