have fun guys😘
Happy reading
_
Pernah mendengar jeritan hati dalam jiwa hampa, jiwa yang sudah kehilangan titik tujunya sejak beberapa tahun lalu, trauma yang seakan merenggur separuh jiwanya, semesta seolah-seolah bekerja sama mengembalikan ingatan beberapa tahun silam di ingatan hyunsuk.
Awan hitam yang bergulir di atas langit, menjadikan suasana sendu di ujung beranda, mendengar suara roda brankar yang berdecit membuat hatinya nyeri, dulu ia berlari tergopoh-gopoh mendorong brankar yang membawa papah, sekarang ia kembali berlari mendorong brankar yang membawa adiknya, mulutnya tidak berhenti berdoa kepada Tuhan, kejadian terulang kembali dengan akhir yang berbeda.
Hyunsuk menatap nanar pintu IGD yang tertutup rapat, bagai sebuah tembok yang memisahkan dua dunia yang ada di baliknya, mendengar derap langkah dari kejauhan, hyunsuk tersadar dan mendapati jihoon, junkyu, jaehyuk, dan haruto berlari ke arah mereka yang sedang menunggu dokter keluar memeriksa jeongwoo, bahkan ke empatnya masih memakai baju oblong dan celana training yang mereka pakai tadi pagi untuk jogging.
"Gimana bang?", Tanya jihoon kepada Hyunsuk, napasnya tersengal karena sejak tadi ia berlari.
"Masih diperiksa mas", bukan hyunsuk yang menjawab melainkan Yoshi, anak itu sedang memeluk erat Junghwan yang sedari tadi masih menangis.
Jihoon menghela napas pelan, lalu duduk di samping hyunsuk, menepuk pelan punggung abangnya yang sedari tadi hanya diam "jongu bakal baik-baik aja bang, percaya sama gw",
"Semoga", ucapnya lirih.
Lampu yang berkedip si atas pintu IGD, dan decitan pintu yang dibuka membuat semuanya berdiri, menatap sendu harap-harap cemas melihat dokter Ayman yang baru saja keluar dari ruangan.
"Gimana dok?", Tanya Hyunsuk.
"Ikut kakak ke ruangan!!", Ujar dokter Ayman sambil melenggang pergi.
Hyunsuk langsung bergegas mengikuti nya dari belakang, begitupun jihoon.
"Aa ikut mereka, biar gw yang jagain anak-anak disini", suruh Yoshi melihat bagaimana ia juga masih memeluk Junghwan, junkyu hanya mengangguk dan langsung mengikuti jihoon dan Hyunsuk ke ruangan dokter Ayman.
Dengan langkah gamang ketiganya masuk ke dalam ruangan, duduk dengan gelisah menghadap dokter Ayman.
Di tempat duduknya, dokter Ayman menatap malang wajah-wajah yang tidak seharusnya menanggung beban seberat ini di usia mereka, usia yang harusnya di isi kebebasan dan kebahagiaan masa muda.
Sebelum berbicara dokter Ayman benar-benar menghela napas berat "jantung jeongwoo sudah sangat lemah, kita benar-benar butuh pendonor",
Seakan sudah kebal dengan berita buruk seperti ini, ketiganya hanya menghela napas pelan, hyunsuk yang memijat pangkal hidungnya menghilangkan pening, dan junkyu yang menunduk.
"Cari pendonor gak segampang itu dok", lirih jihoon, mengingat bagaimana sejak dulu ia dan yang lain selalu berusaha mencari pendonor buat jeongwoo, karena bukan cuma menemukan pendonor, tapi mereka juga harus mencari pendonor yang benar benar jantungnya cocok untuk Jeongwoo.
"Kita segera butuh pendonor karena kakak udah gak bisa melakukan operasi bypass pada Jeongwoo", ucap dokter Ayman, lelaki itu menggenggam tangan jihoon "kita cari bareng-bareng, semampu kita dan serahkan semuanya pada Tuhan, jangan lupa terus berdoa, kakak akan mencoba agar keadaan jeongwoo tetap stabil",
"Kalau kita gak menemukan pendonor itu?", tanya Hyunsuk yang sejak tadi diam dan hanya menyimak, suaranya bergetar menatap penuh harap pada dokter Ayman.
Lama terdiam menatap ketiga anak di depannya, dokter Ayman menghela napas panjang dan menjawab.
"kita serahkan semuanya pada Tuhan",
◍◍◍◍◍●●◍◍◍◍◍
Hanni menghela napas pelan melihat seseorang di ujung kantin rumah sakit duduk sendirian, dengan tatapan kosong dan penampilan yang berantakan benar-benar seperti orang yang mengalami depresi berat, tapi Hanni tau orang itu tidak sampai mengalami nya mungkin hanya frustasi.
Wanita itu mengambil langkah lebar menghampirinya, saat merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya orang itu menoleh terkejut melihat Hanni.
Hanni Mendengus sebal "kenapa lu gak ngabarin gw sih suk? ",
"Tau dari siapa?", Bukannya menjawab hyunsuk malah balik bertanya.
"Junghwan", jawab Hanni, ia meringis mengingat bagaimana tadi kagetnya dia mendengar Junghwan yang tiba-tiba menangis di telfon.
"Harusnya lu kasih tau gw", Hanni berdecih.
"Maaf, tadi pikiran gw bener-bener kacau", lirih hyunsuk.
Sebenernya tidak penting juga Hyunsuk akan mengabarinya atau tidak, toh dia juga sadar diri bukan siapa-siapa di keluarga ini, Hanni mengeluarkan kotak makan yang ia bawa dari rumah, ia tahu betul dalam keadaan seperti ini anak-anak gak akan ingat makan apalagi hyunsuk.
"Ya udah sekarang makan!!", perintah Hanni, hyunsuk hanya menatap datar bekal makan yang ada dihadapannya.
"Gak mau Han",
"Makan suk, anak-anak juga udah makan, sekarang giliran lu, jangan kaya gini lah, jeongwoo juga gak bakal suka kalau liat lu kaya gini, seenggaknya lu harus kuat demi mereka",
Hyunsuk menghela napas pelan, benar kata Hanni seenggaknya dia harus kuat demi adik-adiknya.
"Jeongwoo butuh pendonor Han", ucap hyunsuk pelan, lelaki itu menunduk dalam.
"Kita cari bareng-bareng oke, jeongwoo bisa bertahan sampe kita menemukan pendonornya, gw yakin itu, dia anak yang kuat, bahkan jika lu gak cerita tentang keadaan jeongwoo waktu itu, gw gak bakal tau bahwa dia punya penyakit separah ini, karena dia anak yang kuat dan ceria suk, kita harus percaya bahwa Jeongwoo bisa melewatinya",
Hyunsuk mendengarkan apa yang Hanni katakan, ia juga tau adiknya anak yang kuat, bahkan anak itu sering menyembunyikan sakitnya ketika kambuh hanya agar orang-orang rumah tidak khawatir.
Bersambung
Jongu Bener bener langganan ubi yah, emangnya muka kamu vibes orang penyakit an yah dek?😭
Kira-kira disini jongu bakal author selamtin gak yah?
KAMU SEDANG MEMBACA
My home
RandomIni bukan tentang bagaimana rumah menjadi tempat mu pulang. Tetapi, bagaimana rumah menjadi tempat dimana mereka yang selalu ada untuk memahamimu, menjadi tempat ternyaman untukmu. lachimolala 2.4