Bab 48 Wanita Pertama Yang Aku Mainkan

1.8K 9 0
                                    

Kenikmatan yang tiada tara dari lubang sebelah beberapa senti meter dari yang biasanya. Kali ini, lebih menggigit karena sempit dan mekar ketika berada di dalam. Aku yang baru sekali merasakan berhubungan dengan ana! S3x, sekarang mulai ketagihan.

Pasalnya, kalau melalui jalur rute biasa sudah sering kami lakukan. Kali ini berbeda, rasanya tak kalah dan tidak pula cepat basah. Namun, lama-kelamaan semakin membuat aku cepat ke luar dalam hal ini. Seraya memegang kedua pinggang wanita di hadapan, aku pun berdesis.

Napas yang semula netral, berubah menjadi sangat ngos-ngosan ditimpali dengan keringat yang mengalir sangat deras. Kali ini, aku pun tidak segan-segan untuk membantai dan menyerang satu lubang tersebut. Sudah lama tidak mendapatkan jatah dari Miska, maka hari ini adalah awal yang baik.

Selagi masih ada kesempatan, aku akan gasak saja sampai dia memang benar-benar minta ampun. Nyatanya tidak, rasa sakit itu hanya akan ada ketika awal-awal saja, lama-kelamaan akan biasa saja dan menjadi sangat nikmat. Sembari menikmati, aku pun membuka mata dan menutupnya beberapa kali.

Sedangkan badan ini masih bergoyang laju, tidak ada celah untuk meminta ampun kali ini. Membuat aku mempertahankan durasi yang sekarang lebih lama dari biasanya. Seraya memukul boko*g Miska, aku pun menyeringai dua buah gunung di dadanya.

"Em ... sakit, Sayang. Ampun ...," kata Miska seraya memberhentikan pinggang ini untuk bergoyang.

Akan tetapi, aku tetap melanjutkan penyerangan dan akan tetap begini sampai klimaks itu datang. Sudah beberapa menit kami meluapkan gairah, namun masih sama posisinya dan tidak berubah sama sekali.

"Enak sayang ... em ... enak njir ...," kataku berdesik.

Dengan membuka baju kaos yang sekarang aku pakai, baju itu pun aku lemparkan di atas lantai. Lalu, celana ponggol di atas pinggang sudah aku turunkan ke lantai. Seraya menyentuh celana dalam ke kiri dan ke kanan, aku pun mulai menyibaknya turun.

Tetap menggunakan celana dalam, aku meyerang seraya mencabut alat perangku. Warna kecokelatan dengan banyak bulu hadir di alat perang ini, kepalanya yang sudah bergairah penuh nafsu, kemudian membali masuk secara spontan.

Barulah jeritan itu hadir kembali. "Ach ... sakit ... ha-ha-ha ... aouc enak sayang. Terus sayang," teriak Miska menikmati.

Seraya memukul kedua boko*gnya dari belakang, aku pun mengulum bibir dan tetap bergoyang tanpa henti. Ini adalah caraku dalam memuaskan, berbeda pada lelaki lain yang hanya beberapa menit sudah ke luar.

Setelah hampir dua puluh menit bergoyang, aku memberhentikan aksi dan menggendong Miska untuk naik di atas meja. Ya, kali ini kami merubah posisi. Aku yang mengeluarkan ludah, mengoleskannya ke antena yang sudah tegak berdiri itu.

Lamat-lamat, aku memasukkannya lagi hingga batang tak terlihat sama sekali.

"Enak sayang ... ha-ha-ha ... anjing! Anjing!" pekik Miska keenakan.

Kami yang terus bercinta, kemudian aku mencekik leher target dengan memukul dua buah gunung di dadanya yang bergelayuh tanpa henti. Pergerakan semakin kencang, membawa aku untuk terus menyerang tanpa jeda.

Setelah berada di ujung rasa kenikmatan, aku pun mengeluarkannya di dalam.

"Ah ... enak banget anjir ...," pekikku seraya memperlambat pergerakan.

Dengan mencabut alat perang dari dalam sana, sebuah cairan pun ke luar mengikuti aliran lubang hingga membasahi meja. Lamat-lamat, aku menyentuh cairan itu dengan ujung kepala si jago perang dan kembali memasukkannya ke dalam.

Kali ini aku merasa sangat puas, karena sudah lama tidak melakukan yang namanya bercinta. Ya, hampir satu minggu ini menganggur saja dalam sangkar. Petualangan yang sangat menantang gairah, kali ini aku dapatkan bersama dengan indahnya bercinta.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang