Bab 33 Mama Mulai Berubah

1K 6 0
                                    

Tak berapa lama, si mama malah pergi ke kamar mandi dan berlari sangat kencang. Aku yang sedari tadi bergeming, menoleh dengan wajah datar. Pasalnya, aku tidak pernah mendapatkan hal ganjal dalam keluarga ini sebelumnya.

Selain perselingkuhan, mama kerap membuat ulah beberapa kali. Namun, aku masih memaafkan dan tidak mengaduh pada ayah. Kali ini, malah sang ayah yang tak nampak sama sekali. Ditelepon tidak mengangkat, di chat juga tak mau menjawab.

Keluargaku seperti berada di ambang kehancuran, akibat nafsu sang mama yang melonjak parah. Akibat birahi yang tidak dapat dia tahan, membuat segelintir orang-orang di sekitar rumah mulai berkicau.

Salah satunya adalah tetangga depan rumah, ibu kompleks yang sering membuat kegaduhan. Perihal apa yang dia katakan pada warga lain kerap selalu membuat onar, padahal belum tentu benar adanya seperti apa.

Seraya beranjak dari atas bangku, aku pun berjalan menuju dapur yang sebelah kirinya ada ruang kamar mandi. Ya, karena mama menuju ke sana saat batuk tadi. Setibanya di depan kamar mandi, aku mempertajam pendengaran menuju ruangan.

Di dalam sana terdengar suara mama yang batuk beberapa kali, dia pun muntah. Dengan menggunakan tangan kanan, aku mengetuk pintu itu secara perlahan.

Tok-tok-tok!

"Mama ... apakah Mama baik-baik aja di dalam sana?" tanyaku.

"Bentar, Baby, mama baik-baik aja, kok," teriaknya dari dalam sana.

Akan tetapi, aku yang merasa tidak enak dengannya jika meninggalkan depan pintu. Kali ini aku bertahan dan menunggu, mungkin sebentar lagi mama akan ke luar. Dengan begitu, semua yang terlihat ganjal aku pertanyakan padanya.

Beberapa menit bergeming, akhirnya pintu kamar mandi terbuka lebar. Kali ini sang mama menatap tajam wajahku, dia heran mengapa sampai saat ini aku bergeming meninggunyq untuk ke luar dari dalam kamar mandi.

"Sayang ... kamu kenapa masih ada di sini?" tanyanya.

"Ak-aku, aku ... cuma mau memastikan kalau Mama baik-baik aja di dalam," titahku terbata-bata.

Wanita paruh baya di hadapan pun menyentuh pundak kananku sangat lembut, lalu dia menjawab, "sayang ... kamu enggak perlu khawatir banget, karena mama baik-baik aja. Yuk, sekarang kita lanjut makan."

Setelah si mama mengajak, aku pun ikut berjalan dan kamu kembali menuju meja makan. Beberapa menit setelahnya, si mama mendudukkan badan dan aku membantunya.

"Terima kasih, sayang," ucapnya.

"Iya, Ma," jawabku, lalu aku duduk dan kami saling bersitatap.

Sedari tadi aku mengupas nanas dan aku letakkan di atas piring. Belum sempat memakannya, malah mama yang mengambil lebih dulu. Kali ini dia lahap, karena tidak biasanya dia mau memakan yang asam-asam.

Apalagi aku, biasanya tidak suka dengan yang asam-asam. Kali ini, rasanya ingin memakan itu semua. Akibat dari rasa penasaran itu, aku menoleh ke depan.

"Ma, pelan-pelan makannya, nanti batuk lagi," ucapku spontan.

"Sayang, kamu kenapa tahu aja kalau mama lagi ingin makan nanas?" tanyanya.

"Yah ... karena feel aja, Ma. Enggak pernah terbayangkan sebelumnya, karena aku juga pengen makan ini," jawabku.

"Tapi udah habis sayang, maaf, ya. Kamu kupas lagi aja yang baru, karena mama mau ke kamar, ngantuk banget soalnya." Selesai berkata, si mama memasuki kamar dan dia menutupnya sangat rapat.

Aku yang bergeming di atas bangku, lalu membangkitkan badan menuju luar rumah. Setibanya di depan teras, aku pun bergerak menemui Mang Diman. Lelaki paruh baya yang sedang menjaga itu menoleh ke arahku.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang