XXIII-Caecīdi

301 30 0
                                    

Thank you for read.
•Vote
•Share
•Comment
_______________________________

Asap lebat mengepul dari rokok yang dihisap oleh seseorang. Lelaki muda itu terlihat bersantai seraya menghisap rokoknya tersebut dengan tanpa sehelai kain sedikit pun di tubuhnya. Jam menunjukkan pukul 23.00 malam di sebuah kamar apartement seseorang.

Kamar itu terlihat gelap namun lampu kecil itu berhasil memberikan cahaya dalam kegelapan kamar tetsebut. Tak hanya lampu kecil, cahaya rembulan di langit pun juga menembuskan cahayanya untuk menerangi kamar tersebut melalui jendela.

"Hnggh." Lelaki itu terlihat tetap mengabaikan suara gadis yang sedang meregangkan tubuh disebelahnya dengan kondisi yang sama yaitu tanpa sehelai kain sedikit pun di tubuhnya.

SRET!

"Setidaknya meminta izin terlebih dahulu." Ucap lelaki itu ketus. Namun gadis yang menyita rokoknya tersebut dan menghisapnya secara langsung tidak merasa terusik sama sekali.

"Memangnya kau meminta izin juga ketika ingin meniduriku?" Laki-laki tersebut tertawa sarkas, tak dapat mengelak perkataan gadis disebelahnya yang sibuk menghisap rokok miliknya. Gadis tersebut memindahkan posisi tubuhnya mendekat kearah laki-laki tersebut sehingga kehadiran gadis tersebut disambut dengan tangan lelaki tersebut yang langsung melingkar di pundaknya.

"Sampai kapan kau akan berhasil mengencaninya?" Tanya gadis tersebut terkesan tak sabar. Laki-laki tersebut terdiam sejenak, tak tahu harus menjawab apa.

"I'm not your fucking Xerena Yvonne." Kedua mata gadis itu menajam menatap lelaki yang bernama Harley tersebut. Dengan santai, lelaki tersebut menegak whiskey langsung dari botolnya yang Ia ambil tepat di meja kecil sebelah tempat tidurnya lalu menaruh botol itu kembali di meja kecil tersebut. Gadis tersebut memutar kedua bola matanya malas melihat perlakuannya.

"Aku hanya ingin menyingkirkan gadis itu."

"Aku tidak sudi menghirup udara yang sama dengan dirinya." 

"Gadis sialan itu menghalangi jalanku."

Harley mengambil kembali rokok yang berada di tangan gadis itu kembali ke tangannya. Mengambil hisapan terakhir lalu mematikan rokok tersebut dan membuangnya di tempat sampah yang berada tepat disamping tempat tidurnya.

"She's not like other girls, hard to get in her hole dan itu membuatku semakin tertarik padanya." Wajah gadis itu berubah cemberut. Dirinya mengambil gelas yang berisi sisa whiskey lalu menegaknya sampai habis. Menaruh kembali gelas tersebut ke tempatnya semula.

"Sebaliknya dia menjadi semakin dekat dengan Gevano."

"Ini sudah larut malam, apa kau tidak ingin pulang?" Gadis itu menggelengkan kepalanya sebagai tanda jawaban pada pertanyaan Heeseung.

"Ibu dan ayahku sedang diluar kota, pelayan dan penjaga rumahku akan kubayar lebih untuk bungkam tentang hal ini." Gadis itu menjatuhkan tubuhnya secara perlahan lalu memeluk erat Harley serta menaruh kepalanya di dada bidang lelaki tersebut.

"Can you please get my phone in there?" Harley menuruti perkataannya dengan malas. Mengambil HPnya yang berada diatas meja kecil tepat di samping sisi tempat tidurnya, lalu memberikannya dengan segera.

°•°

SRET!

"I know who you are." Tawa kecil pun terdengar dari belakang tubuhnya. Kini kedua mata Xerena tengah ditutupi oleh dua tangan besar dari belakangnya.

"Hey it's not fair." Dengan perlahan dua tangan tersebut menyingkir dari pandangan Xerena. Seseorang itu langsung duduk disampingnya seperti hari-hari biasanya.

[3] Our Universe : Ice Vodka | ✔JENRINA BLUESY JENO × KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang