24. Cappucino

20.3K 2.6K 118
                                    

Maaf kalau masih ada typo. Jangan lupa voment.

****

“Tuan ini dokumen yang Anda minta dan ini kopi cappucino yang khusus saya beli di kafe buku, sesuai permintaan Tuan,” ujar Joana menyerahkan dokumen pada Bintang.

“Terima kasih,” balasnya. “Kopi itu berikan pada Salvia,” pinta Bintang ketika ia membalik badan. Meski hari ini merupakan hari libur, ia tetap meninjau dokumen yang memerlukan keputusannya.

“Baik, Tuan,” Joana berucap ketika Bintang sudah berjalan sampai di pertengahan tangga. Wanita itu kemudian bertanya pada seorang asisten rumah. “Apa kau tahu di mana Nona Salvia?”

“Kau bisa mencari Nona di kamarnya. Kalau Nona tidak di kamar, mungkin Nona ada di taman belakang.”

“Terima kasih.” Joana segera melangkah menapaki anak tangga. Saat Bintang memintanya membeli kopi cappucino, Joana sempat bertanya kopi tersebut untuk siapa, tetapi Tuannya tidak menjawab dan memutuskan telepon. Rupanya yang menyukai cappucino adalah Salvia.

Sesampainya di depan kamar Salvia, Joana mengetuk pintu dengan pelan. Dia menunggu sesaat, sampai Salvia menampakkan dirinya dari balik pintu.

Bulu mata lentiknya terlihat bergetar saat netra Salvia mendapati Joana di depan kamarnya. “A ... ada apa?”

Senyum kecil terukir di wajah Joana. Tangannya terangkat memperlihatkan kopi. “Tuan meminta saya membawakan kopi cappucino—yang saya beli di kafe buku,” jawab Joana, menyodorkan kopi tersebut. Kedua bola matanya yang berwarna coklat dengan lekat menatap Salvia.

Ia sejenak mengamati benda di tangan Joana, berusaha menahan kegugupannya sebelum mengambil kopi tersebut tanpa ragu. Apakah Salvia berhasil terlihat biasa saja?

“Terima kasih. Aku sudah merepotkanmu.” Tepat saat ia akan menutup pintu, suara Joana terdengar.

“Nona, saya ingin menanyakan sesuatu pada Nona.”

Salvia kembali membuka pintu kamarnya. “Apa itu?”

Sebelum mengutarakan pertanyaannya, kedua sudut bibir Joana melengkung memperlihatkan senyum manis yang biasa Salvia baca di novel. “Kenapa dia tersenyum? Aneh. Katanya mau bertanya.”

“Terakhir saya bertemu Nona pada malam yang memalukan itu,” ucap Joana yang kini sedikit menunduk, “sebenarnya saya tidak berani menanyakan hal ini, tapi saya merasa sangat terganggu—”

“Apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan?” Salvia menyela ucapan Joana karena terdengar bertele-tele. “Dia merasa terganggu? Memangnya aku yang menyebabkan dia dalam situasi itu?”

Joana terperanjat, sontak netranya berhadapan dengan bola mata Salvia. “Mengapa Anda menertawakan saya?” Dengan keberanian yang seketika terkumpul, Joana bertanya, suaranya terdengar agak keras.

Salvia terperanjat. Rasanya ingin menutup mulut Joana. “Jangan berteriak! Ruang kerja Bintang tidak jauh dari sini. Aku lupa, apa ruang kerjanya ada soundproof atau tidak. Bagaimana kalau dia dengar? Nona karakter utama, kau terlihat seperti orang yang habis di-bully.”

Namun, dalam waktu singkat, Salvia mendapatkan ketenangannya kembali. “Apa kau menyalahkan aku karena tertawa malam itu? Aku tidak tahu kenapa kau berpikir aku sedang menertawakanmu. Itu tidak benar. Aku memang tertawa miris karena Kelvin tidak mengetahui letak kesalahannya sendiri,” terang Salvia. “Kuharap kau puas dengan jawabanku. Namun, jika kau tetap merasa bahwa aku menertawakanmu, silahkan saja,” imbuhnya.

Salvia benar-benar ingin menutup pintu kamarnya dan meninggalkan Joana. Akan tetapi, ia merasa khawatir kalau-kalau Joana menangis atau melakukan sesuatu yang bisa merugikannya.

Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang