18: Musibah

569 41 0
                                    

Pagi pagi sekali Heeseung sudah tergesa gesa pergi menuju ke kantor. Tadi sekertaris nya tiba tiba menelpon ia mengucapkan jika ada meeting dengan klein penting hari ini.

Heeseung terpaksa harus pergi ke kantornya, mau bagaimanapun ia harus segera pergi walaupun harus membuat sang putra kesayangannya merajuk nanti karena Heeseung sudsu berjanji hari ini mereka akan pergi jalan jalan nanti siang saat Sunghoon sudah pulang sekolah.

Jake membawakan tas kerja Heeseung lalu mengantar Heeseung sampai depan rumah. "Hati hati ya kak jangan buru buru gitu. Yang tenang."

Heeseung menghela nafas pelan. "Iyaa sayang, kakak berangkat dulu ya."

Heeseung langsung pergi kearah garasi untuk segera pergi dengan mobilnya.

Jake melambaikan tangan pada mobil Heeseung yang sudah semakin menjauh. Jake tersenyum paksa, ia merasa sedih karena Heeseung selalu saja sibuk padahal baru sehari suaminya tersebut cuti.

Saat ingin masuk ia menatap Sunghoon yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya ditambah lagi dengan senyum yang sangat cerah di pagi hari ini membuat hati Jake menghangat.

"Hoonie hari ini papa aja yang antar ke sekolah yaa," ucap Jake.

Sunghoon menatap papanya bintang. "Emangnya ayah kemana pa?" Tanya Sunghoon.

"Ayah baru aja pergi ke kantor, katanya ada urusan penting." Jake dapat melihat perubahan raut wajah sang anak.

Senyum Sunghoon luntur, ia sedikit menunduk. "Oh gitu ya, yaudah ga apa apa ayo berangkat sekarang."

Sunghoon berjalan mendahului Jake. Jujur saja Sunghoon merasa sedih sekarang, bukankah ayahnya bilang akan cuti selama beberapa hari kenapa sekarang malah bekerja kalau begini rencana mereka jalan jalan hari ini pasti gagal.

Sunghoon menghela nafas, ia berusaha untuk tersenyum agar sang papa tidak merasa sedih juga tapi bagaimanapun Sunghoon mencobanya ia tetap saja terlihat murung.

Sunghoon saat ini menunggu sang papa di garasi, tentunya dengan wajah yang masih murung.

Jake pun langsung datang membawa dua helm di tangannya lalu ia berikan salah satunya pada Sunghoon.

"Nih pake ya hoonie, kita berangkat pake motor."

Jake langsung memakai helmnya sebelum ia pergi ia sedikit memanaskan motornya terlebih dahulu lalu langsung naik ke atas motornya.

"Haa ini motor masih aja tinggi," Gumam Jake. Motor Jake itu adalah vespa matic sprint yang dimana motor itu bisa dibilang cukup tinggi dan itu adalah motor Jake dulu waktu ia masih muda tapi saat ia menikah ia tetap membawa motor tersebut bersamanya.

Sunghoon memakai helmnya, walaupun cukup besar saat ia pakai tapi tidak apa apa.

"Papa yakin mau naik motor?" Tanya Sunghoon.

"Iya dong sayang, papa udah lama ga bawa motor," ucap Jake yakin. Karena memang dulu sebenarnya ia sering berkeluyuran di jalanan jadi dia sudah biasa mengendarai motor sendiri walaupun semenjak menikah ia sangat jarang atau mungkin tidak pernah keluar dengan mengendarai motor.

"Eh tapi pelan pelan ya pa, hoonie ragu." Jujur saja Sunghoon merasa was was pada papanya, terlebih lagi Sunghoon tidak pernah melihat Jake mengendarai motor jadi ia sedikit khawatir.

Jake terkekeh. "Tenang aja hoonie ayo cepet naik."

Sunghoon pun naik ke atas motor Jake, ia pun langsung memeluk pinggang sang papa takutnya kalau ia tidak memeluk papanya bisa bisa ia terjatuh nanti, tolong lah Sunghoon masih merasa ragu pada papanya.

Sayang HoonieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang