09. (Masih) malam itu

218 53 11
                                    





.

.

.










Happy reading~















***









Sudah berapa lama sosok itu membawa badannya entah kemana, yang pasti Taeil hanya bisa pasrah dan memejamkan matanya berpura-pura pingsan tanpa ingin memberontak terhadap sosok yang membawanya ini. Bagaimana tidak? Tubuhnya lelah, lemas, ditambah ngantuk yang sedari awal sudah meninabobokkan jiwanya.


Tidak lama kemudian sosok itu berhenti dan membaringkan tubuhnya di lantai kayu. Dapat ia lihat samar-samar tempat ia berbaring cukup terang hingga sorotan cahaya lampu membuat matanya hanya bisa memejam lagi. Terdengar suara langkah kaki sosok itu menjauh dan tidak lama kemudian ia kembali lagi seraya membawa sebuah kotak di tangan kanannya. Pria itupun duduk bersila dan meletakkan kotak tersebut disamping kaki Taeil yang terluka. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan sebuah benda yang Taeil pun tidak bisa melihat karena terlindung punggung pria itu.


"Apa gw mau dimutilasi?" Batinnya resah. Dapat ia rasakan sesuatu yang berusaha dicabut pada telapak kaki kanannya yang mau tidak mau Taeil yang masih mode pura-pura pingsan itu meringis menahan perih.


"Shh.."


"Tolong tahan sebentar." Ucap pria itu. Taeil pun tertegun sejenak karena suara dari pria itu serasa familiar di telinganya. Ia berusaha untuk mengangkat kepalanya untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh pria itu, namun rasa pusing masih mendera kepalanya sehingga ia hanya bisa menatap punggung berbalut hoodie hitam itu sambil meremas ujung jaketnya guna menahan perihnya telapak kaki kanannya sekarang.


Tak lama pria itu pun mengangkat pecahan beling yang sudah berlumuran darah, meletakkan benda itu pada helaian tisu dan memasukkannya ke dalam kotak itu. Taeil hanya bisa melihat semua itu dalam diam. Ingin rasanya ia segera kabur dari sana, namun kakinya sekarang mati rasa karena mungkin efek kehilangan banyak darah.


Pria itu mengangkat kaki kanan Taeil dan meletakkannya di pangkuannya. Hal itu sontak membuat Taeil terkejut karena perlakuan pria itu setelahnya.


"Akh! Apa yang kau lakukan?" Teriaknya dengan suara seraknya. Jika ia dalam keadaan tidak terluka ia ingin sekali menendang kepala pria itu yang sekarang sedang menjilati luka pada telapak kakinya.


"Menghentikan pendarahanmu." Jawabnya disela-sela kegiatannya. Setelah dirasa pendarahannya sudah berhenti ia langsung membersihkan luka itu dengan alkohol dan membalutnya dengan kain kasa. Taeil pun hanya kembali memejamkan matanya tidak ingin melihat lebih lanjut adegan yang baginya itu cukup menjijikan.


Setelah dirasa tidak ada lagi pergerakan dari pria itu, Taeil pun perlahan membuka matanya dan mendapati pria itu sedang menatapnya juga. Penampilannya tidak menyeramkan seperti di gang tadi. Tanduk kecilnya hilang dan mata merahnya tergantikan dengan manik coklat yang indah.


"Hyung.. maaf.."


Taeil langsung memutus kontak mata dari si pemilik manik coklat itu dan membuang pandangannya pada dinding kayu di sebelah kirinya.


"Ternyata dia.." batinnya setelah mengenali wajah familiar pria ini yang membawanya ketempat asing.


"A-aku tadi tidak bisa mengontrol nafsuku saat melihat darahmu hyung.." lirihnya. Terdapat nada penyesalan pada kalimat yang barusan ia lontarkan. Taeil masih tidak mau menatap pria itu namun ia bergumam sebagai tanggapan.


Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang