12: Ngambek

981 75 0
                                        

Hari sudah malam, tapi Sunghoon masih belum keluar dari kamarnya yang membuat Heeseung dan Jake khawatir.

"Kak gimana ini hoonie masih marah," ucap Jake yang baru saja datang dari membujuk Sunghoon untuk keluar dari kamar tapi nihil anak itu masih enggan membuka pintu.

Heeseung menghela nafas. "Anak itu selalu saja begitu." Sebenarnya Heeseung yang sudah hampir putus asa untuk membujuk Sunghoon.

Sunghoon kini sedang menangis di dalam kamarnya, dari tadi dia hanya menangis karena masih sangat kesal pada orang tuanya karena benar benar melupakannya.

"Hiks ayah sama papa beneran lupa sama Hoonie ya." Sunghoon semakin menangis saat mengingat hal tersebut.

Mata Sunghoon sekarang sudah sangat bengkak karena terlalu lama menangis. Sunghoon memegang perutnya yang terasa perih karena belum makan dari tadi siang.

"Perut jangan ikut ikutan dulu Hoonie lagi sedih," ucap Sunghoon yang sesegukan kepada perutnya yang terasa sakit.

Kini kepalanya pun ikut pusing, dan dadanya terasa sesak karena dari tadi dia hanya menangis ditambah lagi dia belum makan, tapi Sunghoon tidak perduli karena sekarang dia benar benar sedih dan marah pada ayah dan papanya.

Sunghoon menoleh ke arah pintu saat mendengar ada seorang yang mengetuk pintu, hal itu sebenarnya sudah ia dengar dari tadi tapi Sunghoon masih enggan untuk beranjak lalu membuka pintu itu.

"Hoonie sayang, maafin ayah nak kamu jangan mengurung diri dikamar kayak gini," ucap Heeseung dari luar kamar Sunghoon.

Sunghoon tidak menghiraukannya ia memilih untuk merebahkan dirinya lalu tertidur karena kepalanya benar benar sakit sekarang.

"Hoonie keknya bener bener marah sama kita," ucap Jake sedih.

Heeseung memeluk Jake lalu mengelus punggungnya untuk menangkan Jake. "Jangan sedih dek mungkin Hoonie lagi butuh waktu sendiri dulu, mending kamu istirahat dulu gih."

"Mana bisa aku istirahat kalo Hoonie masih marah, aku ga bisa tenang," ucap Jake khawatir, hatinya benar benar merasa tidak tenang kalo Sunghoon marah lalu mengurung dirinya di kamar.

Heeseung menangkup wajah Jake lalu mengelus pipi lembut pipi Jake. "Sayang kakak tau kamu khawatir, tapi kalo kamu juga sedih kayak gini kakak jadi tambah khawatir," ujar Heeseung mencoba menenangkan Jake. "Jadi sekarang kamu harus istirahat ya, kalo suasana hati Hoonie udah membaik dia pasti bakal buka pintunya," sambung Heeseung.

Jake hanya mengangguk untuk merespon ucapan Heeseung. Jake rasanya mau nangis, dia merasa bersalah dan merasa belum bisa jadi orang tua yang baik untuk Sunghoon.

Heeseung mengecup bibir Jake yang melengkung kebawah, lalu ibu jarinya mengusap air mata Jake yang sudah turun membasahi pipinya.

"Jangan sedih yaa," ucap Heeseung lagi pada Jake. Ah kenapa Heeseung malah jadi gemas pada Jake, rasanya ia ingin memakan pria kecil yang ada di depannya sekarang.

Jake menatap Heeseung yang menatapnya aneh. "Kenapa?" Tanya Jake.

"Mau makan adek yaa," jawab Heeseung yang masih setia menatap Jake.

"Mau aku bacok atau mau aku mutilasi sekalian?" Ucap Jake yang menatap tajam ke arah Heeseung.

"Astagaa dek santai dek santaii, bercanda aja kok hehe." Heeseung cengengesan lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dah ah aku lagi sedih, jangan diajak bercanda." Jake langsung pergi meninggalkan Heeseung yang masih menatap gemas kearah Jake yang semakin menjauh dari pandangannya.

Heeseung menggelengkan kepala melihat kelakuan Jake, Anak sama papa sama aja ternyata.

"Awas aja kamu dek." Heeseung lalu beranjak menyusul Jake ke kamarnya.

Sayang HoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang