"Kau di mana, Joana? Mengapa belum tiba juga?" Imelda bertanya, terdengar tidak sabar.
"Aku sedang keluar kota bersama Pak Arsana. Tiba-tiba saja, Tuan mengubah jadwal liburku. Tuan memintaku membeli seafood di luar kota," jawab Joana dengan nada tenang. "Sepertinya aku tidak bisa datang, Kak."
"Apa? Kau tahu aku dipermalukan hari ini oleh istri Bos-mu. Kalau saja aku tidak menunggumu, aku pasti sudah pulang!" Imelda menyalahkan Joana atas rasa malu yang ia terima.
"Haha, sepertinya aku tahu apa yang membuatmu dipermalukan. Itu salahmu sendiri, Kak. Jadi, terima saja."
Kalau saja Imelda menelepon di kamar mandi, dia pasti sudah meneriaki Joana. "Ha ... kau meledekku, Joana? Baiklah, lupakan saja. Jangan datang kemari. Dan jangan harap kau mendapatkan kesempatan bertemu Mutiara dan Alisha." Dia buru-buru menutup telepon lalu meremas ponselnya.
"Imelda, cepatlah bergabung," pinta Mutiara yang tengah meletakkan makanan di atas meja makan. Salvia dan Bintang juga ikut membantu. Hanya Alisha yang duduk tenang lantaran semua orang meminta agar dia beristirahat. Mereka tidak mau Alisha sampai lelah dan memengaruhi janinnya.
Kemudian perempuan itu menuju meja makan dan sedikit ragu-ragu untuk memberitahu bahwa Joana tidak bisa datang.
"Eh, bukannya kau juga mengundang Adik Iparnya Imelda?" Alisha terdengar bertanya membuat semua orang menoleh pada Imelda.
"Maafkan aku, Joana tidak bisa datang karena Tuan Bintang memintanya pergi ke luar kota bersama Pak Arsana," jelas Imelda.
"Apa itu benar? Kau ini tidak bisa membiarkan karyawanmu libur, ya? Untuk apa kau minta Joana keluar kota?" Kelvin menjauhkan diri dari panggangan dan berhenti di sebelah Bintang.
"Aku atasannya, apa hubungannya denganmu?"
Mulut Kelvin komat-kamit, tetapi suaranya tak terdengar. Lantas ia tidak menyanggah ucapan Bintang. Dia tahu menjadi seorang asisten memang tidak mudah dan harus selalu siap menjalankan tugas dari atasan.
"Sudah, sudah, Kelvin bereskan daging di panggangan. Setelah itu kita bisa makan siang," ujar Baron.
Kelvin menghela napas dan menuruti perkataan Baron. Lelaki itu hampir saja emosi tadi, padahal Bintang benar, Joana adalah bawahan Bintang. Kelvin tiba-tiba saja punya ide meminta Joana berhenti menjadi asisten Bintang.
"Dia itu kenapa, sih? Apa dia suka pada Joana?" Alisha tiba-tiba bertanya, menjadikannya pusat perhatian. "Kenapa melihatku begitu?"
"Tuan Muda Kelvin menyukai Joana?" gumam Banyu. Manik pria itu berbinar dan bibirnya melengkung. "Jika benar Kelvin menyukai Joana, aku akan bilang pada Ayah. Biar Ayah yang urus."
"Alisha, kau bercanda, ya? Bagaimana mungkin Kelvin menyukai wanita itu? Dia sudah banyak menolak wanita. Aku tidak percaya adikku bisa jatuh cinta pada seorang asisten," timpal Niko. Kemudian menoleh ke arah Bintang, "Bagaimana menurutmu?"
Bintang bahu. "Entah."
****
Senyum sumringah terpasang di wajah seorang gadis kecil yang berjalan dari rumah menuju halaman belakang bersama seorang Bibi pengasuh mengekor di belakangnya.
"Mama!" Gadis kecil itu berseru. "Ma, Shasa bosan di kamar. Shasa juga mau makan siang di sini." Gadis itu berhenti ketika Mutiara menghampirinya.
"Boleh. Tapi, ada teman-teman Mama dan Papa di sini, Shasa tidak keberatan?"
Gadis itu menggeleng beberapa kali, dengan senyum masih terpasang di wajahnya. Mutiara meminta pengasuh mengambilkan kursi untuk putrinya.
"Shasa duduk dulu di kursi Papa," ujar Baron yang sigap mengangkat putrinya, mendudukkan gadis kecil itu di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Antagonis Tuan Muda Bintang (END)
FantasySalvia Alamanda bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Kesehatannya semakin memburuk. Pada malam itu ketika ia tengah menunggu bus sambil membaca novel favoritnya, napasnya menjadi berat dan pandangannya gelap membuatnya ambruk. **** Siapa sangk...