Jangan lupa votenya:)
Happy reading
_
"Gimana keadaan jeongwoo kak?", Tanya hyunsuk, pikirannya masih kacau mengingat bagaimana dia dan yoshi berlari ke arah pintu hanya untuk mendapati jeongwoo yang sekarat di pangkuan junghwan, dan bagaimana mashiho yang gemetar memegang telfon untuk menghubungi Dokter Ayman, dokter pribadi keluarga mereka.
Dokter ayman menghela napas pelan melepas jas putihnya, setelah memeriksa jeongwoo, ia meminta berbicara di luar dengan hyunsuk "kakak udah bilang berapa kali sama kalian, perhatikan hal sekecil apapun tentang jeongwoo, makanan, waktu tidur, kondisi fisik, dan jangan biarin anak itu kelelahan",
"Tapi kak, semuanya di atur seperti apa yang kakak bilang, makan, tidur, dan disekolah anak-anak juga ngejaga jeongwoo, bahkan untuk obat kami yang pegang dan atur jadwal kapan dia harus minum", ujar Yoshi bingung, selama ini mereka selalu menjaga jeongwoo tapi kenapa tiba-tiba penyakitnya kambuh.
"Maaf",
Suara pelan itu membuat atensi mereka semua mengarah pada pintu, melihat mashiho yang berdiri dan melangkah gontai ke arah junkyu, hyunsuk, Yoshi dan dokter Ayman.
"Aku nemuin ini disaku seragam jongu", ucapnya pelan meletakan satu pil obat di atas meja yang langsung di ambil oleh Yoshi.
Dokter Ayman menghela napas kasar.
"Gimana ceritanya ada obat di saku jongu? Kak yosh bukannya kamu selalu kasih obat ke jongu dan langsung dia minum?", tanya junkyu
Yoshi masih terdiam dengan obat ditangannya dan masih berusaha berpikir apa yang sebenarnya dilakukan jeongwoo "apa selama ini dia buang obatanya? tapi jelas-jelas aku liat tiap pagi dia minum obat yang aku kasih",
"Ini yang kakak bilang perhatikan hal sekecil apapun tentang jeongwoo, udah banyak banget kasus dari pasien yang jengah minum obat, jangan sampai masalah sepele seperti ini berakibat fatal ke depannya, jeongwoo adik kalian, kakak yakin cuma kalian yang bisa buat dia mengerti kalo ini juga demi kebaikannya, kasih tau dia baik-baik",
Hyunsuk memijat pangkal hidungnya pelan, mencoba menghilangkan pusing yang tiba-tiba datang "kenapa kamu gak ngomong dari awal cio?", Tanya Hyunsuk.
Mashiho menunduk dalam, ia awalnya tidak berniat memberitahu semuanya, ia berniat akan berbicara dengan jeongwoo sendiri, mengingatkan anak itu bahwa obat sangat penting bagi dirinya, agar anak-anak lain tidak ikut memarahi jeongwoo, tapi jika sudah seperti ini tidak ada yang bisa mashiho lakukan selain bilang pada semuanya.
"Maaf", cuma itu kata yang bisa mashiho ucapkan sekarang.
◍◍◍◍◍●●◍◍◍◍◍
Jihoon bersedekap dada sambil menyender pada tembok, sesekali melirik pada jeongwoo yang sedang menunduk, anak itu terlihat sangat lemah, muka pias dan bibir pucatnya membuat jihoon khawatir, haruto memegang tangan anak itu sejak tadi, berusaha menyalurkan kehangatan untuk adiknya.
Atensi jihoon teralihkan ketika suara pintu yang tiba-tiba terbuka, dokter Ayman dan dibelakangnya ada Yoshi, jihoon mengernyitkan keningnya ketika tidak menemukan hyunsuk dan junkyu ikut masuk, masa bodoh dengan mereka jihoon lebih khawatir melihat dokter Ayman kembali memeriksa jeongwoo.
Melihat Dokter Ayman menekan dada kiri jeongwoo, membuat anak itu meringis pelan, jihoon ikut ngilu melihatnya.
"Malam ini kamu kakak infus yh?", Ujar dokter Ayman yang dibalas anggukan jeongwoo "cuma semalam ko",
Jeongwoo hanya menatap kosong tangannya yang mulai ditusuk jarum suntik oleh dokter Ayman, beda reaksi dengan jihoon yang gelendotan pada Yoshi ngeri melihat jarum.
Setelah memasang infus pada tangan jeongwoo, dokter Ayman menatap wajah anak itu yang terlihat sendu, lalu menepuk pahanya Pelan membuat jeongwoo menoleh padanya.
"Jangan bohong lagi sama Abang abang kamu yah!", Ucap dokter Ayman pelan, membuat jeongwoo semakin menunduk.
◍◍◍◍◍●●◍◍◍◍◍
Jeongwoo menyandarkan punggungnya pada headboard, Baru saja ia minum obat yang dibawa mashiho, bahkan masih ada segelas susu putih di atas nakas, hanya tergeletak, jeongwoo tidak berniat meminumnya.
Ia menghela nafas pelan, melihat dokter Ayman tadi ia yakin bahwa dokter Ayman tau penyebab kenapa dirinya bisa sakit lagi, sekarang yang ia pikirkan apa Abang-abangnya juga tau? Apa bang hyunsuk tau?. Ia mengacak rambutnya sendiri memikirkan bagaimana kagetnya Abang yang lain tau bahwa selama ini obat yang mereka berikan ia buang gitu aja.
Bahkan tadi saat dokter ayman kembali memeriksanya, jeongwoo sadar hyunsuk dan junkyu tidak ikut masuk kedalam kamarnya, apa mereka marah?.
Saat kepalanya masih ruwet, dan ia kembali mengacak rambutnya, suara ketukan pada pintu membuat atensi nya teralihkan, mendapati junkyu yang bersandar sambil bersedekap dada.
"Emang efek gak minum obat juga bisa bikin orang stress yh?", sarkasnya membuat jeongwoo terdiam.
Lelaki itu melangkah mendekati adiknya, lalu ikut duduk di atas kasur, melihat adiknya terus menunduk ia hanya bisa menghela napas pelan.
"Udah mau mati kamu dek?",
Tidak berani menjawab, jeongwoo menautkan jari tangannya satu sama lain, dadanya kembali sesak, matanya mengerjap menghalau air yang berusaha keluar.
"Jangan gini lagi woo, kamu tau keluarga kita udah berapa kali kehilangan, kita sedang berusaha cari pendonor buat kamu, jadi a'a mohon bertahan lebih lama",
"Sampai kapan a? Aku capek, capek terus terusan minum obat, seakan-akan hidup aku tuh benar-benar tergantung sama obat itu, aku juga capek a", anak itu terisak, tubuhnya bergetar.
"Aku nyerah aja kalau kaya gini, kalau terus berobat ujung ujungnya juga mati gara-gara penyakit ini mending sekarang aja biar jongu nyusul bunda sama ayah, biar kalian gak punya beban lagi kaya jongu", tangis anak itu semakin pecah, junkyu berinisiatif memeluknya, memberikan kehangatan pada adiknya.
"Kamu tau woo, sehancur apa kita jika kembali kehilangan, bahkan kematian ayah masih menghantui kita sampai sekarang, bertahan buat kami, a'a mohon, ayo berjuang bareng, kita nggak akan ninggalin kamu, begitupun sebaliknya tolong jangan pernah berpikir untuk menyerah", junkyu mengusap matanya yang sudah berair sejak tadi.
"Kematian itu nggak ada yang pernah tau, tuhan yang mengatur, selebihnya kita yang berusaha, penyakit bukan patokan mati seseorang, kita nggak pernah tau takdir woo, kita nggak siapa tau kalo tiba-tiba a'a yang ninggalin kamu duluan",
Mendengar itu bisa junkyu rasakan jeongwoo menggeleng kuat dalam pelukannya.
"Gak boleh, a'a gak boleh ninggalin uwoo",
Junkyu tersenyum "ayo berjanji kamu juga gak akan ninggalin a'a", junkyu menjulurkan kelingkingnya yang dibalas tautan oleh kelingking jeongwoo.
"Janji",
Keduanya tertawa, jeongwoo mengernyitkan dahinya mendengar kegaduhan dari luar "Mereka lagi ngapain a?",
"Ngerujak mangga yang tadi mas jihoon sama Yedam ambil, awas aja kalo pak Rojali tiba-tiba ke rumah, gak kapok kapok emang jihoon tuh",
Jeongwoo tertawa "gak papa a, biar rumah makin rame kalo ada mas jihoon mah",
"Iya sih, udah ayo tidur",
"Sama a'a?", Harap jeongwoo
"Iya sama a'a",
Keduanya mengambil posisi tidur dengan jeongwoo yang masih setia memeluk badan junkyu, jeongwoo berusaha memejamkan matanya berharap besok pagi semuanya baik-baik saja, dia juga berjanji akan tetap bertahan sampai akhir, sampai tuhan Benar-benar bilang 'ayo saatnya pulang'
BERSAMBUNG
LAMA BANGET GAK UP
Maaf yah🥲
KAMU SEDANG MEMBACA
My home
RandomIni bukan tentang bagaimana rumah menjadi tempat mu pulang. Tetapi, bagaimana rumah menjadi tempat dimana mereka yang selalu ada untuk memahamimu, menjadi tempat ternyaman untukmu. lachimolala 2.4