Bad News

128 20 4
                                    

Kamar kos itu nampak berantakan. Baju, celana,sarung, selimut, hingga kolor tercecer di mana mana. Bahkan tercampur dengan pakaian bersih yg baru saja ia angkat dari jemuran.

Si pemilik kamar kini bersandar pada jendela yg telah terbuka. Gemericik air kolam mengiringinya. Angin malam tak membuatnya terganggu.

Surai pirang itu kusut, kantong matanya pun semakin menghitam, rokok dan kopi setia ia konsumsi. Jelas sekali pemuda itu tidak mengurus diri beberapa hari.

Di tengah remangnya kamar, alunan musik yg sama telah terputar berulang ulang dalam 2 jam terakhir. Lagu yg diciptakan untuk dirinya. Benar sekali mana menyangka dia akan dicintai sampai sebegininya.

Lagu itu tak berjudul. Dan hanya si pemilik lagu dan dirinya yg mendengarnya. Gilanya, lagu ini tercipta setahun yg lalu.

Mengingat itu denji kembali menghela napas, diikuti kepulan asap rokok yg ikut terhembus keluar. Ia usak rambutnya yg terasa kering dan kusam.

"Jadi beneran dia udah nguntit gue selama itu,ya?" Monolognya dengan isi otak yg sebenarnya sudah menebak. Cuma rasa denial masih sangat melekat di benaknya. Engga terima aja kalau kekasihnya total freak dari dulu.

Actually some other people will love when your lover is obsessed with you.

Tapi denji, rasa takut lebih dominan menguasainya. Takut hubungan ini akan berjalan toxic kedepannya. Takut jika bukan dia yg dicintai oleh yoshida, namun denji yg yoshida ciptakan dalam ilusinya.

Jadi itulah pikiran rumit yg pertama kali muncul seminggu yg lalu, ketika yoshida memberinya lagu serta alasan dibalik lagu itu dibuat.

Pikiran itu tak hanya membuatnya tak bisa mengurus diri, namun tugas2 nya pun terbengkalai. Dia mengalami art block. Belum lagi beberapa hari akan diadakan pameran di kampusnya. Yg mana dia harus memikirkan karya macam apa yg harus dia pamerkan.


Soal kekasihnya itu, dia masih setia datang setiap hari ke kos nya. Menimbun beberapa makanan di depan pintu. Yg nantinya tetap akan denji berikan pada penghuni kos lainnya.

Tidak tau sebenarnya apakah yoshida yg kelewat gila. Atau denji yg kelewat menjadi drama queen disini. Entahlah. Denji sadar bahwa sifatnya pun menjengkelkan. Tapi ya memang sifat ini telah lama ia punya dan tidak tau cara mencegahnya.

The overthinking is killing are real.

Sekarang baru jam 21.45, biasanya denji akan pergi keluar mengecek makanan yg dikirim yoshida. Sembari keluar ke pertigaan sana, membeli minum,popcorn serta es krim di minimarket dekat situ.

Denji bangkit, mengenakan hoodie milik yoshida hingga menutupi kepala, serta celana pendek di atas lutut. Bibir hitam itu tak henti menghisap rokok.

Bersiul dia setelah mengunci pintu kamar. Menuruti tangga dan keluar gerbang. Di jalan tentu saja masih ramai. Apalagi di hari weekend gini, banyak sekali pasangan yg pada keluar.

Denji melangkah santai, setelah sampai dan masuk ke minimarket. Dia segera membeli yg ia cari. Kemudian denji tak langsung kembali. Ia gunakan waktu setiap hari di jam yg sama untuk duduk di depan minimarket.

Popcorn ia buka, dan es krim dia habiskan beberapa gigitan. Dia sengaja tak membawa ponsel karena ingin menikmati jalanan. Sibuknya Jogja bahkan ketika malam hari.

" Gak ngilu kamu makan es krim kayak gitu?"

Mendengar suara berat dan besar sontak membuat denji terperanjat. Ia langsung menoleh serta memegangi jantungnya yg berdetak cepat.

" Astaga!!! Anjir anjir jantung gue"

Orang itu menaikkan alis, tanpa dipersilakahkan ia duduk di kursi kosong sebelah denji. Mematik rokok dan mulai menyamankan diri.

" Saya dengar akan ada pameran bulan depan? Sudah ada rencana apa yg mau kamu tampilkan?"


Denji memilin tali hoodienya. Menarik turun celananya agar tak terlalu terbuka. Melirik om om di sebelahnya sekilas. Langganan di tempat ia kerja.

" Be..belum tau om. Sekarang lagi sibuk rampungin tugas" denji jawab saja meski ia bertanya tanya tau dari mana informasi private itu. Maksudnya denji dikabari sama dosen aja baru tadi pagi.

Tapi mengingat om om ini kolektor. Tidak heran juga dia tau. Kekuatan orang kaya ya begini.

" Sering kamu kesini nak? Ga kerja kamu?"

Denji mengangguk lalu menggeleng," iya sering kesini om, kos saya deket sini soalnya. Kalo soal kerja, nanti kerja kalo jadwal kuliah saya udah ga padet om"

Denji bahkan jawab detail karena takut aja hawanya kayak di introgasi calon mertua. Padahal ini om cuma pengen karya denji di pajang di rumah.

Kishibe menyisir kasar rambutnya ke belakang, mengetuk meja Indomaret beberapa kali dengan jari.

Lucu sekali sebenarnya melihat Kishibe duduk di tempat yg sama sekali ga sepadan dengan outfit glamor smering Splendid very demure very manly itu.

" Ya sudah. Saya masih nunggu. Nanti kalau sudah tau mau pamerin apa kontak saya. Habis itu lukis apapun, atau buat karya apapun. Saya bayar berapapun kamu mau" habis ngomong gitu, Kishibe berdiri, ngantongin satu tangannya, yg satunya lagi buat ngerokok.

Yaudah dia ngilang gitu aja, naik mobil sport miliaran rupiah jika denji tebak harganya.

" Buset dah itu om. Maksa banget buat diporotin" denji geleng kepala, trus ikutan pergi dari sana.

Nyesel rasanya denji pulang saat itu, karena apa? di depan pintu kosan ada kekasihnya yg baru aja letakin makanan lagi.

Dua orang itu sama sama terkejut dan diem. Denji yg udah melengos mau masuk langsung ditahan tangannya. Keliatan banget yoshida frustasi karena ga tau letak salahnya dimana. Karena udah seminggu lebih di silent treatment sama pacar mungilnya itu.

" Pleasee pleasee. Baby. Kita perlu bicara,please. Aku perlu tau salahku dimana? How can i know the problem,if you run away like this?" Dia memohon. Benar benar memohon. Tangan itu bergetar menahan tangan denji. Yoshida tidak tahan dengan perang dingin yg denji kibarkan sepihak.

Mata itu memerah, begitu frustasi namun tak sanggup ia marah. Apalagi melihat kondisi kekasih hati yg terlihat semakin buruk. Yoshida sangat ingin memeluknya kini.

" Pleasee" pintanya lirih. Sosok tinggi itu bahkan tak berdaya di depan denji.

Denji menghela napas, badannya pun telah lelah. Sehingga ia hanya mampu mengangguk.

" Yaudah buru masuk. Gue capek mau tidur"

Raut yoshida sedikit cerah, kemudian mengikuti denji dengan tangan yg memegang erat ujung hoodie denji dari belakang.

Denji definitely treated him like a dog.

TBC ga?
251024
22.33

Fuck ini udah mau akhir Oktober dan gue belum ada persiapan apa apa. Guys tolong doain gue lolos.


the art of loving [Yoshiden]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang