Bab 26 Gairah Terpendam Sang Pejantan

2.7K 15 0
                                    

Dengan berlari sangat kencang ke luar rumah, aku pun menoleh kanan dan kiri. Kali ini belum pakai baju, karena kaos masih berada di samping kananku. Tak berapa lama, seorang satpam pun tampak tengah menjaga dan dia mondar-mandir di depan gerbang.

Aku bergeming bagai maling, menatap samping kanan dan kiri rasanya ada yang tak aman dengan sekitar. Lalu, langkah kaki membawa diri untuk menuju bagian belakang rumah.

Setibanya di belakang rumah, pintu menuju ke luar sudah terkunci sangat rapat. Aku pun tidak punya pilihan selain memanjat dari tembok. Namun, tembok di sekitar sini sangat tinggi dan susah untuk lompat.

Sembari menaiki tangga yang tersedia, aku pun berpegangan tangan dan ingin melompat. Dari atas ke bawah, sangat tinggi seketika adrenalin tidak singkron untuk lewat belakang.

Alhasil, aku pun turun lagi dari tembok dan mencoba menuju ke bawah. Beberapa menit setelahnya, sebuah sentuhan mendarat di pundakku bagian belakang.

Deg!

'Itu siapa yang menyentuh?' tanyaku dalam hati.

Dengan cepat, aku menoleh dan menatap mantap orang yang menggunakan baju satpam. Badannya memang tidak tegap, akan tetapi aku malu melihatnya karena tidak pakai baju.

"Siapa kau, Kisanak?" tanyanya secara spontan.

"Eh, Bapak. Saya mau ke luar, Pak," jawabku sembari menggaruk kepala.

"Kamu bukannya yang tadi lagi main di dalam, ya, sama Nyonyah?" tanyanya lagi.

Seketika aku bergeming, menelan ludah dan menoleh langit hitam. Tanpa menjawab, aku pun diam saja di posisi berdiri. Entah kenapa, terlihat dari wajah satpam itu sepertinya tidak marah.

Tanpa menjawab, aku mengangguk dan malu-malu. Karena dia sudah tahu kalau aku sedang nget*t dengan bosnya di rumah ini. Tanpa mampu berkata lagi, si satpam pun menyentuh pundakku sebelah kanan.

Lalu, satpam itu mendekatkan wajahnya di daun telingaku. "Gimana rasanya ngent*t sama Nyonyah? Montok banget dia, masti mek!nya tebal, ya?" tanya satpam jalang itu.

Aku tersenyum manja, lalu dengan cepat memakai baju lagi. Kami pun saling berbincang, perihal apa yang sudah dia lihat tadi. Ternyata, satpam itu menyaksikan aku sedang main di ruang tengah. Katanya sangat hot dan mampu membangkitkan nafsunya, hanya saja dia tidak kami ajak pertempuran.

Mungkin dalam benaknya ingin, akan tetapi sangat ingin akan tetapi dia rasa tak mungkin kami treesome dengan seorang satpam. Mungkin lain kali aku akan mengajak dia treesome pada wanita lain, jika ada kesempatan.

"Ayo, kita ke pos depan, saya ingin mengajak kamu ngopi," ucapnya mengajak.

Kali ini aku mengagguk dan mengikuti apa yang dia katakan, kami pun berada di dalam pos penjagaan dan berjalan laju. Kemudian kami mendudukkan badan, saling celingukan satu sama lain.

Satpam di rumah ini lumayan muda, akan tetapi dia kurus dan tidak ada badan. Aku bisa kapan saja mengabisinya jika mau, akan tetapi karena dia baik, kami pun jadi teman. Kali ini, dia membawa dua gelas kopi, kebetulan di dalam pos penjagaan sudah ada air hangat.

"Minum dulu, Mase," ucapnya.

Aku meraih kopi itu, kemudian meneguk, "terima kasih, Pak."

"Oh, ya, ngomong-ngomong kamu kenapa bisa kenal sama Nyonyah? Dia itu orangnya pilih-pilih kalau sama brondong. Tapi ... kali ini dia sangat bringas, karena sering memasukkan anak lanjang ke dalam kamarnya," papar pak satpam.

'What? Jadi ... Miska sering main sama brondong di kamarnya, kenapa aku baru tahu, ya?' tanyaku dalam hati.

"Oh, ya, Pak. Kalau boleh tahu, satu bulan ini sudah berapa anak lajang yang dia bawa?" Kali ini, aku yang bertanya.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang