Happy reading
_
Pernah mendengar tangisan sendu di ujung beranda, tangisan yang menyayat hati ketika kita mendorong brankar yang membawa manusia di ambang kematian, ketika kaki harus bersusah payah agar tetap berjalan saat tubuh sudah bergetar hebat.
Sore itu rumah sakit benar-benar menjadi tempat yang hyunsuk benci sekarang, ketika yang ketiga kalinya ia kembali mendorong brankar sialan ini, bagai dihantam batu besar hatinya sesak melihat bagaimana junkyu terbaring lemah dengan darah yang tidak hentinya keluar dari mulut, hidung dan bahkan kepala yang sempat terbentur ke jalanan.
Tidak seperti ketika ia mendorong brankar jeongwoo ataupun papah dulu, mendorong brankar yang membawa junkyu adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan, dengan kondisi tubuh junkyu yang benar-benar berlumuran darah semakin membuatnya frustasi.
Ketika sampai di depan ruang IGD, hyunsuk berhenti karena seorang perawat memintanya menunggu sampai mereka memeriksa keadaan junkyu, ia terduduk di kursi, mengusap wajahnya pelan, menghela napas kasar, sial sekarang ia mulai menyalahkan Tuhan atas takdir keluarganya, bagaimana bisa tuhan memberikan ujian seberat ini pada mereka? Apa tuhan pikir mereka anak-anak kuat dan tangguh, yang akan tetap berdiri kokoh walaupun masalah datang dari segala arah.
Ketika mendengar derap langkah dari kejauhan, hyunsuk menghela napas pelan, jihoon berlari sendirian menghampirinya, entah ia memberi tahu yang lain atau tidak.
Sebelumnya setelah jeongwoo berhasil ditangani dokter Ayman, hyunsuk berencana akan pulang kerumah sebentar, karena jadwal menjaga jeongwoo juga bagian jihoon dan junkyu, namun saat ia baru sampai lobi rumah sakit, ia benar-benar tidak bisa berkata apa-apa, ketika melihat junkyu diturunkan dari ambulance dengan keadaan yang benar-benar membuat hyunsuk ingin menangis, dan bagiamana melihat para perawat tergopoh-gopoh mendorong brankar junkyu dengan cepat karena kondisi pasien mengkhawatirkan, bahkan belum sempat ia tahu apa penyebabnya, dengan keadaan linglung ia ikut mendorong brankar itu.
"Bang?". Tanya jihoon, napas anak itu tersengal, ia benar-benar lari pontang panting saat hyunsuk menelponnya dan terus terus menyebutkan nama junkyu.
"Hoon", ujar hyunsuk pelan, tenaganya benar-benar terkuras bukan fisik tapi mentalnya yang benar-benar berantakan melihat keadaan adiknya.
"Junkyu kenapa bang, jawab?", Tanya jihoon lagi.
"Gw juga gak tau, tiba-tiba dia turun dari ambulans dengan keadaan kaya gitu", Hyunsuk menghela napas pelan ketika mengingat bagaimana kondisi junkyu "darah semua hoon, hidung, mulut, bahkan kepalanya nya berdarah Hoon, junkyu kenapa kaya gitu?", Tanya Hyunsuk, dadanya sudah sangat sesak, ketika air mata berhasil menerobos pertahanan nya.
Sedangkan jihoon ia terdiam, pikirannya kacau, ingatannya kembali saat junkyu memintanya pulang bareng naik mobil, andai saja ia menuruti permintaan anak itu apa semua ini tidak akan terjadi? andai saja ia sabar menunggu hanya sejam sampai kelas junkyu selesai apa junkyu tidak akan terbaring lemah di ruangan sialan itu?, Andai saja, andai saja, andai saja, apa ini kesalahan jihoon?.
Jihoon meremat rambutnya kuat, nggak ini benar kesalahannya, ini kesalahannya.
"Hoon, lu kenapa, heh sadar jihoon", hyunsuk sedikit berteriak ketika jihoon tidak berhenti meremat rambutnya.
"Ini salah gw bang, ini salah gw", ujarnya lirih, matanya sudah memerah, pipinya sudah basah "kalo aja gw nurut sama aa buat pulang bareng ini semua gak akan terjadi bang, ini semua gak akan terjadi, ini salah gw",
Melihat adiknya yang kacau, hyunsuk segera membawanya kedalam pelukan, pelukan hangat yang berharap bisa membuat jihoon sedikit tenang.
"Ini bukan salah lu Hoon, nggak ini bukan salah lu", hyunsuk mengusap surai adiknya lembut.
Baru saja jihoon akan berbicara lagi, namun ia terdiam ketika lampu merah yang berada di atas pintu IGD itu padam, tanda pemeriksaan pada junkyu telah selesai.
Jihoon melepaskan pelukan hyunsuk ketika melihat dokter Ayman keluar, hyunsuk mengekor di belakang.
"Dok gimana? Junkyu baik-baik aja kan?", Tanya jihoon.
"Kita bicara di ruangan kk yah, biar kk jelasin secara rinci", dokter Ayman beranjak, menuju ruangannya, hyunsuk dan jihoon mengekor dibelakang dengan harap-harap cemas semoga semuanya baik-baik saja.
Katika di ruangan semuanya hening menunggu dokter Ayman berbicara.
"Junkyu baik-baik aja kan dok?", Tanya jihoon ke sekian kalinya.
"Kk jelasin dulu yah",
"Kita gak tau persis bagaimana kejadian di tempat, dan apa saja yang membentur junkyu, tapi ketika junkyu masuk, limpa nya sudah pecah karena ada benturan pada perut kiri, dan ketika korban tidak segera ditangani, itu membuat kerusakan pada organ internal, dan ini sedikit fatal, bukan hanya limpa tapi ginjal kiri junkyu juga rusak karena benturan keras pada dadanya", jelas dokter Ayman.
Jihoon terdiam mencoba mencerna apa yang dokter Ayman katakan.
"Ginjal dok?", tanya Hyunsuk.
"Iya, ginjal kiri junkyu mengalami kerusakan, dan seperti yang tadi kk katakan, ketika limpa pecah tidak segera ditangani, itu akan menyebabkan kerusakan organ internal yang fatal, entah itu paru-paru, ginjal, ataupun jantung, dan junkyu..",
Dokter Ayman menghela napas pelan, sebelum melanjutkan ucapannya "limpa pecah yang dialami junkyu berakibat pada ginjal sebelah kanannya",
Jihoon tersentak "jadi maksud dokter ginjal junkyu dua-duanya mengalami kerusakan",
Dokter Ayman mengangguk pelan.
Bagai dihantam beribu ton batu, jihoon memegangi kepalanya yang tiba-tiba sakit, mendengar kenyataan bagaimana keadaan junkyu membuatnya benar-benar merasa bersalah.
"Junkyu bisa sembuh kan dok?", Tanya Hyunsuk.
"Seseorang bisa hidup dengan satu ginjal, walaupun mungkin tidak sama keadaannya dengan kita, Ginjal kiri junkyu tidak bisa kk tangani, tapi untuk ginjal sebelah kanan, sebelum kita menemukan pendonor nya, kk bisa melakukan RJP pada ginjal junkyu",
Hyunsuk dan jihoon menghela napas lega, setidaknya ada tanda kehidupan yang mereka punya untuk junkyu.
"Tapi melakukan RJP ada dampaknya buat kesehatan junkyu",
Bersambung
😊😊😊😊
Happy birthday junkyu🥳🥳Makasih yang masih baca cerita gaje ini sampe part 21😘love you guys
KAMU SEDANG MEMBACA
My home
RandomIni bukan tentang bagaimana rumah menjadi tempat mu pulang. Tetapi, bagaimana rumah menjadi tempat dimana mereka yang selalu ada untuk memahamimu, menjadi tempat ternyaman untukmu. lachimolala 2.4