2. Alur berubah atau merubah alur

57K 4.7K 53
                                    

Salvia kelimpungan karena tidak tahu ending dari novel, ‘Tuan Muda Milikku Selamanya’. Terakhir yang ia baca sebelum ambruk adalah bagian di mana tokoh antagonis jatuh dari gedung 45 lantai.

Dalam novel tersebut Salvia digambarkan sebagai wanita licik yang menyukai uang dan kekuasaan. Salvia menerima pernikahan kontrak yang diusulkan Bintang karena benefit yang didapat sangat tinggi dan memuaskan Salvia. Ia hanya perlu memerankan karakter seorang istri elegan, baik dan lembut agar Bintang bisa mempertahankan warisannya.

Namun, lama kelamaan tumbuhlah perasaan yang sebenarnya harus dihindari, Salvia jatuh cinta pada Bintang. Uang dan kekuasaan mungkin mudah ia dapatkan, tapi satu hal yang tak mungkin ia gapai adalah cinta Bintang.

“Kau masih terlihat pucat,” ujar Bintang Sagara yang sedari tadi memperhatikan istri kontraknya. Bintang sampai berhenti menyuap sarapan omelette dan lebih memilih memperhatikan Salvia.

Salvia mendongak memperlihatkan wajah pucat. Padahal ia sudah memoles sedikit riasan pada wajahnya. Wajahnya bukan pucat karena sakit, tetapi karena rasa cemas yang membuat perutnya sampai mulas. Itu pula sebabnya sarapan di piring Salvia masih utuh tak tersentuh.

“Kepalaku masih sedikit pusing,” balas Salvia. Omelette yang dimasak oleh koki kediaman Bintang beraroma harum, tapi Salvia tidak memiliki keinginan untuk mencicip.

“Kalau begitu kau harus sarapan.”

“Maaf, tapi aku tidak ada selera makan.”

“Begitu rupanya. Jika kau sudah punya selera makan, minta pada koki untuk memasak apa saja yang kau inginkan.” Bintang mendorong kursinya dan berdiri. Namun, sebelum melangkah pergi, ia sekali lagi menoleh pada Salvia. “Aku harus pergi ke kantor. Hubungi sekretarisku jika kau membutuhkan sesuatu.”

Bintang tak menunggu balasan Salvia dan mengambil langkah cepat keluar dari ruang makan. Pria itu membuat Salvia gugup sampai kata-katanya tertahan.

“Biasanya apa yang akan dikatakan Salvia, ya? Aku jadi gugup setengah mati.”

Dengan mengatur pernapasan berulang kali, ia merasa lebih tenang. Ternyata cukup sulit untuk beradaptasi dan menerima kenyataan ini. Ia seperti tengah berakting dalam kenyataan.

Joana Eliza merupakan tokoh utama wanita—saingan terberat Salvia. Wanita itu memiliki perawakan mungil, berwajah cantik dan memiliki kepribadian yang ceria. Joana berasal dari keluarga berada, tapi dia bukan wanita yang menginginkan kekuasaan seperti Salvia.

Digambarkan sebagai wanita tulus dan penyayang yang mampu meluluhkan hati beku Bintang Sagara.

Joana sudah muncul di kehidupan Bintang dan itulah sebabnya Salvia kecewa sampai berdiam di bawah hujan. Salvia melakukannya untuk menarik perhatian Bintang agar sejenak melupakan Joana.

“Karena aku bukan Salvia si antagonis, jadi aku tidak akan bersaing dengan tokoh utama,” gumam Salvia. Kepalanya sudah dipenuhi dengan rencana-rencana untuk membuatnya tetap hidup. “Aku tidak boleh memiliki perasaan pada Bintang. Tapi ... kalau tokoh antagonis meninggalkan peran, siapa yang akan menjadi antagonis dan mengganggu hubungan tokoh utama? Cerita ini tidak mungkin tumbuh lurus tanpa cabang, ‘kan?”

Salvia menggigit kuku sambil mondar-mandir di kamarnya. Berpikir terlalu banyak sungguh membuat kepalanya semakin berat.

“Aku mungkin akan tetap menjadi antagonis. Agar aku tidak mati tragis, semua tindakanku harus kukontrol.”

“Jika melihat kedua tokoh utama sedang bersama, aku hanya perlu menjauh. Dan setelah cinta mereka bersatu, cerita ini akan berakhir. Dan aku bisa kembali.”

Meski hanya tebakan saja, tapi apa yang Salvia katakan memang ada benarnya agar ia tidak mati tragis.

****

Delapan hari berlalu dengan cepat, tapi Salvia sudah beradaptasi dan memulihkan kondisinya. Selama itu pula ia dan Bintang jadi semakin sering berinteraksi, membuatnya bingung sendiri.

Seperti saat Bintang tanpa diminta membawanya ke pusat perbelanjaan. Mereka tengah duduk di gerai tas branded Kedrivia yang terkenal dengan harga mahal.

Seumur-umur Salvia belum pernah melihat tas branded asli secara langsung apalagi menyentuhnya. Ia merasa ragu dan sedikit takut, tapi mengingat Salvia dalam novel menyukai barang-barang mewah, ia juga harus segera beradaptasi dengan kemewahan yang didapatnya.

“Mana yang kau sukai?” Pemilik suara bass bertanya santai.

“Semuanya terlihat bagus jadi aku agak—”

“Kalau begitu beli semuanya,” ujar Bintang menyela ucapan Salvia.

Apa? Beli semuanya? Walaupun mereka berada di dalam novel, tapi membeli semuanya akan menelan banyak uang. Salvia tidak mau menghitung karena harga tas paling murah berada di angka dua ratus juta.

“Tidak. Tidak! Kita tidak bisa membeli semuanya begitu saja.” Salvia menolak keras membuat semua orang di dalam gerai membulatkan mata tak percaya.

Salvia adalah pelanggan VIP, jadi, ia akan membeli dua sampai tiga tas yang diinginkan sekali belanja dan Bintang tidak mempermasalahkan. Berapa pun yang Salvia habiskan dalam satu hari masih dalam jangkauan Bintang.

“Kenapa? Kau berubah pikiran?”

“Ya, ya, begitulah,” Salvia cepat menyahut. “Aku beli satu yang ini saja.” Tas berwarna hitam dari kulit asli memiliki desain yang menawan. Saat Salvia menyentuh tas itu sebenarnya ia sudah terpikat ingin memiliki.

“Sungguh? Ada lagi yang ingin kau beli?”

Salvia menggeleng pelan. “Ini saja sudah cukup. Omong-omong kenapa kau begitu baik hari ini?”

“Untuk merayakan kesembuhanmu,” balas Bintang.

Ya, Tuhan! Merayakan kesembuhan dari demam saja mendapatkan tas branded dengan harga selangit.

Manajer toko membawakan tas yang sudah dikemas rapi dimasukkan ke dalam tas belanja yang juga kelihatannya mahal. Salvia sungguh merasa dimanjakan.

“Tuan, Nyonya ini tasnya. Ada lagi yang ingin Anda beli?” tanya manajer toko.

“Cukup itu saja. Aku akan datang lagi lain kali.”

“Terima kasih. Kami menunggu kedatangan Anda lagi.”

Arsana, sekretaris Bintang yang membawakan tas belanja tersebut, mengikuti di belakang Salvia dan Bintang. Begini rasanya Salvia dihadapkan dengan kemewahan.

Tapi, ia tidak boleh senang dulu! Jika terlalu terkesima ia akan jatuh seperti Salvia asli.

“Aku masih punya tiga puluh menit untuk menemanimu berbelanja,” kata Bintang seraya melirik jam tangan hitam pada pergelangan tangan kirinya. “Haruskah kita pergi ke toko lain?”

Dengan senyum mengembang, Salvia menjawab, “Aku ingin melihat koleksi perhiasan.”

Alurnya berubah!

Salvia diliputi perasaan senang yang menyerbu begitu tahu ia bisa mengubah alur cerita. Di dalam novel asli, Salvia hanya ditemani oleh Arsana dan ia membeli lima tas di toko tadi. Salvia juga pergi untuk membeli dress yang tentunya dengan harga fantastis. Wanita itu kesal karena Bintang tidak ada waktu untuk menemaninya. Yang lebih membuat Salvia asli marah, ia mendapati Bintang tengah bersama Joana di mall ini.

Sambil berjalan Salvia berpikir dalam. Bintang tiba-tiba menemaninya, bukan bagian dari rencana Salvia mengubah alur. Tapi, alurnya memang sudah berubah.

Novel dalam bentuk cetak itu siapa yang mengubah alurnya!?

Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang