Bab 02 Sang Predator

11K 54 0
                                    

Di usiaku yang terbilang masih sangat muda, aku sudah menjelajah indahnya cinta dan surga dunia. Mulai dari wanita paruh baya, perawan tua, hingga istri orang lain. Namun, ini adalah tuntutan pekerjaan, harus totalitas dan bergairah agar tetap terjaga setiap pola otot dalam keperkasaan.

Sebagai sorang pejantan tangguh ini adalah perbuatan lumrah, memuaskan pasangan lawan jenis karena dengan begitu akan mengasah setiap pergerakan dan membuat aku semakin lihay dalam menjelajah dunia. Akan tetapi tidak semua, karena aku adalah lelaki perkasa yang pilih-pilih juga.

Salah satunya Tante Miska, walau terbilang baru kenal padanya aku sangat tertarik dengan wanita itu. Badannya yang sangat aduhai, serta tonjolan atas dan bawah memang mampu membuat aku menelan ludah. Tak ubahnya dengan patung yang ada di toko pakaian, cantiknya luar dalam.

Di dalam kamar hotel yang sangat kedap suara, aku bebas melakukan semua gaya. Dengan kemampuan tanpa teori, dan tidak ada yang pernah mengajariku termasuk melalui sebuah tutorial.

Skandal kami ini semata-mata bukan karena cinta, akan tetapi lebih kepada pemuasan dan penyaluran hasrat semata. Aku yang sekarang paham akan dunia, menikmati betapa indahnya bercinta pada istri orang.

Alasan Tante Miska yang senang denganku tidak lain karena, dia tak pernah mendapat jatah lagi dari suaminya yang telah lama impoten. Sehingga, mau tidak mau aku mengaliri juga dengan semampuku. Walaupun hasilnya fantastis, akan tetapi aku tidak mengeluarkan di dalam.

Salah satu alasan kenapa aku tidak mau menanam benih pada wanita-wanita dengan tembak dalam salah satunya adalah, aku belum siap bertanggung jawab dan menjadi seorang ayah. Tanpa bantuan alat pengaman, biarlah mereka merasakan bom nuklir yang masuk menghujam ulu jantung mereka.

Walau pada akhirnya itu hanya sekadar kenikmatan sesaat saja. Sembari merebahkan kedua sayap di atas ranjang, aku pun mendapati sebuah sentuhan alam yang indah dari istri orang—Tante Miska. Wajahnya meski terlihat lebih sangar dari wanita lain, khas dengan tante-tante girang era saat ini.

Sembari menyentuh keningnya yang penuh keringat, aku pun menyibak rambut panjangnya yang menutup kedua mata. Mungkin dia lelah, karena kami sudah melakukan ritual malam ini dengan penuh percaya diri. Meniduri wanita adalah jagonya aku, apalagi sekadar membuat mereka lemas.

"Miska ... Miska, kamu itu cantik. Kenapa, sih, kamu salah pilih dalam mencari cinta. Kalau saja aku ada saat itu sebelum kau menikah, mungkin saat ini aku akan lebih bisa puasin kamu," kataku sembari menyentuh wajahnya.

Tangan ini bergeriliya sangat liar ke sana dan ke mari, lalu aku menyentuh dua gunung yang ada di dadanya. Dengan memukulnya perlahan, karena aku gemas. Ukuran yang tak terlalu besar itu, akan tetapi kenyal dan bulat seperti di operasi.

Aku sangat suka bermain lato-lato miliknya, mampu membangkitkan nafsu yang selama ini terpandam. Tak berapa lama, aku menatap ponsel dan menyalakan layarnya. Kali ini kami akan menangkap layar dan mengambil foto bersama.

Akan tetapi, aku tidak memerlihatkan wajahku dan memperjelas lekuk wajah Tante Miska tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Dengan gaya yang sangat tegang, kami pun berfoto bersama. Wanita itu masih tidur, akan tetapi tetap terlihat cantik.

Tiga jepretan sudah aku ambil, sebagai momen kalau aku sudah pernah menggagahinya begitu sangat indah. Lamat-lamat, tangan ini bergerak kembali menuju ladang yang baru saja aku aliri. Dengan bantuan air ludah, aku pun kembali memasukkan jemari ke dalam sana.

"Emmm ...," desis Tante Miska, lamat-lamat dia membuka mata.

"Rey, kamu mau tambah?" tanyanya.

Dengan sedikit anggukan penuh nafsu, aku pun mengedarkan tatapan sangat ingin bercinta. "Apakah aku boleh ambil jatah yang ke dua, Baby?"

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang