22: Sibuk

614 45 5
                                        

Sunghoon berguling guling di sofa ruang keluarga menunggu sang ayah pulang. Ia menatap jam dinding yang sekarang sudah menunjukkan pukul 8.18 yang dimana harusnya Heeseung sudah pulang.

"Hoonie sayang, ayo makan dulu." Jake menghampiri sang anak yang sekarang sedang terduduk lemas dengan wajah yang murung.

Sunghoon menatap papanya. "Ayah pulangnya telat lagi?"

Jake mengelus rambut Sunghoon lalu tersenyum. "Keknya iya, biasanya jam segini kan udah pulang."

"Ayah selalu pulangnya telat, jadinya kan hoonie ga bisa ketemu ayah." Sunghoon menundukkan kepalanya sedih karena akhir akhir ini ia jarang bertemu sang ayah.

Jake juga merasakan hal yang sama seperti Sunghoon, tapi ia harus bersikap biasa saja agar sang anak tidak bertambah sedih.

"Hoonie mau nunggu ayah?" Tanya Jake.

Sunghoon mengangguk. "Iyaa mau nunggu ayah."

"Tapi kita makan dulu yaa?"

Sunghoon mengangguk lemas lalu segara bangkit. "Humm iya papa."

Setelah selesai makan malam Jake menemani Sunghoon di ruang tamu untuk menunggu Heeseung pulang.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.28 PM tapi masih belum ada tanda tanda Heeseung pulang.

Sunghoon yang sudah sangat mengantuk pun mulai menutup matanya perlahan, ia menyandarkan tubuhnya diperlukan sang papa.

Jake mengelus punggung Sunghoon, agar anaknya tersebut dapat tidur dengan nyaman.

Jake menghela nafas. Ia juga sebenarnya sangat merindukan Heeseung, setiap Heeseung pulang ia pasti sudah tidur dan besok pagi pagi sekali Heeseung akan berangkat bekerja.

Heeseung juga akhir akhir ini sangat cuek pada Jake dan Sunghoon, itu benar benar membuat Jake merasa sedih. Kadang, jika ia tidak bisa menahan rasa tersebut pasti ia akan menangis.

Sekarang Jake berusaha untuk tidak menangis, ia takut menganggu tidur sang anak dan juga takut jika tiba tiba Heeseung datang saat dirinya menangis.

Jake mengambil jaket yang ia pakai tadi untuk menyelimuti tubuh Sunghoon, ia pun mengeratkan pelukannya pada tubuh Sunghoon.

Karena sudah lewat waktu tidur, itu membuat Jake merasa mengantuk dan akhirnya tertidur. Papa dan anak ini tidur bersama di ruang tamu, dan itu sudah terjadi beberapa hari belakangan ini karena mereka menunggu sang ayah pulang.

Tepat pukul 11.55 PM pintu rumah tersebut terbuka, memperlihatkan Heeseung dengan wajahnya yang lelah.

Saat masuk ia sedikit tersenyum saat melihat suami dan anaknya yang tertidur di sofa ruang tamu karena menunggu dirinya.

Heeseung mendekat ke arah sofa, dengan perlahan ia mengambil tubuh kecil sang anak lalu ia bawa ke arah kamar sang anak. Setelah selesai memindahkan Sunghoon ke kamarnya, Heeseung kembali ke ruang tamu untuk membangunkan Jake.

"Adek sayang," panggil Heeseung.

Tak perlu banyak cara, Jake pun mulai bangun karena sedikit usikan dari Heeseung. Saat Jake membuka matanya dengan sempurna, ia menatap Heeseung lalu beralih memeluk Heeseung.

Heeseung yang mendapatkan pelukan tiba tiba itu sedikit kaget. Ia membalas pelukan tersebut, ia juga mengelus punggung Jake.

"Kangen." Jake mengeratkan pelukannya, jujur saja ia sangat rindu. Tanpa sadar Jake mulai terisak karena tidak kuat menahan rindu yang selama ini ia pendam.

Heeseung yang mengetahui Jake menangis itu pun kembali terkejut. Ia menangkup wajah Jake, ia tatap wajah dengan pipi yang basah karena air matanya terus turun dari mata indah Jake.

Sayang HoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang