5. Kedatangan Joana

49.1K 4.6K 14
                                    

Ketika kedua pasang mata coklat mereka saling beradu, atmosfer terasa lebih dingin. Keduanya sudah beradu pandang sejak enam menit lalu ketika duduk di meja makan. Entah kenapa satu pun dari mereka tidak ada yang membuka mulut.

Sampai Salvia merasa perutnya perlu diisi dengan steik yang berbau harum. Tak tahan lagi, Salvia menggerakkan tangan untuk memotong steik menjadi potongan kecil. Sementara Bintang mengangkat gelas air putih, mendekatkan ke mulutnya. Ia masih menatap Salvia di balik gelas air putih.

Bersamaan dengan meletakkan gelas ia berucap, “Arsana sudah memberitahuku semuanya.”

Salvia sekilas menoleh sebelum kembali melanjutkan menyuap potongan steik ke dalam mulut. Setelah mengunyah sampai halus dan menelannya, ia baru membalas ucapan Bintang, “Lalu kenapa? Dia salah satu temanku.”

“Teman ya?” Bintang terkekeh.

Kini Salvia sepenuhnya menatap Bintang. “Sepertinya kau berpikir aku selingkuh dengan temanku.”

“Bukan, bukan,” Bintang menyahut cepat. “Dulu kau pernah bilang, tidak mau lagi berteman ataupun melihat pria yang suka pakai pakaian hitam-hitam itu, siapa namanya ya.”

“Namanya Rayno.” Setelah berucap, Salvia menunduk karena tak ingin Bintang melihat ekspresi tercengangnya. Ia baru tahu mengenai kisah Salvia dan Rayno. Pantas saja pria itu kesal padanya. Hal ini membuat Salvia menaikkan kewaspadaannya lagi. Ia cemas kalau sebenarnya Rayno ada keinginan menyakitinya.

“Kaget?”

Salvia segera menggeleng begitu mendengar suara datar Bintang. “Aku sudah berbaikan dengannya,” kata Salvia tanpa pikir panjang. Nanti akan ia pikirkan lagi.

Pria berusia 30 tahun itu mengangguk kecil ingin menyudahi pembahasan mengenai Rayno.

Ruang makan itu kembali sepi, sesekali terdengar suara pisau beradu dengan piring dari meja Salvia. Ia sudah belajar dengan cepat memotong steik agar tidak dicurigai oleh Bintang, tapi tetap saja pisaunya menyentuh piring. Mengeluarkan bunyi yang membuat Salvia kesal.

“Omong-omong di kamarku tidak ada buku apa pun, aku ingin membaca novel, kalau kau punya,” ucap Salvia.

“Kau menaruh buku-buku itu di ruang belajarku,” sahut Bintang. “Datang saja ke ruang belajarku.”

Wah! Salvia semakin tidak menyangka pria itu mengizinkannya memasuki ruang belajar. Sebenarnya di kontrak pernikahan mereka ada klausa yang menyatakan Salvia tidak boleh memasuki ruang belajar tanpa izin Bintang.

Dia sekarang ingat ada bagian yang menuliskan Salvia menaruh semua buku novel yang pernah ia baca di ruang belajar Bintang. Dia bermaksud untuk datang lebih sering ke ruang belajar Bintang supaya bisa berlama-lama bersamanya. Sayang sekali tidak ada izin dari Bintang setelah ia menaruh novel-novel itu di sana.

****

Ada satu rak lebar dan tinggi di belakang meja studi. Rak-rak itu dipenuhi buku-buku yang dikoleksi oleh Bintang. Salvia melihat-lihat seraya sesekali mencuri pandang ke arah Bintang. Surai hitam legam pria itu masih terlihat segar dan rapi. Tidak ada helai rambut yang keluar dari tempatnya.

“Sudah menemukan yang kau cari?” tanya Bintang tanpa menoleh. Namun, sepertinya dia bisa merasakan tatapan Salvia yang intens tadi.

“Ah, um, belum.”

Salvia memeriksa satu per satu novel yang disebutkan oleh Rayno tadi. Sialnya Rayno tidak mengatakan judul novel tersebut dan kalau mencari dari satu buku ke buku lain, cukup memakan waktu. Tapi untungnya Salvia hanya mempunyai 17 novel di sini. Ia menurunkan semuanya, ingin membawa semua buku itu kembali ke kamar.

Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang