Bab 22 Hampir Kena GAP Suami

1.7K 7 0
                                    

POINT OF VIEW
(Miska)

Siang ini, aku masih menghabiskan banyak waktu di dalam kantor ruang kerja. Sementara malam nanti, aku berniat akan mengajak Rey untuk pergi ke rumah. Entah kenapa, aku sangat ingin memperkenalkan kepada sang suami siapa Reymon itu, agar dia belajar darinya dan merubah tingkat perkasanya sebagai laki-laki.

Kalau di pandang-pandang, suamiku masih sangat tampan untuk ukuran laki-laki zaman sekarang. Namun, yang tidak enak darinya adalah fakta mengejutkan perihal loyonya alat perang ketika kami hendak melakukan hubungan.

Bukan aku yang haus akan s*x, akan tetapi wanita mana yang tahan apabila suami tidak bisa memuaskan istrinya. Sembari menatap folder di album foto, aku menatap beberapa dokumentasi ketika masih menikah dengan Mas Ferdi.

Ya, pria tampan pada masanya ketika aku duduk di bangku SMA. Mas Ferdi adalah anak yang rajin dan penyayang pada orangtua, dia juga mampu membuat aku terpukau kala itu. Namun, sekarang sudah berbeda cerita.

Terakhir kali kami melakukan hubungan suami dan istri itu sekitar lima tahun lalu. Sejak saat itu, aku mulai paham kalau sang suami sudah tak mampu menghidupkan benda pusaka miliknya.

Sehingga, aku mulai nakal pada pria-pria lain. Contohnya brondong daun muda. Selama ini, aku tidak pernah menjelajah suami orang atau pun duda. Karena aku hanya ingin menikmati perjaka anak lelaki yang sangat hyper.

Dengan begitu, semua hasrat ini terbayar lunas dan aku tidak penasaran akan kenikmatan dunia itu. Sembari membolak-balikkan ponsel, aku pun bertemu foto lama ketika masi SMA. Waktu itu, aku sangat malu diajak pergi oleh Mas Ferdi.

Jarak usia kami tak terlalu jauh, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas. Sehingga, kami tidak merasa canggung ketika berpacaran. Sampai saat ini, aku masih menyimpan semua foto ketika kami menikah.

Meskipun ke depannya aku tak tahu, entah lanjut atau tidak pada Mas Ferdi. Karena aku sudah berencana ingin menikahi Reymon, lelaki perkasa dan tampan di tempat kerjaku.

Selain dia gagah, Reymon juga mampu menbuat aku nyaman. Sikapnya yang lembut, dan berubah ganas ketika berada di atas ranjang. Seketika aku merasa sangat bosan, dengan langkah lebar kedua kaki ini pun membangkitkan badan.

Dengan laju, aku menuju luar dan ingin menghirup udara segar. Lamat-lamat, aku melintasi beberapa koridor dan menuju lantai satu. Ruanganku berada di lantai tiga, butuh wakru lumayan lama agar dapat sampai di bawah.

Di sepanjang jalan, aku menatap tiap portal tulisan di kamar-kamar yang tengah berlangsungnya sebuah pijat plus-plus. Termasuk kamar milik Reymon, sudah banyak pelanggan yang antre.

Lelaki berbakat itu memang mampu menaikkan rating usahaku melonjak bulan ini. Padahal, dia baru bergabung beberapa minggu saja. Pesanan tidak hanya datang dari tante-tante, akan tetapi yang sudah bersuami pun turut memesan.

Di sisi lain, aku sangat cemburu kalau Reymon bekerja seperti ini. Sementara di sisi lain, aku juga tak mau kehilangan banyak omset yang melonjak jauh. Sampai saat ini, aku akan membuat Reymon percaya kalau aku akan memberikan mobil padanya.

Bagaimana pun juga, Reymon akan menjadi suamiku suatu saat nanti. Itu adalah sumpahku, dan harus menjadi kenyataan. Seraya mendudukkan badan, aku menatap kanan dan kiri. Tidak ada orang satu pun, hingga menjelang waktu sore.

Dengan ditemi sebungkus rokok, aku pun menghisapnya hingga beberapa batang. Tak berapa lama, sebuah sentuhan mendarat di pundakku bagian belakang.

"Hai," ucapnya singkat.

Lalu, kutoleh orang itu. "Hai, kamu udah selesai, Baby?"

"Yah, sudah. Aku sudah selesaikan semua tugas. Kamu lagi ngapain ada di sini sendirian?" tanyanya lagi.

Pemuas Tante-TanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang