34

409 40 9
                                    


Jinnie

Aku tengah berada di perjalanan menuju pulang, dari rumah sakit tentu saja. Taera mengoceh sepanjang jalan membuat sang adik benar-benar terpukau hingga dia hanya mendengarkan sang kakak yang mengoceh menceritakan kehidupan sekolahnya.

"Kalau kamu sudah besar nanti, sekolah sama kakak ya," ocehnya.

Aku hanya tertawa melihat sang adik yang sepertinya sangat mendengarkan sang kakak tanpa rewel sedikitpun.

Membuatku tersadar bagaimana prosesku melahirkan sang anak, kemarin. Sungguh tidak bisa aku bayangkan.

Perjalanan saat ini, semua lengkap. Ada Taehyung tentu saja, Jungkook, dan juga Eun Jin. Eun Jin yang mulai ceria, dia sudah bisa membujuk Taera untuk tidak banyak pergerakan ke sana ke mari.

Dia mulai ceria karena memang pernikahannya dibatalkan. Ya, karena sang kakak tidak setuju apabila dia menikah dengan Jimin tentu saja. Itu semua melalui banyak rintangan, sampai Papa Taera sendiri harus berurusan dengan pihak berwajib.

Taehyung melaporkan bahwa sang adik diperkosa oleh sahabatnya sendiri dengan keadaan Eun Jin yang tidak menyukai Jimin. Akibatnya, Jimin benar-benar harus masuk ke dalam bui dalam beberapa waktu.

Taehyung sendiri tidak takut melaporkan sang sahabat ke polisi, karena dia punya bukti kuat dan juga Jimin mengakui perbuatannya. Untung saja, tidak terjadi kehamilan sepertiku. Eun Jin menceritakan bahwa tidak terjadi kehamilan kemungkinan besar bahwa Eun Jin tengah mengkonsumsi obat pelangsing dan meminum teh pelangsing. Aku menjawab, bisa jadi. Itu adalah hal yang sangat masuk akal.

Memang itu sangat berpengaruh. Akibat dari kejadian ini, Eun Jin harus bolak balik psikolog. Taehyung mengantarkannya selalu, walaupun pria itu sibuk tentu saja.

Bisinis pria tersebut tengah naik daun dan tengah berjaya, dikarenakan Jungkook. Ternyata kolega bisnis Taehyung  adalah teman Jungkook di tempat fitnes. Tentu saja beliau dengan senang hati berinvestasi besar-besaran padahal pada saat itu aku tau, Taehyung hampir mengalami kebangkrutan.

Dia berhutang pada adikku Jungkook, tentu.

Waktu berjalan begitu cepat, hingga pada akhirnya mobil memasuki area depan rumahku atau bisa dibilang rumah Taera dan Jinnan.

Ya, pria kecilku diberi nama oleh sang kakak Kim Jinnan. Katanya sih, nama Taera sudah mirip Papa Taehyung jadinya sang adik harus memiliki nama yang mirip dengan Mama. Alhasil nama yang mirip menurutnya yaitu Kim Jinnan.

Oke, aku setuju saja dengan bidadari kecilku.

"Selamat datang di kamarmu, Jinnan," ucap Taehyung pada sang anak yang tengah menatapnya dengan gemasnya.

Jinnan akhirnya menangis.

Namanya bayi, bisa saja tiba-tiba menangis karena ingin minum dan yang lainnya.

Pada akhirnya, Jinnan meminta minum susu. Benda tersebut berada di badanku tentu saja. Entah karena di sana ada Jungkook dan ada juga teman Jungkook, Taehyung menutup pintu kamar dengan kita yang hanya bertiga di dalam kamar. Aku, Taehyung, dan juga Jinnan yang tengah meminum susu.

"Kita menikah dan Jinnan pasti tumbuh dengan mental yang baik dengan orang tua lengkap."

Deg.

Entah kenapa dadaku begitu sakit mendengarnya berbicara.

Aku menyimpulkan senyum yang sungguh pahit.

Pahit seakan aku tengah meminum obat dari rumah sakit saat ini. Banyak sekali butiran obat yang harus ku telan, sama halnya seperti saat Taehyung mencoba untuk berbuat baik padaku serta memperbaiki semuanya. Tapi semua itu terlambat.

Pendingin ruangan yang begitu besar tetap saja tak membuat suhu tubuh ini berubah menjadi normal. Aku menghirup udara dalam-dalam.

"Kau tahu 'kan aku mencintaimu dan benar-benar mencintaimu. Dan kau tahu 'kan tahap paling tinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan?"

Terlihat dari butiran mataku, mata Taehyung begitu rapuh dan berkaca-kaca.

"Aku hanya berharap bahwa kau akan selalu ada untuk anak-anak. Keduanya adalah anakmu. Bahkan aku sendiri tidak mungkin dapat merubah darah yang telah Tuhan pilih untuk mengalir di dalam tubuh anakku."

"Dari awal aku salah, aku terlalu mencintaimu sampai aku mengabaikan semua yang ada disekitar kita, tanpa terkecuali keluargamu, kedua orang tuamu."

"Orang tua pasti akan memilih yang terbaik untuk anak-anaknya. Aku juga seperti itu."

"Siapa saja pasangan mereka nanti, aku juga pasti akan memilih yang terbaik."

"Masalah yang kita hadapi mungkin saja ada kaitannya dengan restu dari ibumu. Beliau seorang ibu. Saat seorang ibu tidak merestui, kebahagiaan tidak berpihak kepada kita."

"Jadi aku mohon, Tae. Carikan kebahagiaan untuk orang tuamu. Terutama kebahagiaan untuk dirimu sendiri."

"Jika memang kebahagiaanmu bersama anak-anak, kamu bisa berkunjung ke sini setiap hari. Aku bebaskan."

"Tapi bukan hidup bersama wanita sepertiku."

"Arti 'kita' dalam kamus hidupmu adalah kesalahanku. Semua salahku dan aku akan membayar semua kesalahanku."

"Aku akan membayarnya dengan cara kamu akan selalu ada dalam kehidupan anak-anak dan dalam hidupku. Tapi, aku tidak akan pernah ada dalam kamus hidupmu."

"Aku, hanyalah seorang ibu dari anak-anakmu. Tidak lebih."

"Jika kau ingin membayar kesalahanmu, seharusnya kamu membayarnya dengan cara selalu ada untuk anak-anak."

Begitulah penjelasan panjang Jinnie yang membuat Taehyung membeku.





TBC







Hai semuaa, cerita akan terus berlanjut sampai end tenang saja. Maaf begitu lama

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUMMER RAIN (M) - [ Marriage Life |KTH]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang