Aku mulai menapaki tangga, masih dengan mata sayu khas bangun tidur. Sayup-sayup kudengar dari arah dapur seperti ada yang tengah memainkan sesuatu, atau lebih tepatnya memainkan bungkus berbahan plastik. Menghasilkan bunyi-bunyian yang khas.
"Eun Jin, sedang apa?" Tanyaku saat melihat sosok Eun Jin yang dengan ajaibnya bangun sepagi ini, berdiri di depan meja pantry.
Ku tengok ke arah tangannya, ia tengah memegang serta memainkan bumbu instan untuk membuat bubur.
"Ah, ini aku ingin membuat bubur. Tapi-" ucapnya dengan wajah polos.
"Tidak bisa?" Tanyaku memastikan.
Eun Jin mengangguk bodoh. "Iya," jawabnya di sertai anggukan mantap. "Eonnie, bantu aku ya?" Pintanya meraih lenganku untuk ia peluk dengan mesra. Merengek seperti biasa.
"Memangnya bubur untuk siapa?"
Ia tidak menjawab beberapa saat, hanya memamerkan cengiran bodoh, mengusap-usapkan rambutnya pada lenganku.
"Taehyung, dia sakit."
Kutautkan kedua alis, menatap anak ini heran. Sebenarnya aku bukan heran pada Eun Jin, tapi pada Taehyung yang tiba-tiba sakit. "Kemarin baik-baik saja. Kenapa mendadak sakit?" Tukasku merasa aneh.
"Berenang di danau seharian. Apa dia normal? Sudah punya anak, masih saja seperti anak kecil."
Danau? Danau tempat aku melempar dua cincin itu? Benarkah?
"Baby, mommy ingin segera melihatmu. Ayo cepat lahir, cepat, cepat!" Celotehnya membuatku tersadar.
Eun Jin mengusap perut membuncit milikku dengan bergumam sendiri layaknya orang kurang waras. "Enak ya punya anak tidak perlu melahirkan, tidak perlu membiayai juga. Hanya perlu mengurus kemudian menyuruh ini itu," gumamnya membuat tanganku gatal dan berhasil menjewer telinganya.
Ia mengaduh sembari mengusap telinga malangnya.
"Mau ikut menjenguk?" Tanyanya yang dengan santai duduk di kursi pantry.
Sedangkan aku harus berkutat dengan panci serta mengaduk bubur. Anak ini!
"Di rumah Ibu?" Sahutku.
Dia mengangguk. "Tenang honey, Ibuku sedang di Belanda," godanya menaruh lengan pada bahuku.
Aku menepis tangannya dengan kesal. Begini jika jiwa oppa dia sedang keluar, menyebalkan.
-Summer Rain-
Aku mengikuti Eun Jin ke rumah keluarga besar Taehyung, sengaja memang. Niatku cukup bulat, bukan untuk menjenguk salah satu atau kedua orang di sana. Niatku hanya ingin menghancurkan semuanya.
SEMUANYA.
Layaknya ibu mertua yang sudah menghancurkan rumah tanggaku. Jika aku hancur, maka mereka juga begitu.
Kutapaki bangunan yang merupakan neraka bagiku, begitu panas. Hingga pada akhirnya kutemukan kedua sosok itu.
Rahee tengah menyuapi Taehyung yang terkulai lemah di atas ranjangnya.
Mataku memanas, hingga tanpa terasa langkahku mengeras membuat keduanya tersadar.
Bug
Kulempar tas kecil yang terselempang itu di depan Rahee, di samping tubuh Taehyung. Eun Jin menggenggam pergelangan tanganku cukup kuat, membuat amarah sedikit reda dari dalam otakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUMMER RAIN (M) - [ Marriage Life |KTH]
أدب الهواةDia datang dan pergi layaknya hujan dimusim panas. Masa depan tak menentu layaknya datangnya hujan. Begitu juga dengan rasa cinta dan benci. Summer Rain, indah namun tak diharapkan. Begitulah yang tengah seorang Kwon Jinnie rasakan. Begitu banyak k...