Bab 42 Menghamili Anak Dari Selingkuhanku

1.9K 10 0
                                    

"Iya, Rey, aku hamil," imbuh Aluna seraya meletakkan sebuah surat yang dia ambil dari dalam tas kecil miliknya.

Aku pun menatap surat itu, dengan logo berwarna hijau dari sebuah rumah sakit. Saking geroginya, aku pun tidak bisa berkata apa-apa selain menarik napas panjang dan menelannya begitu saja.

Sekarang aku sudah menjadi seorang ayah, tidak terbayangkan akan secepat itu. Namun, aku masih belum percaya kalau Aluna tengah hamil anak dariku. Memang waktu itu, aku telah menggagahinya dan langsung tembak dalam.

Yang ada dalam pikiranku adalah, ketika satu kali tembak dalam pada seorang wanita, tidak langsung menjadi janin. Namun, kali ini malah menjadi dan aku sangat takut kalau harus menjadi seorang ayah di usia muda.

"Rey, kenapa kau diam aja. Katakan sesuatu, Rey," kata Aluna memekik.

Karena Aluna terus membuat aku bingung, lalu aku menarik lengannya dan membawanya pergi dari ruangan kafe. Ya, kali ini kami akan menuju koridor yang ada di sebelah ruangan. Lalu, secara saksama aku menatap wajah-wajah sendu yang tengah menangis itu.

Menggunakan tangan kanan, aku pun menyibak kening Aluna dan kami saling bersitatap. Kali ini aku harus memutuskan, karena aku tidak mungkin meninggalkan Aluna begitu saja. Sebagai seorang lelaki, bertanggung jawab adalah yang utama.

Dengan cepat, aku memeluk Aluna dengan sangat erat. Lalu, kedua bola mataku berkaca-kaca. Padahal, aku masih belum mampu jika harus menikahi Aluna secepat ini. Sembari menenangkan, aku pun tidak tahu lagi harus berkata apa.

Kini, kami berdua sudah berada dalam ruang lingkup keluarga baru, aku telah berhasil menabur benih dan benar terjadilah kehamilan pada Aluna. Alhasil, anak yang ada di dalam kandungan itu sudah pasti janin dariku karena ketika itu aku telah memecahkan perawannya.

"Rey, apakah kau akan menikahi aku?" tanya Aluna.

"Pasti, Lun, aku akan menikahimu. Tapi ... enggak sekarang, karena aku belum punya uang untuk membawa uang ke hadapan orangtuamu," jawabku.

"Tidak perlu kau membawa uang di hadapan orangtuaku, Rey. Yang penting, kamu bertanggung jawab atas semua ini, karena apa, aku enggak mau ketika anak ini lahir tidak punya ayah," rengek Aluna ngegas.

"Iya, aku paham akan hal itu. Kau kau jangan pikirkan lagi masalah ini, karena aku akan memberikan kamu sebuah kepastian," jawabku.

"Baiklah, sekarang ... kau harus ikut aku ke rumah dan kamu akan berhadapan dengan ayah dan mama aku, minimal mengatakan sepatah dua kata perihal kejadian ini, Rey."

"O-oke, oke, aku akan datang ke rumah kamu dan kita akan bicara pada mereka," titahku.

Akhirnya kami ke luar dari dalam koridor kafe dan berjalan sangat laju. Setelah membayar semua makanan yang belum aku makan, kami bergerak menuju parkiran mobil.

Aluna membawa mobil miliknya, dan aku membawa mobil milikku juga. Lalu, kami melintasi pusat kota dan bergerak bersama-sama untuk menuju rumah. Aku belum pernah sekali pun datang ke rumah Aluna, karena belum sempat dan banyak hal.

Kali ini tidak mungkin lagi mengelak, karena Aluna sudah hamil dan janin yang ada di dalam kandungan dia adalah anak dariku. Seketika kami memasuki sebuah komplek yang aku sudah kenali, perasaan tidak enak pun datang menyergap.

Pasalnya, kompleks ini pernah aku datangi ketika ke rumah seseorang. Namun, aku menyibak pemikiran konyol yang tidak mungkin akan menuju ke lokasi ketika itu. Dalam hati berkata sendiri, karena aku sudah hampir memasuki pertengahan jalan.

'Kok, jalan ini seperti aku tahu. Aluna kenapa membawa aku ke sini, ya, apakah dia adalah anak dari? Ah ... tidak mungkin, karena aku tak mungkin memasuki rumah yang sama dengan waktu itu,' kataku dalam hati.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang