Bab 10 Tidak Perkasa, Suami Dicampak

3.6K 18 0
                                    

[Aluna ... entar malam kamu ada acara enggak?] tanya Reymon.

[Enggak ada, Rey. Emangnya ... kenapa?] tanyaku balik.

[Aku mau ajak kamu minum kopi ke kafe, tapi hanya bisa ke kafe saja. Soalnya ... aku belum punya uang banyak untuk membawa kamu ke tempat yang sangat mahal.]

[Boleh, Rey, tapi aku izin sama mama dulu. Kalau entar dikasih izin, aku akan pergi sama kamu. Oh, ya, sebelumnya aku mau tanya, apakah kamu bisa bawa mobil?]

[Hmmm ... bisa, Lun. Kebetulan sebelum kerja di tempat ini aku juga supir travel. Jadi, bisalah kalau sekadar bawa mobil begitu.]

[Oke kalau begitu, kamu entah malam bawa mobil aku jika si mama mengizinkan. Sekarang, aku mau kuliah lagi. Kamu baik-baik di sana, ya, Rey.]

[Iya ... kamu juga, Lun. Selamat belajar semoga bisa dengan cepat lulus.]

Tanpa menjawab aku langsung mematikan ponsel begitu saja. Pak Reza telah tiba di bangku depan, dosen killer yang selalu membawa mata pelajaran paling susah di bandingkan yang lain.

Demgan sedikit memekik, aku pun tak hentinya membayangkan wajah Reymon ketika mencatat. Bahkan, di lapisan buku pelajaran ini juga terdapat wajah Reymon yang sangat tanpan itu. Di dalam ruang kelas, tidaka hal terindah selain membayangkan lelaki dengan fostur tubuh paling atletis itu.

Lamat-lamat, aku pun menoleh ke arah Miranda yang masih berdandan di bangkunya, kemudian aku kembali mencatat di papan tulis akan materi hari ini.

Bel pun bernunyi setelahnya, para mahasiswa dan mahasiswi menghambur ke luar ruangan untuk pulang. Lain halnya dengan aku dan Miranda, kami masih betah di dalam ruangan dan merapikan buku.

Dari arah pintu ruang kelas, aku menoleh seorang pria yang datang dengan langkah laju. Siapa lagi kalau bukan Boby, lelaki yang gemar membuat masalah dan dia adalah mantan kekasihku beberapa bulan lalu.

Sikap arogan dan tempramentalnya itu membuat muak, aku sampai hampir datang ke sebuah dokter kejiwaan untuk memeriksa jiwa dari sang mantan itu. Entah kenapa, sejak beberapa bulan putus cinta denganku sikapnya berubah sedikit eror.

Padahal, Boby sering terlibat skandal pada mahasiswa pindahan dari kampus lain. Akan tetapi, karena dia adalah anak orang kaya raya, apa pun bisa dibayarnya untuk tetap berada di kampus ini.

Dulu aku menyangka kalau dia tidak maniac sex. Namun, setelah kenal beberapa bulan dan jadian, Boby sering memaksa aku untuk berhubungan badan. Bahkan, setiap kali kami jalan, lelaki berwajah sangar itu selalu menyentuhkan tangan ini di alat perangnya.

Melihat gelagat Boby aku pun menatap ponsel, lalu dia memperbaiki kerah baju dan duduk di bangku depan, kemudian memutar menghadap ke arahku.

"Lun ... apa kabar kamu sayang?" tanyanya merayu.

"Jangan panggil aku sayang, karena kita udah putus. Lagian ... kamu ngapain, sih, ada di sini. Aku udah peringatkan sama kamu untuk jauh-jauh dati aku!"

"Aluna ... aku tetap tidak mau putus sama kamu, paham. Sampai kapan pun dan aku akan berjuanh untuk mendapatkan kamu. Kalau enggak kita menikah aja, deh, sebagai jaminan kalau aku serius sama kamu," tawarnya.

"Ogah!" pekikku.

"Aku akan biayai semua yang kamu mau, termasuk untuk bulan madu kita ke Bangkok."

"Bodo!" ketusku lagi.

"Aluna ... apakah kamu enggak menyimpan perasaan sedikitpun padaku. Oke, maafkan aku karena waktu itu aku khilaf memaksa kamu untuk melayaniku. Tapi itu dulu, Lun, aku berhak punya kesempatan kedua," paparnya lagi, dia sudah menawar bagai jual beli di pasar pagi.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang