31. Save!

74 23 0
                                    






.




.




.






Suara pintu dibuka secara paksa dan geraman rendah memenuhi suasana malam itu. Sungchan sudah bersiap siaga ditempatnya menunggu pintu laboratorium didepannya didobrak paksa oleh setan itu. Sedang Jeno sibuk mengetik pesan permintaan tolong yang dikirim kepada paman Sungchan atas perintah dari anak itu sendiri dengan menggunakan ponsel Jeno. Anak itu sudah hafal nomor pamannya diluar kepala. Semua barang-barangnya ia tinggal di halte bus.

Ia sudah bercerita dengan Jeno bagaimana ia bisa kembali ke sekolah lagi sesudah ia berpapasan dengan Jeno di lorong sekolah untuk pulang.

Anak itu setelah menerima pesan dari pamannya saat ia istirahat sebentar dari latihannya, ia sempat bingung kenapa pamannya tiba-tiba saja menyuruhnya mengawasi anak yang bernama Lee Jeno. Alasan yang didapat Sungchan hanyalah bahwa keberadaan anak itu sedang terancam.

Tanpa bertanya lebih lanjut lagi ia menyetujui permintaan pamannya itu. Meletakkan barang-barangnya di halte bus dan berdiam diri di balik gerbang sekolah guna menunggu kedatangan kakak kelasnya itu merupakan rencana yang dibuatnya sendiri.

Memang sebuah kesalahan jika Sungchan meninggalkan seluruh barang-barangnya di bangku halte. Namun ia juga tidak sepenuhnya salah karena jika ia membawa tasnya dan tebakannya benar akan ada pertarungan, maka mungkin ia akan kerepotan dengan keberadaan tas di punggungnya.

Jadilah ia hanya membawa bola yang ia pinjam bekas latihannya tadi, jaga-jaga kalau bola ini berguna menjadi serangan jarak jauh.

Sungchan juga menjelaskan rasa penasaran Jeno tentang bagaimana langit tiba-tiba menjadi gelap. Itu adalah salah satu kemampuan dari setan itu untuk memanipulasi waktu dan membuat ruang dimensi yang melingkupi seluruh lingkungan sekolah sehingga mereka berdua terjebak di dalamnya dan tidak bisa keluar kecuali setan itu sendiri yang meniadakannya.

Jeno selesai dengan aktivitas mengetik pesan dan kembali memasukkan ponselnya kedalam tas. Tidak ada yang berbicara satu sama lain. Mereka sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk setelah setan itu menemukan keberadaan mereka.

Tentang luka cakaran di bahu Sungchan, Jeno sebenarnya sudah menawari untuk ditangani, namun Sungchan menolak tawaran itu dengan alasan lukanya tidak terlalu parah dan ia bisa menanganinya sendiri.

Keras kepala memang. Namun ia tidak mau melibatkan mereka ke dalam percakapan lagi mengingat bahaya yang mengancam mereka semakin mendekat.

Duk!

Duk!

Duk!

Pintu ruangan lab didobrak paksa oleh setan itu yang sudah mengetahui keberadaan mereka. Sungchan sudah memasang posisi siaga. Sedangkan Jeno, matanya sibuk menjelajahi ruang lab guna menemukan suatu benda yang akan ia gunakan sebagai senjata.

Brak!

Pintu berhasil didobrak hingga menyebabkan benda-benda yang menghalangi pintu terlempar dengan keras.

"Disini kalian rupanya." Ucap setan itu dengan seringaian menyeramkan. Matanya menyala dalam kegelapan, sedikit takut Sungchan menghadapi sosok setan dihandapannya ini, namun ia menepis pikiran itu karena ada yang harus ia lindungi sekarang serta amanah sang paman harus ia jalankan.

Suara pukulan dan gesekan sepatu sebagai tanda bahwa pertarungan seorang asterisk muda dan satu makhluk bermata merah telah dimulai.

Sungchan sebelumnya telah dibekali keahlian bela diri, namun dirinya masihlah tak berbanding dengan kemampuan setan itu yang jauh lebih hebat dalam menguasai pertarungan.

Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang