Bab 21 Lelaki Idaman Yang Perkasa

1.4K 7 0
                                    

POINT OF VIEW
(ALUNA)

"Selamat siang ... Baby ...," ucap seseorang dari luar kamar, masuk ke dalam ruangan dan aku masih bergeming tanpa suara.

Seketika kutoleh orang itu, dari nada suaranya aku kenal. Lamat-lamat, aku melihat sebuah sosok tampan dengan jas warna hitam. Dia adalah ayahku, memberikan senyum semringah dan sangat mampu megundang bahagia.

"Daddy, kok, cepat sekali sampai rumah? Enggak ada ngabarin juga, kalau hari ini balik," jawabku sembari berlari dan memeluk lelaki berkumis tipis itu.

Tepat di dalam pelukan, aku bergelayuh manja dan ingin diberikan sebuah sentuhan bagai malaikat dalam hidup. Sudah berapa bulan ini, ayah tidaj pernah hadir karena kerja di luar negeri. Bisnisnya itu membuat aku pusing, karena banyak dan tak tau di mana saja.

Sembari mengelus rambutku, ayah pun mencium rambut ini. Pelukan hangat ini adalah momen yang setiap kali aku inginkan jika dia pulang kerja. Saat masih kecil, ayah bisa menggendongku. Namun, sekarang tidak lagi begitu.

"Sayang ... kamu kenapa menangis?" tanya ayah.

"Luna kangen banget sama ayah, kenapa semua ini harus dilakukan jika ada anak yang masih butuh kasih sayang ayahnya. Daddy, aku enggak mau kalau kau sampai pergi kedua kalinya," celetukku dengan isak tangis.

"Baby ... kamu sudah besar sayang. Pasti udah tahu kenapa alasannya ayah pergi. Dan itu hanya sementara. Lihat sekarang, ayah datang lagi tepat waktu. Meskipun enggak kabari sebelumnya, ini adalah kejutan."

Aku menolehnya, lalu memeluk lagi tubuh gagah yang sangat tinggi itu. "Ayah ... membuat aku sangat merindukanmu. Oh, ya, bagaimana dengan urusannya di Belanda?" tanyaku.

"Baiklah, nanti ayah akan jelaskan. Sekarang ... kita ke lantai satu dan duduk dulu sejenak. Oke, sambil makan spagety kesukaan kamu, nih."

Tanpa menunggu lama, aku pun mengangguk dua kali. Karena ayah adalah orang yang paling tahu apa maunya aku. Mulai dari segi makanan, selera pakaian, hingga pujaan hati pastinya. Namun, selama ini aku belum pernah menceritakan perihal Reymon.

Ya, aku tidak pernah memberitahukan itu karena waktu yang belum tepat. Mungkin, dalam waktu dekat ini, aku akan cerita dan membawa mereka dalam satu ruang lingkup pembicaraan.

Setibanya di lantai satu, kami mendudukkan badan seraya saling tukar tatap. Lalu, ayah membawa bungkusan itu ke dalam dapur dan seperti biasanya menjadi koki paling handal di rumah ini.

Banyak yang harus aku katakan padanya, mulai dari kuliah sampai hal percintaan. Walaupun aku belum jadian pada Reymon, akan tetapi apa salahnya jika meminta pendapat pada orang yang ahli lebih dulu dalam dunia percintaan.

Ayah datang dengan membawa dua piring kaca, dia meletakkannya di hadapanku dan satunya di hadapan sendiri. Dari aromanya sangat nikmat, karena memiliki gestur yang khas rumah makan mewah di luar negeri.

Entah kenapa, aku sangat suka spagety yang ayah bawakan. Meskipun hanya satu menu saja, ini lebih dari cukup kalau yang membawa adalah seorang malaikat di dunia. Aku pun meneguk air mineral, kamudian ayah menoleh.

"Sayang, kenapa dilihat aja? Ayo, dong, dimakan," ujarnya.

"Eh, udah boleh dimakan, ya?" tanyaku balik.

"Hmmm ... kalau ratuku ini, selalu bisa membuat ayahnya kangen hingga ingin cepat-cepat pulang," ujarnya.

Akhirnya mami memakan spagety berduaan, aku pun menikmati menu kali ini. Sangat susah jika ingin mendapatkan momen seperti sekarang. Waktu ayahku sangat mahal, dia hanya ada beberapa menit saja sebelum kembali bekerja.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang