01. Mimpi buruk

1K 95 1
                                    

.

.

.

Happy reading..




Seorang pria bergerak gelisah dalam tidurnya. Tubuhnya berkeringat padahal malam itu suhunya cukup rendah mengingat ini sudah memasuki dua per tiga malam, yang artinya waktu menunjukkan pukul 3 dini hari.

Berkali-kali kakinya menendang selimut sampai jatuh ke sisi ranjang. Mata masih tertutup rapat, nafasnya memburu dua kali lebih cepat dari biasanya. Entah apa yang pria itu mimpikan sehingga membuat tidurnya terusik malam itu.

Matanya membelakak lebar kala sesuatu di dalam perutnya mendorong paksa isi perutnya hingga dengan nyawa masih belum terkumpul sepenuhnya, ia melangkahkan kaki secara tergesa ke kamar mandi. Membuka pintu secara kasar hingga menimbulkan suara debuman cukup nyaring di malam yang masih sunyi. Persetan dengan kakaknya yang akan terbangun karena mendengar suara berisik di dalam kamarnya.

"Uhuk! Uhuk..!"

Habislah sudah menu makan malam yang dibuatkan kakaknya ia muntahkan semua ke wastafel.
Ini kali keduanya ia bangun tengah malam hanya karena perkara perut.

Setelah gejolak dalam perutnya mulai reda ia membasuh muka dan menatap pantulan wajahnya di cermin.

Menyedihkan.

Rambut acak-acakan, mata bengkak memerah, bibir pucat, kulit wajah ikut pucat, kepala pening karena sempat terbentur kran wastafel karena terburu-buru. Untung tidak sampai patah, bisa-bisa ia akan dapat kelas dadakan selama satu jam pagi ini dari kakaknya.

Mengambil langkah gontai ia mendaratkan pantatnya pada sisi ranjang, dengan tangan berada di ubun-ubun kepala, sambil sesekali mengusak area yang sempat terbentur kran karena kejadian di kamar mandi barusan.

"Ukh.. bau itu lagi..."

Ia mengusap-usap indra penciumannya yang terasa ngilu akibat menerima rangsangan dari luar yang tidak mengenakkan sejak ia terbangun. Bau itulah yang menyebabkan ia memuntahkan semua isi perutnya malam ini.

Bau seperti.... Darah?

Entahlah ia tidak tahu pasti kenapa akhir-akhir ini penciumannya sensitif terhadap hal-hal seperti itu.

Tanpa sadar pintu kamarnya diketuk seseorang dari luar. Bersamaan dengan itu pula bau darah menyengat itu hilang seketika, mungkin akibat adanya dorongan angin yang menyeruak dari sela-sela pintu yang terbuka.

"Apa yang terjadi Mark?"

Sudah ia duga kakaknya terbangun karena suara ribut yang ia hasilkan barusan. Masih dengan muka bantal ciri khas orang bangun tidur, kakaknya meraba sakelar lampu dan alangkah terkejutnya ia melihat adiknya terduduk lemas di tepi ranjang dengan wajah pucat.

"Yakk!! Lee Minhyung! Kau kenapa eoh?? Kenapa wajahmu jadi pucat begini? Apa kau habis dikejar maling? Mana malingnya?? Ayo baku hantam denganku biar kapok!"

Raut wajah kakaknya terlihat sangat khawatir dan panik bersamaan ketika melihat kondisi Mark saat ini. Ia mengecek seluruh tubuh Mark mencari kalau-kalau ada luka atau lebam akibat perkelahian adiknya dengan si perampok. Pikirnya.

Yang diperlakukan seperti itu hanya menatap malas kelakuan kakaknya yang overprotektif itu.

"Tidak apa-apa kok hyung... Perutku cuma mual saja, dan lebih tidak ada maling masuk ke rumah apalagi sampai dikejar.."

Otomatis kakaknya menghentikan aksi konyolnya mendengar penuturan polos dari adiknya itu. Dari raut wajah panik dan khawatir tergantikan dengan muka tripleknya.

Ingin rasanya Mark tertawa saat itu juga karena melihat perubahan drastis wajah kakaknya itu, namun tidak jadi karena perutnya masih sedikit sakit akibat muntah.

"Kau bilang mual, apa maag mu kambuh lagi?"

Matanya menelisik dalam pada manik coklat yang sedikit sayu itu. Terpancar sedikit keraguan didalamnya.

"Iya.. bisa jadi begitu..."

Seingat Mark ia tidak punya riwayat penyakit maag sebelumnya. Perihal penyebab perutnya mual masih dipertanyakan. Ia juga bingung sendiri dari mana asal bau darah menyengat itu. Dan mungkin kakaknya tidak terlalu percaya kalau diberitahu perihal bau darah tersebut. Alasan yang kurang masuk akal. Orang bodoh mana yang nekat menyembelih hewan di tengah malam begini, apalagi kompleks perumahan Mark jauh dari peternakan hewan dan hutan, tetangga sekitarnya juga tidak ada yang memelihara binatang jenis ruminansia.

"Mungkin karena terlalu banyak makan semangka dingin tadi malam hyung, hehehe..."

Mark hanya nyengir kambing mendapati ekspresi kakaknya yang ingin menonjok wajahnya saat itu juga. Namun kakaknya sadar diri akan kondisi Mark saat ini.

"Ya sudah, sekarang minum obat dan pergi tidur sana, nanti mualnya juga hilang sendiri."

Tak perlu ambil pusing, kakaknya mengambil obat pereda mual di kotak p3k dalam laci lemari Mark, dan mengambilkan air minum dari dispenser di ruangan itu.

"Tapi hyung, bukankah ini tanggung kalau aku tidur lagi?"

Jam berbentuk semangka tergantung manis di sebelah kiri dinding kamar, jam itu menunjukkan pukul 04.16 am.

"Tidak apa-apa, hyung akan membangunkanmu tepat waktu kok."

Kakaknya meraih selimut yang sempat terjatuh ke bawah lantai, menyelimuti adiknya yang sudah merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Gomawo Bubu-hyung..."

Reflek yang disebut Bubu mencubit gemas pipi tirus Mark yang mengaduh kesakitan karena cubitannya tidak main-main.

"Ampun..! Iya Tyongie-hyung...."

Kakaknya, Taeyong tersenyum puas telah menggoda adik satu-satunya itu. Setelah membereskan obat dan membawa gelas minum, Taeyong segera turun menuju dapur setelah menutup pintu kamar adiknya. Terdengar helaan nafas berat yang berasal dari putra sulung keluarga Lee itu.

"Kau berbohong padaku Minhyung..."

.

.

.

To be continue.




Hayoloh Mark kenapa?😄



Next or unpub?

Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang