Bab 46 Rudalku Perkasa

1.7K 9 0
                                    

POINT OF VIEW
(Reymon Aditya Prakasa)

'Sialan, nih, perempuan. Hmmm ... aku harus bagaimana sekarang, Aluna lagi hamil dan Miska juga lagi hamil. Apakah keduanya aku nikahi? Enggak-enggak, mama dan anak akan menjadi istriku?' Batin ini berkata.

Aku yang sudah tidak bisa berkata apa pun, lalu bergeming bersama pelukan sandiwara. Miska yang lamat-lamat melepas pelukan itu, kemudian menatap mantap ke arahku. Tepat berada di hadapannya, aku pun menoleh kanan dan kiri.

"Sayang ... kamu pulang ke rumah aku, ya, sekarang," ucap Miska.

"Aku enggak bisa, karena aku harus menjaga Aluna di kosan. Kau saja yang pulang, aku tidak bisa kali ini," ucapku menolak.

"Tapi, Rey, aku kesepian ... karena di rumah enggak ada siapa-siapa. Apakah kau tidak bisa membuat aku bahagia, Rey?" tanyanya penuh harap.

"Bukan aku yang tidak bisa membuat kau bahagia, tapi dirimu sendiri yang tak mau di bahagiakan," ketusku.

"Lalu, apa yang kau mau?" tanyanya lagi.

"Sudahlah, jika kau masih ingin menurutkan egois, aku rela kalau ingin lapor polisi. Yang pasti, aku terlepas dari semua yang menjadi tanggung jawab ini."

Mendengar ucapan itu, Miska pun bergeming. Lalu, wanita di hadapan hanya mampu menarik napas panjang seraya mengembuskannya dari mulut. Tak berapa lama, wanita berambut sepinggang itu menarik tangan ini dan kami menuju sebuah parkiran mobil.

Entah apa yang akan dia lakukan, lalu kami memasuki kendaraan dan Miska duduk di sebelah kiri. Aku pun berada di depan setir, lamat-lamat dia menoleh ke arahku yang terdiam seribu bahasa.

Sesekali, kerlingan netra ini membalas dari apa yang dia katakan. Lalu, aku pun bergeming juga tanpa sepatah kata pun terucap. Beberapa saat kemudian, Miska bergelayuh manja dengan menyandarkan kepalanya di pundak ini.

"Reymon ... kamu kenapa diam aja, sayang?" tanyanya sangat manja.

"Aku tidak apa-apa, kau saja yang menjadikan ini masalah," jawabku spontan.

"Bukan itu yang aku cari, Sayang. Aku hanya ingin menikah dengan kamu secara negara, dan kita sah menjadi pasangan suami dan istri tinggal dalam satu rumah. Mau, ya, nikahi aku?" katanya seraya memohon.

"Miska, aku tidak bisa menikahimu!" ketusku.

"Kenapa, Rey, kenapa!" pekiknya seraya menarik kerah bajuku.

Akibat cengkeraman kedua tangannya itu, aku pun menoleh menuju ke wajah wanita yang saat ini sudah sangat kesal. Untuk berkata jujur, aku masih belum sanggup. Terlebih kalau Aluna sudah aku hamili dan merupakan anak dia kandung.

Tatapan aku buang di langit-langit kendaraan, lalu otak tidak singkron dengan pemikiran dan hati ini. Hanya sekadar mampu terdiam seribu bahasa, dan aku tidak bisa jika mengatakan hal ini sekarang.

"Kenapa kamu diam, Rey! Apakah kamu lebih mencintai Aluna. Dia itu anakku, Rey, sampai kapan pun aku tidak memberikan kalian izin untuk menikah!" pekiknya mengancam.

"Sekalipun dia sudah hamil, Miska!" pekikku membalas secara spontan.

Tatapan ini sejurus pada Miska yang sekarang memberontak, lalu dia pun menekan mulutnya dengan menggunakan kedua tangan. Aku terdiam sembari membuang tatapan, wanita di samping berpikir keras lalu meneteskan air mata.

"A-apa, k-kau ... kau menghamili anak aku juga, Rey?" tanyanya sembari berkata sangat lembut.

"Iya, Aluna hamil anak aku. Apakah kamu tidak mau mengalah sebagai seorang ibu. Miska, jalan hidup kita itu menjadi sangat rumit. Aku harus menikahi anak kamu, dan aku juga menikahi kamu tapi diam-diam. Untuk anak yang kau kandung, akan kita asingkan dari Aluna!" kataku memberikan penjelasan.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang