Thank you for read.
•Vote
•Share
•Comment
_______________________________Kedua kaki Xerena sedari tadi tak dapat diam akibat merasa cemas ditemani oleh Mason dan Gardenia. Kini mereka sedang berada di ruang tunggu IGD. Xerena dapat merasakan kedua matanya panas dan terlihat memerah akibat menangis tak hentinya. Gardenia yang sedang terduduk disampingnya berinisiatif mengelus-eluskan pundaknya, berusaha menenangkan gadis tersebut.
"Everything it's gonna be alright." Bisiknya pada Xerena. Xerena yang tidak sanggup berkata-kata hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan.
Yeremia menghela nafas berat sembari menyenderkan punggungnya di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 22.10 malam. Sudah 4 jam lamanya mereka menunggu di IGD tersebut.
SRRRATTT!
Kini pandangan mereka bertiga beralih kepada dokter yang baru saja membuka tirai. Dengan perasaan tak karuan, Xerena dan Gardenia berdiri bersiap mendengar penjelasan dokter. Terlihat juga beberapa perawat baik perempuan maupun laki-laki yang sedang mengeluarkan alat-alat yang digunakan oleh mereka selama itu.
"Sejauh ini, ini yang paling jauh." Kedua kaki Xerena terasa lemas mendengar penjelasan dokter tersebut.
"Kami sudah berusaha sebaik mungkin." Kini Yeremia dan Gardenia pun ikut lemas mendengarnya.
"Karena itu, kami berhasil menjahit seluruh luka yang ada di tubuh pasien dan kami sudah mendapatkan darah yang cocok untuk donor darah pasien." Helaan nafas lega terdengar dari Xerena, Yeremia, dan Gardenia.
"Pasien belum sadar dan butuh istirahat yang banyak karena level lukanya yang termasuk sedikit berat." Yeremia mengangguk paham mendengar penjelasan dokter.
"Selain itu, pasien harus menjalankan perawatan dirumah sakit terlebih dahulu dan besok baru boleh pulang jika Ia pulih dan sadar."
"Terimakasih dokter." Ucap Yeremia kepada dokter tersebut.
"Sama-sama, baik kalau begitu saya permisi terlebih dahulu." Gardenia dan Xerena terlihat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda silahkan. Dokter tersebut langsung meninggalkan tempat itu.
TAP!
TAP!
TAP!
"Hey, glad to see that you're okay." Winona dengan cepat langsung memeluk tubuh Xerena. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir.
Samuelson terlihat mengikuti Winona dari belakang. Segera dirinya langsung beralih menyapa Yeremia dengan menjabat akrab tangannya. Setelah menjabat tangannya itu, Samuelson langsung mengelus perlahan pundak Yeremia.
"Bagaimana keadaannya?" Samuelson bertanya keadaan Gevano kepada Yeremia.
"He's fine, semua berjalan lancar tanpa kendala." Winona yang mendengar penjelasan Yeremia pun menghela nafas lega.
"Thank God." Ucapnya perlahan sembari merangkul Xerena yang measih terdiam dengan tatapan kosong.
"Aku akan mengambil pakaian dan beberapa alat kebersihan dirumah Gevano." Ucap Yeremia.
"Samuelson mungkin kau harus ikut dan membantu Yeremia, I'll be fine in here." Winona mengangkat suaranya menatap Samuelson. Samuelson memasang wajah agak ragu untuk meninggalkan Winona.
"No don't, sebaiknya aku saja yang ikut membantu Yeremia, kau dan Samuelson saja yang berjaga disini, jaga-jaga jika ada sesuatu mungkin Samuelson dapat lebih berguna dariku." Usul Gardenia.
"Lalu yang akan mengurus administrasi dan menebus obatnya siapa jika begitu?" Mereka terdiam sejenak sembari memikirkan jalan keluarnya.
"Aku sendiri yang akan menjaga Gevano, Samuelson dan Winona kalian urus administrasi lalu Yeremia dan Gardenia kalian akan urus perlengkapan Gevano." Semua menatap Xerena dengan pandangan tak setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] Our Universe : Ice Vodka | ✔JENRINA BLUESY JENO × KARINA
RomanceSepasang laki-laki dan perempuan diciptakan dengan nama Gevano Leeverton dan Xerena Yvonne. Mereka hanya diciptakan, namun yang menentukan kisah kehidupan mereka adalah mereka sendiri. Mereka akan menemukan Gevano dan Xerena mereka sendiri. Bagaim...