.
.
.
Mobil sedan biasa berwarna hitam menepi tak jauh dari lokasi bar Lateo. Lima pria berpakaian biasa -- ralat, tiga pria dan dua wanita tapi bukan wanita asli -- sedang memperhatikan jalanan sekitar lewat kaca mobil hitam yang tertutup. Mereka sibuk memasang alat komunikasi jarak jauh (handsfree) di telinga mereka masing-masing. Johnny memeriksa jam di pergelangan tangannya, masih pukul 8.50 PM, 10 menit lagi dari waktu yang dijanjikan yaitu pukul 9 malam.
"Kita bagi tugas." Ucap Johnny seraya memberikan dua alat penyadap kecil ke Jaehyun dan Ten.
"Kalian berdua Jaehyun dan Ten, masuklah kedalam bar dan tunggu kedatangan guru itu. Setelah itu kalian ikuti dia kemanapun namun jangan sampai menimbulkan kecurigaan. Ambil waktu yang pas untuk menempelkan alat penyadap itu di tubuhnya."
Jaehyun dan Ten mengangguk mengerti.
"Yuta, kau juga masuklah ke bar. Gunakan penyamaran agar kau bisa berbaur seperti layaknya pengunjung biasa. Kau awasi guru itu dan mereka berdua dari kejauhan, jika ada sesuatu yang mencurigakan segera hubungi aku di mobil." Johnny menyerahkan walky talky kepada pria Jepang itu yang dengan segera ia mengantongi benda itu di dalam saku celananya.
"Aku?" Tanya Doyoung sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Kau tetap disini bersamaku, mengawasi area luar bar." Doyoung mengangguk paham. Mereka yang akan memasuki bar tidak membawa senjata apapun karena pasti ada pemeriksaan oleh penjaga di bar itu sebelum masuk. Mereka mengecek apakah para pengunjungnya membawa benda tajam, dan pengecekan umur apakah para pengunjungnya layak untuk masuk ke dalam bar itu.
Yuta, Jaehyun, dan Ten turun dari mobil. Mereka sengaja parkir agak jauh dari lokasi bar dan tidak menggunakan mobil Lamborghini milik Johnny karena itu mungkin akan mengundang kecurigaan terhadap siapapun yang melihatnya.
Diperjalanan menuju bar itu, Yuta dengan iseng merangkul Jaehyun dan Ten di sisi kiri kanannya. Hal itu pun membuat Jaehyun kaget dan pukulan cinta mendarat di bahu kiri Yuta oleh Ten.
"Yuta hyung jangan gini ah! Amit amit deh! Sana huss huss! Jangan deket deket!" Usir Ten sambil berusaha melepas cengkraman tangan Yuta dari lengan kanannya.
"Bisa diam gak sih? Kalau kalian jalan sendiri-sendiri, entar ada yang godain kalian bagaimana? Lebih baik begini, kan dikira kalian berdua ini wanitaku."
Seketika bulu kuduk Jaehyun berdiri. Ia membayangkan dirinya digoda lelaki mabuk dan menyeretnya ke dalam kamar sewa bar itu, dikunci pintunya dan kemudian...
"Iyuh.."
"Lha? Kamu jijik sama aku Jae?"
"Ya jijik lah! Mukamu kayak tampang om om pedofil!" Yang nyahut malah Ten. Sepanjang jalan hanya diisi omelan Ten, bahu Yuta menjadi samsak tinju dadakan ketika pria mungil itu kesal tanpa alasan yang jelas. Sedangkan Jaehyun gelisah sambil matanya melirik jalanan yang ia lewati, waspada jika ada lelaki yang menghampirinya dan menculiknya. Jaehyun sekarang seperti anak perawan berkat dandanan sakral Joy.
Suasana disana agak sepi karena wilayah itu terletak di penghujung kota. Lokasi bar itu terletak di pinggir sungai yang menyuguhkan pemandangan indah saat malam tiba. Lampu kelap-kelip berpendar acak di seberang sungai dan jembatan yang ketika malam hari akan mengeluarkan cahaya warna-warni menambah indahnya kawasan itu. Cocok bagi orang-orang yang ingin bersantai atau hanya sekedar menenangkan pikiran dari beban pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asterisk 2 || NCT WayV✓
Mystère / ThrillerDari ramainya hiruk pikuk kehidupan dunia ini, kau mungkin tidak mengetahui apapun tentang "mereka" atau bahkan tidak sadar bahwa "mereka" yang ku maksud berada di sekeliling kalian. Mengawasi "kalian" yang mempunyai kemampuan untuk melihat "mereka"...