Bab 32 Mama Mencurigakan

1.1K 5 0
                                    

POINT OF VIEW
(ALUNA)

Pesan dan telepon yang sedari tadi aku kirimkan pada Reymon tidak mendapat balasan sama sekali. Setelah sekian purnama, barulah muncul sebuah notifikasi yang membuat aku senang. Entah kenapa, keadaanku belakangan ini sangat buruk.

Selain muntah-muntah tak jelas, serta pusing yang luar biasa aku alami sepanjang waktu. Tidak hanya itu, nafsu makan berkurang. Padahal, aku adalah tipe orang yang kalau melihat makanan apa pun tidak mudah muak.

Sembari berselonjor di rumah sewa yang aku tempati saat ini, sisa tenaga pun seolah habis dan ingin rasanya pulang ke rumah. Namun, aku masih belum mau bertemu dengan mama yang sangat mengundang overload ketika berkata.

Lalu, aku mengambil ponsel di atas ranjang dan mencari nomor ponsel milik ayah. Sudah beberapa hari ini, kami tidak ada kabat dan entah apa beritanya di rumah. Menjelang siang, aku sengaja ingin pulang karena hari libur.

Sedangkan kalau besok, aku sudah harus KKN lagi untuk menyelesaikan tugas akhir semester. Dengan sisa-sisa tenaga yang aku miliki, kedua kaki melangkah dengan sangat laju menuju ruang tamu. Pasalnya, di sekitar sini sangat sunyi karena beberapa sahabat sudah ada yang pulang lebih dulu.

Sembari menatap ponsel, aku pun menelepon Reymon beberapa kali untuk menjemput. Paling tidak dia datang dan menemani, entah kenapa aku sangat butuh kasih sayang darinya.

Sementara ayah sudah tak aktif ketika ditelpon, tak biasanya dia mematikan ponsel. Kemungkinan masih sibuk di luar kota. Lamat-lamat, ponsel Reymon pun terhubung dengan panggilan yang saat ini aku layangkan.

Ketika berada di teras rumah, aku bergeming sembari menyentuh kening. Entah kenapa, kepala ini terasa hendak lepas beberapa hari belakangan. Padahal aku selalu makan tepat waktu walau sedikit, buah juga sudah di konsumsi.

Mungkin karena aku selalu larut ketika tidur, akibat banyaknya tugas yang datang. Sehingga masuk angin menjadi hal yang aku tebak ketika saat ini, membuat dunia seolah berputar kencang.

[Hallo, Rey, kamu lagi ada di mana sekarang?] tanyaku melalui panggilan telepon.

[Aku lagi ada di luar kota, Lun, kenapa emangnya sayang?] tanyanya balik.

[Aku kira kamu lagi di rumah. Emangnya belum pulang dari kemarin, Rey?]

[Belum, dong, sayang. Kan, aku kerja untuk memenuhi kehidupan kita kelak. Katanya, kamu mau dilamar dengan cepat.]

Mendengar ucapan itu, aku pun tersenyum manja. Pasalnya, setelah aku memberikan mahkota keperawanan padanya, Reymon lebih manja dan manis dalam berkata. Kini aku percaya seratus persen, kalau dia benar-benar mencintai aku.

[Ya, udahlah, kalau kamu enggak bisa antar. Soalnya aku mau pulang, tapi kepala aku pusing banget, Yank.]

[Maaf, ya, Yank. Kalau aku enggak bisa jadi pacar yang membuat kamu bangga. Soalnya, pekerjaan ini enggak bisa di cancel.]

[Ya, udah, enggak apa-apa. Yang penting ... kamu jaga kesehatan di sana dan jangan lupa makan. Sepertinya aku hanya masuk angin aja saat ini.]

[Kamu juga harus jaga kesehatan, Yank. Kan, kamu akan menjadi ibu dari anak-anak kita. Oh, ya, aku mau kerja lagi sekarang. Kamu hati-hati di sana dan jangan lupa makan, ya.]

[Iya, Yank, terima kasih. Aku akan selalu mengingat apa pun yang kau katakan sayang.]

Panggilan pun mati, aku segera menuju mobil dan masuk dengan cepat. Dengan menyalakan mobil, aku yang berada di dalam kendaraan segera menginjak gas dan melintas ke luar dari gang.

Tanpa ada satu pun sahabat yang masih ada di dalam kosan ini, aku pulang sendirian. Awalnya, mereka mengajak untuk pulang ketika pagi. Namun, aku tidak mau karena minggu semalam baru pulang.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang