“Kenapa aku bilang dia boleh tidur di sini!? Dia membuatku tidak bisa tidur.” Salvia menggerutu lantaran Bintang tidur di tengah-tengah, hingga Salvia mesti menggeser badannya ke samping.
Pertama kalinya bagi Salvia tidur di sebelah seorang pria selama 24 tahun hidupnya. Dia pernah pacaran, hanya sekali dan itupun berlangsung selama tujuh pekan. Bahkan, berciuman pun ia belum sempat karena pria itu telah menduakannya. Alhasil kisahnya kandas.
Siapa sangka ketika bangun ia mendapatkan suami kontrak.
Lelah karena Bintang terus menggeser tubuhnya, ia pun pindah ke sisi kanan, membiarkan Bintang di sisi kiri. Kemudian Salvia meletakkan bantal guling di tengah-tengah guna mencegah Bintang melakukan kebiasaan buruknya itu.
“Kumohon biarkan aku tidur.”
Saat Salvia mencoba memejam, ia mendengar erangan dari samping.
“A-air,” ucap Bintang meski matanya masih tertutup.
“Air?” Salvia dengan terpaksa bangun untuk mengambilkan air di nakas. Ia menyodorkan gelas tersebut pada pria yang masih memejam. “Kau mau air, ‘kan? Ambil cepat.”
Perlahan Bintang mengangkat kedua kelopak matanya. Dahinya mengernyit kuat lantaran pening menyerang saat ia mencoba menegakkan punggung.
Salvia agak gemas melihat tingkah Bintang lalu menyodorkan gelas itu ke tangannya.
“Makasih.” Salvia bisa mendengar suara bass Bintang yang seperti bergumam.
“Sama-sama. Kau mabuk dan menyusahkan orang lain sampai dini hari.” Salvia naik ke tempat tidur, menarik seluruh selimut dan membungkus tubuhnya.
Sebelum kembali berbaring, Bintang meletakkan gelas pada nakas. Dia melempar bantal guling lalu menarik selimut, memakai tenaga yang cukup besar sampai-sampai Salvia ikut tertarik.
“Eh!”
“Aku kedinginan.” Tangannya menyelinap di bawah selimut, melingkar di perut Salvia.
“Tunggu, tunggu. Aku ambilkan selimutmu, oke?”
Awalnya mereka memakai selimut sendiri-sendiri, tapi selimut Bintang sudah jatuh ke lantai saat meminta air. Bukan Salvia lupa mengambilkan, tapi ia memang sengaja. Dan kesengajaan itu membuatnya susah sendiri.
“Tidak perlu. Begini sudah nyaman.”
“Tapi ... tapi, kau membuatku tidak nyaman. Longgarkan tanganmu, ah.”
Bintang mengabaikan ucapan Salvia, malah memeluknya semakin erat.
“Kau yakin kau tidak mabuk. Kau hanya mempermainkan aku,” bentak Salvia yang hampir menggigit lengan Bintang. Namun, ia hentikan karena takut membuat pria itu berteriak. Ia mendorong lengan Bintang dengan kedua tangannya. Dan karena tidak bisa menggerakkan lengan kokoh pria itu, ia kemudian memiringkan badan.
Di bawah selimut yang menutupi sampai kepala, samar-samar ia melihat sebagian dada bidang pria itu. “Tetap begini bagus juga,” gumamnya sangat pelan.
“Jangan berisik,” gumam Bintang.
“Kau mendengarku? Kalau mau aku tidak berisik? Kau bisa menarik tanganmu yang seperti beton menindih tubuhku. Kita bisa berbagi selimut, tapi tidak seperti ini juga. Aku bukan bantal guling.”
Setelah Salvia selesai berucap, mengharapkan pria itu akan merespons dan melepaskannya. Bintang memang menarik tangannya, tapi dengan gerakan cepat ia sudah berada di atas Salvia.
****
Ketika membuka mata, Bintang mendapati Salvia masih tertidur pulas dalam dekapannya. Ternyata mereka semalaman tidur seperti ini?
![](https://img.wattpad.com/cover/341244874-288-k238917.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)
FantasíaSalvia Alamanda bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Kesehatannya semakin memburuk. Pada malam itu ketika ia tengah menunggu bus sambil membaca novel favoritnya, napasnya menjadi berat dan pandangannya gelap membuatnya ambruk. **** Siapa sangk...