the art of loving [Yoshiden]

Rebel

Siapa bilang denji cuma main main. Ujaran yg ia lontarkan dalam marahnya akan menjadi sebuah kenyataan. Maka di sinilah ia, tepat pukul 11 malam telah berada di Bar yg cukup terkenal.

Bar exclusive yg kebetulan saingan milik tempat kerjanya. Dentuman musik sudah mengusik gendang telinga bahkan dari luar gedung sejak kedatangan denji.

Ia duduk di kursi tinggi, dekat bartender yg menanyakan minuman apa yg akan dirinya pesan. Kanan kirinya kosong. Kebetulan memang waktunya berjoget ria di atas dance floor.

Ya seperti biasa. Minuman yg ia pesan tak lain tak bukan whisky. Denji tuh doyan minum. Kadar toleran terhadap alkoholnya tinggi. Ini karena dari SMA dia udah diajarin minum sama Yoru. Iye kakak kelas laknat itu yg cekokin dedek gemes kita ini jadi berandal.

Tapi emang atas kemauan dia sendiri juga. Jangan di coba ya. Merusak masa remaja dan masa depan kalo keseringan. Makanya karena tau banyak soal jenis, kadar, dan rasanya. Dia ketrima tuh di Bar punya om Geto.

Dia teguk 2 kali minuman itu, lalu melirik kanan kiri. Hingga matanya tak sengaja melihat lantai atas yg kebetulan bisa di akses juga. Dia belakangi meja bartender buat sandaran.

Kembali minuman itu mengalir panas di tenggorokan. Dia masih liatin tuh satu manusia yg dia curigai sebagai Raya. Rokok yg ia isap sama dengan yg diberikannya pada yoshida.

Gadis itu tengah tertawa ceria dengan segerombol gadis lainnya. Tak lama dia merasa diperhatikan, dan berakhir keduanya saling beradu tatap. Senyum gadis itu centil dan menggoda. Sengaja menjebak mangsa.

Padahal dari awal denji lah yg menarget gadis itu lebih dulu. Akibat kemurkaannya terhadap sang kekasih yg suka mancing emosi itu.

Denji tak melepas pandang. Sengaja agar Raya yg lebih dulu mengajaknya memesan kamar. Dan benar saja, tak sampai 15 menit gadis itu mengkode agar denji mengikutinya.

Denji amati gerak geriknya, lantas menegak habis minumannya sebelum mengikuti Raya.

" Persetan sama lo. Gue ga sudi lo main belakang sama nih lonte. Maka dari itu mending gue aja yg make. Biar cemburu mampus lo. Awas aja ngamuk2 depan kos an" gerutunya setengah mabuk. Namun dirinya cukup sadar apa yg akan ia lakukan malam ini.

Terlampau kesal, denji akan lakukan apa saja agar alasan yg membuatnya seperti ini merasakan yg lebih buruk. Mana ada denji kalah. Denji itu paling malas ribut. Tapi kalo udah di pancing, dia bakal babat sampai tuntas.

" Bukannya lagi nunggu yoshida?" Tanyanya nyablak ketika sampai di lantai 3 bar. Ia sedang dituntun pada kamar kedap suara.

Gadis itu mengerling nakal, bahkan tak terkejut sama sekali saat denji mengetahui niatnya. Malah tangan denji semakin di seret, agar segera masuk kamar.

" Gue mah yoshida oke. Pacarnya juga oke. Lagian gue juga sering liat lo ngamar kok. Denji anak seni temennya power kan?"

Denji terkekeh sangar. Agak ngeri karena dibarengi seringai. Jarang sekali sisi ini dia tunjukkan pada teman atau orang yg dia kenal.

" Emang lonte. Udah cepet sepongin gue. Keburu si yoshida nyusul, mati kita nanti" ujarnya ringan. Membawa gadis itu bersimpuh di bawah. Menghadap selangkangannya sendiri.

Denji duduk di tepi ranjang. Mengamati gadis yg cukup cantik itu dengan pandangan rendah. Diliat sih nih cewek udah sering main. Dari cara dia gaet mangsa aja udah ketauan.

" Ga ngamuk nanti cowo Lo?"

" Tiap hari juga tantrum tuh anak. Mau gue ngewe atau engga. Dia bakalan tetep ngamuk abis ini. Paling nanti kite babak belur"